Nafs & Tazkiyyat An Nafs Dalam Alqur'an kalimat nafs digunakan untuk menyebut totalitas manusia, sisi dalam manusia (jiwa), penggerak tingkah laku dan diri Tuhan. Konsep Tazkiyyat an Nafs (penyucian jiwa) berkaitan dengan adanya penyebutan nafs zakiyya (jiwa yang suci). Sebagaimana telah disebutkan dalam surat as Syams 9-10 bahwa nafs itu diciptakan Tuhan secara sempurna, tetapi ia harus tetap dijaga kesuciannya, sebab ia bisa rusak jika dikotori dengan perbuatan maksiat. Kualitas nafs tiap orang berbeda-beda berhubungan dengan bagaimana usaha masing menjaganya dari hawa (Q/79:40), yakni dari kecenderungannya kepada syahwat, karena menuruti dorongan syahwat itu, seperti yang dikatakan oleh al Maraghy, merupakan tingkahlaku hewan yang dengan itu manusia telah menyia-nyiakan potensi akal yang menandai keistimewaannya.
Dalam bahasa Indonesia, syahwat yang menggoda manusia sering disebut dengan istilah hawa nafsu, yakni dorongan nafsu yang cenderung bersifat rendah. Al Qur'an membagi tingkatan nafs pada dua kelompok besar, yaitu nafs martabat tinggi dan nafs martabat rendah. Nafs martabat tinggi dimiliki oleh orang-orang yang taqwa, yang takut kepada Allah dan berpegang teguh kepada petunjuk Nya serta menjauhi laranganNya. Sedangkan nafs martabat rendah dimiliki oleh orang-orang yang menentang perintah Allah dan yang mengabaikan ketentuan- ketentuan Nya, serta orang-orang yang sesat, yang cenderung berperilaku menyimpang dan melakukan kekejian serta kemungkaran. Secara ekplisit Al-Qur'an menyebut tiga jenis nafs, yaitu Ç(an nafs al mutmainnah,(3) Ç(an nafs al lawwamah ), dan (an nafs al ammarah bi as su' ) Ketiga jenis nafs tersebut merupakan tingkatan kualitas, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Ayat-ayat yang secara ekplisit menyebut ketiga jenis nafs itu adalah sebagai berikut : artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridaiNya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hambaku, dan masuklah ke dalam surga Ku (Q/89:27-30) artinya : Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Q/75:1-2). artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyyayang (Q/12: 53) Disamping tiga penggolongan tersebut, Al-Qur'an juga menyebut term ÜÓÇ ÒßíøÜÉ pada anak yang belum dewasa, seperti tersebut dalam surat al Kahfi: 73 artinya : Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: Mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain ?. Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar. (Q/18:74). Dari empat tingkatan itu dapat digambarkan bahwa pada mulanya, yakni ketika seorang manusia belum mukallaf, jiwanya masih suci (zakiyyah). Ketika sudah mencapai mukallaf dan berinteraksi dengan lingkungan kehidupan yang menggoda, jika ia merespond secara positip terhadap lingkungan hidupnya maka nafs itu dapat meningkat menjadi nafs mutma'innah setelah terlebih dahulu berproses di dalam tingkatan nafs lawwamah.Setiap nafs yang telah mencapai tingkat mutma'innah pastilah ia menyandang predikat zakiyyah pula. Akan tetapi jika nafs itu merespon lingkungan secara negatip, maka ia dapat menurun menjadi nafs ammarah dengan segala karakteristik buruknya. a. Nafs Zakiyyah (Jiwa Yang Suci) Term zakiyyah disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 25 kali dalam berbagai kata bentukan, dua kali dalam bentuk ism sebagai sifat, äÝÓÜÇ ÒßíøÉ dan ÛÜáÇãÇ ÒßíøÜÇ, empat kali dalam bentuk af'al tafdil ÃÒßì , duabelas kali dalam bentuk kata kerja Òßøì íÒßøì, satu kali dalam bentuk kata kerja Òßì empat kali dalam bentuk kata kerja ÊÒßøì íÊÒßøì dua kali dalam bentuk kata kerja íÒøßøì disamping 32 kali dalam bentuk kalimat ÒßÇÉ . Menurut Asfihani, kalimat Òßì pada dasarnya mengandung arti tumbuh karena berkah dari Tuhan ,seperti yang yang terkandung dalam arti zakat. Jika dihubungkan dengan makanan, mengandung arti halal, tetapi jika dihubungkan dengan nafs maka di dalamnya terkandung arti sifat- sifa terpuji. Terjemahan Al-Qur'an terbitan Departemen Agama Republik Indonesia menggunakan istilah jiwa yang suci ketika menterjemahkan kalimat äÝÓÜÇ ÒßíøÉ. Dengan demikian maka pengertian menyucikan jiwa atau tazkiyyat an nafs adalah membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji. Dari ayat-ayat yang berbicara tentang gagasan nafs zakiyyah dapat disimpulkan bahwa konsep nafs zakiyah dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut : a. Bahwa ada nafs yang suci secara fitri, yakni suci sejak mula kejadiannya , yaitu nafs dari anak-anak yang belum mukallaf dan belum pernah melakukan perbuatan dosa seperti yang disebut dalam surat al Kahfi 74 dan surat Maryam 19 artinya : Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: Mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain ?. Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar. (Q/18:74). artinya : Ia (Jibril) berkata: Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci (Q/19:19) b. Bahwa nafs yang suci jika tidak dipelihara kesuciannya bisa berubah menjadi kotor seperti yang tersebut dalam surat as Syams 10 artinya : dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori (jiwa) nya (Q/91:10) c. Bahwa manusia bisa melakukan usaha penyucian jiwa seperti yang disebut dalam surat an Nazi'at 18, al Fatir : 18 dan surat al A'la :14 artinya : dan katakanlah (kepada Fir'aun) adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan) (Q/79:18) artinya : Dan barang siapa yang mensucikan dirinya , sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali (mu) (Q/35:18). artinya : Sesungguhna beruntunglah orang yyang membersihkan diri (dengan beriman) (Q/87:14) d. Proses penyucian jiwa itu bisa melalui usaha , yakni dengan mengeluarkan zakat seperti yang tersebut dalam surat at Taubah :103, dan menjalankan pergaulan hidup secara terhormat seperti yang diisyaratkan dalam surat an Nur :28 dan 30. artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (hati dari kekikiran dan cinta harta) dan mensucikan mereka (dengan tumbuhnya sifat-sifat terpuji dalam jiwa mereka) (Q/9: 103) artinya : Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalam rumah (yang bukan rumahmu) itu maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah", maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q/24:28) artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka , sesunguhnya Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan (Q/24:30). e. Penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan seperti yang dilakukan oleh para Nabi kepada ummatnya. Hal ini ditegaskan Al-Qur-an dalam surat al Baqarah: 129, 151, surat Ali Imran 164 dan surat Jum'ah : 2 artinya : Dia-lah yang mengutus keepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q/62:2) f. Disamping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa juga bisa terjadi karena karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki oleh Nya, seperti yang disebutkan dalam surat an Nur 21 dan surat an Nisa 49. artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuattan keji dan munkar itu) selama- lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ( Q/24:21). g. Perbuatan mensucikan jiwa (tazkiyyat an nafs) merupakan perbuatan terpuji dan dihargai Tuhan seperti yang disebut dalam surat Taha 75-76, Q/91:9, Q/87:14, dan Q/92:18). artinya : (yaitu) surga `Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan) (Q/20:76). h. Bahwa perbuatan mengaku jiwanya telah suci itu merupakan hal yang tercela, seperti yang tersurat dalam surat an Najm/53:32, dan Q/4:49) artinya : maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bnertakwa (Q/53:32) Wassalam, agussyafii ============================================== Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://mubarok-institute.blogspot.com atau [EMAIL PROTECTED] ==============================================