Halo trainers, Mungkin yang ditulis sdri. Astrid ada benarnya, meskipun tidak 100%. Saya sih setuju saja, karena saya sebagai Entrepreneur kalau mau mendatangkan seorang trainer untuk melatih para sataff saya, maka langkah awal saya pasti tanyakan...seberapa berpengalamankah dia? Apakah sudah teruji dengan baik cara-cara dia men-training? Bahkan sering saya mengikuti berbagai macam seminar atau workshop...semata-mata untuk melihat, seberapa bagus dan baik si trainer/pembicara membawakan materinya. Kadang-kadang juga ketahuan, kalau ternyata si trainer/pembicara seminar/workshop tersebut ternyata kelihatan/terdengar baik di dalam promosi-promosinya, tetapi setelah saya melihatnya sendiri...wah ternyata ya gak cocok kalau nanti saya "hire" dia untuk men-training staff saya. Kadang juga disebutkan bahwa si trainer sudah mengantongi "Certificate" bermacam-macam, sampai dari luar negeri juga dipamerkan, toh ternyata tidak mudah untuk benar-benar meyakini kemampuannya dalam membawakan training. Yaa, semua ini karena sering juga mereka yang mengaku sudah memiliki banyak "Certificate" trainer, bahkan juga punya bukti fisik surat "credential" nya...ternyata ya sungguh terlalu biasa saja cara membawakan materi, bahkan kadang terlihat ketidakpercayaan dirinya... Jadi kesimpulannya, mungkin memang kadang diperlukan bukti secara fisik surat "credential" itu, tetapi lebih penting lagi adalah kemampuan andal dari si trainer dalam menyampaikan materi sehingga tepat pada sasaran/tujuan dari diadakannya pelatihan atau seminar itu. Jika hanya punya "Certificate" meskipun dari negara luar yang sudah maju, tetapi ternyata si trainer dalam membawakan materi training nya tidak bagus dan baik, maka ya percuma saja mengandalkan surat "credential"...jika toh si trainer kenyataannya "tidak punya greget pas", yang sesuai tujuan dasar diadakannya training. Kadang ada pembicara/trainer yang sukanya "teriak-teriak lantang" untuk memotivasi. Kadang ada yang sangat "lemah-lembut" dalam gaya bicaranya. Juga ada, saya pernah lihat, si trainer bicaranya "mbulet seperti benang kusut"...dll gaya.
Maka, memang tidak mudah mencari seorang trainer sesuai dengan keinginan kita yang meng "hire". Oleh karena itu, saya hanya dapat menghimbau, untuk para trainer yang sekiranya belum matang cara bicaranya, meskipun juga mempunyai surat "credential" atau "certificate"...janganlah anda hanya mengandalkan bukti fisik surat saja (yang semua orang jika punya duit pasti bisa memilikinya); tetapi lebih penting menurut saya, kemampuan untuk memberikan materi yang benar-benar bisa diterima dan diresapi oleh "audience" anda. Dan, terpenting anda tidak mengecewakan orang yang meng "hire" anda untuk memberikan seminar/workshop/pelatihan di perusahaannya. Karena kalau yang meng "hire" anda merasa tidak pas dengan cara anda berbicara dan sampai kecewa, maka saya yakin yang meng "hire" anda pasti segera menjalankan "One Stop Training" pada anda; alias ya... menyewa anda cuma sekali seumur hidup...begitu... Terima kasih. Wasalam Wuryanano Seorang Entrepreneur di Surabaya mawarni_astrid <[EMAIL PROTECTED]> wrote: dear trainers, astrid hanya ingin mengajak berdiskusi. kita pernah tahu bahwa ada kasus yang konon disinyalir karena penyalahgunaan ilmu lah, salah persepsi ilmu lah, dan sejenisnya. atau bahkan pernah polemik mengenai guru-murid lah. bahkan mengenai usul pengajaran fundamental atau filosofi ilmu agar tidak hanya prakteknya saja. nah, karena kita di sini adalah trainer, bukankah penting untuk mempunyai kredibilitas terhadap apa yang kita ajarkan? kalau nggak, apabila terjadi kesalahpahaman atau salah kaprah terhadap sebuah ilmu, siapa yang bertanggung jawab? artinya, kalau astrid ingin sharing mengenai 7 habit, bukankah perlu astrid perlu juga memberitahukan credential astrid di bidang itu? misalnya certified trainer on 7 habit, authorized trainer, practitioners, dll? dan bukan hanya berpengalaman dalam mengajarkan 7 habit? astrid ingin ajak diskusi karena ternyata tidak sedikit salah kaprah mengenai berbagai ilmu di luar sana, seperti nlp, esq, 7 habit, hypnotherapy, dll. yang salah kaprah itu timbul karena yang sharing itu ternyata sebenarnya tidak punya credential di bidang itu. tidak ada sebuah proses pendalaman ilmu yang resmi dan terstruktur sesuai standard ilmunya. jadi tahunya hanya sedikit saja, dan bahkan fundamental ilmunya nggak ngerti. bahaya khan? kalau yang diajarin ternyata salah gimana? nama ilmunya yang rusak, padahal trainernya atau pembicaranya sendiri yang nggak bener dan sebenarnya nggak ngerti. kalau astrid tahu dikit aja mengenai esq, dan minjem materinya untuk ngajar di sebuah komunitas kecil, lalu ternyata para peserta nggak suka apa yang diajarkan, dan muncul komen 'ah, ternyata esq cuma segitu aja', khan berabe. padahal memang astrid nggak ngerti? astrid juga pernah temuin ada seorang yang mengaku pernah diterapi menggunakan nlp, tapi ternyata tidak efektif, dia bilangnya ternyata nlp tidak bagus. dicari tahu, ternyata yang nyoba terapiin dia bukan praktisi resmi nlp. berabe khan? sama halnya seorang teman astrid yang mengatakan salah satu habit di 7 habit sebagai habit yang menyesatkan. setelah dicek ke yang benar-benar ngerti, ternyata pemahamannya selama ini salah mengenai habit tersebut dan itu karena di kelas sharing terbuka tidak resmi dari seorang yang bukan trainer resmi, dia memahami demikian. jadi harapan astrid, para pembicara seminar, trainer, penyelenggara, dengan jelas mencantumkan credential yang relevan terhadap ilmu atau badan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. menurut astrid itu lebih penting dari sekedar mengatakan mengerti ilmu tersebut, tapi tidak punya credential resmi. ini sama seperti astrid hanya baca bukunya, lalu karena merasa tahu, astrid tinggal membuat orang lain berpikir bahwa astrid paham sekali, lalu bisa ngajarin deh. atau astrid tinggal bilang pernah belajar dari atau murid langsung dari robert kiyosaki, lalu apakah sudah berarti boleh mengajarkan metodanya? lain ceritanya kalau astrid bilang astrid adalah authorized atau certified trainer metoda robert kiyosaki. persepsi pernah belajar dari atau murid langsung dari, atau sudah sekian tahun mengajarkan, dan sejenisnya, sebenarnya bernada komersil dan bukan profesional. beda kalau bisa mencantumkan bukti sebagai authority di bidang ilmu yang dibawakan. jadi biar tidak ada lagi penciptaan-penciptaan persepsi yang miring mengenai ilmu, tidak ada lagi klaim murid murtad, tidak ada lagi klaim negatif sehubungan dengan berbagai ilmu. biarkan yang ada hanyalah para trainer atau praktisi yang ngaco. wong praktisinya dan trainernya yang nggak ngerti, kok ilmu ikut-ikutan kena getahnya? mbok ya kita bisa menghormati ilmu yang sudah diciptakan bertahun- tahun, melalui proses panjang, investasi waktu, uang, tenaga. mohon pencerahannya. cheers, astrid --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos.