Vibrasi Positif dengan Reframing

Read More? http://idnlpsociety.wordpress.com

Join the Community? [EMAIL PROTECTED]


Apa menurut Anda yang akan Anda rasakan jika Anda mampu berada dalam kondisi
positif 24 jam sehari 7 hari seminggu?

Luar biasa tentunya, bukan? Membayangkan diri terbebas dari belenggu
*mood*dan beragam situasi eksternal yang seringkali kita anggap
memegang kendali
terhadap pikiran dan emosi jelas adalah hal yang amat menggembirakan. Sisi
lain, berkaitan dengan vibrasi positif yang menjadi syarat penting dalam
LoA, kondisi (*state*) positif amat memungkinkan kita untuk memancarkan
vibrasi positif setiap saat kapan pun kita menginginkannya.

Nah, salah satu teknik dalam NLP yang merupakan favorit saya untuk selalu
berada dalam kondisi positif ini adalah *reframing*. *Reframing* istimewa
bagi saya karena kesederhanaannya (meskipun belum tentu mudah) namun
memiliki efek yang besar sekalipun seringkali dilakukan hanya dengan
menggunakan percakapan saja.

Prinsip dasar *reframing* adalah mengubah keberatan menjadi keuntungan.
Dengan syarat keberatan tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa diubah lagi.
Misalnya, cacat tubuh, kejadian di masa lalu, anggota keluarga, dll yang
memang di luar lingkaran pengaruh kita untuk berbuat sesuatu guna
menjadikannya sesuai dengan keinginan kita. Didasarkan pada asumsi bahwa di
balik setiap perilaku/kejadian terkandung maksud positif,
*reframing*mengajak kita untuk keluar dari kerangka berpikir 'masalah'
dan melompat ke
dalam kerangka berpikir 'solusi' atau 'tujuan/*outcome*'.

Lalu, bagaimana kita bisa melakukannya?

Ada cukup banyak teknik *reframing* yang hingga kini ditemukan oleh para
pakar NLP. Kumpulan teknik tersebut seringkali disebut sebagai *Sleight of
Mouth Pattern *atau *Mind-Lines* *Pattern* dalam Neuro-Semantic. Namun dalam
kesempatan kali ini, saya hanya akan membahas 2 jenis *reframing* yang
paling dasar dan cukup ampuh untuk menjadikan kita senantiasa berada dalam
kondisi positif: *context* dan *content reframing*.



*Context Reframing*

"Tubuh saya terlalu tinggi!"

Menggunakan jenis ini, kita memindahkan suatu hal atau kejadian dalam
konteks ruang/waktu yang berbeda sehingga memunculkan makna baru yang lebih
positif. Dalam contoh keberatan di atas, maka kita bisa bertanya, "Dalam
konteks apakah tubuh yang tinggi tersebut menjadi keuntungan?" Dan beragam
jawaban pun bisa kita munculkan mulai dari cocok sebagai olahragawan, tidak
memerlukan tangga untuk mencapai tempat yang tinggi, tidak terhalang ketika
nonton konser, sampai pada mendapatkan udara yang lebih segar karena udara
yang berada di atas lah yang masih murni dan menyegarkan.

Bagaimana dengan, "Tubuh saya terlalu pendek!"

Dengan pertanyaan yang sama kita bisa menemukan banyak konteks seperti lebih
lincah dalam bergerak, lebih hemat dalam membuat pakaian (apalagi jika si
orang ini memiliki orientasi finansial yang tinggi), dll.

Jika Anda masih ingat dengan pembahasan kita tentang Meta Model, maka *
reframing* jenis ini amat pas jika digunakan pada kalimat keberatan yang
menggunakan pola *universal quantifiers*.



*Content/Meaning Reframing*

Berbeda dengan *context reframing*, pada jenis ini kita menggali makna lain
yang lebih positif dari suatu hal atau kejadian tanpa memindahkan atau
mengubah kejadiannya.

"Anak buah saya sulit untuk diajak kerja cepat! Tidak sabar saya dibuatnya."

Menggunakan *content reframing*, kita bisa bertanya, "Apa makna lain yang
positif dari anak buah yang sulit diajak untuk bekerja cepat?" Seketika,
kita pun dapat menemukan pertanyaan baru seperti, "Bukankah itu berarti
mereka mengerjakan pekerjaan dengan hati-hati?" Dan BUM! Makna baru pun kita
dapatkan. Dengan *frame *ini, sang atasan dapat lebih fokus untuk
mendayagunakan anak buahnya agar dapat menghasilkan pekerjaan dengan
kualitas yang lebih tinggi alih-alih pusing dengan kelambatan mereka.

Nah, apa yang bisa kita lakukan dengan keberatan ini: "Produkmu bagus, tapi
harganya terlalu mahal!"

Yak, tepat. Salah satunya, "Benar. Kami memang tidak ingin mengorbankan
kualitas hanya demi harga jual yang murah. Bukankah Anda juga demikian?"


Pertanyaan: Sama kah *reframing* dengan *positive thinking*?

Jawaban saya: ya dan tidak. Bahwa kita mencari makna yang lebih positif itu
benar. Namun *reframing* tidak sekedar mencari makna yang positif, ia adalah
usaha untuk mencari makna positif yang *empowering* bagi kita.

Loh, memangnya ada berpikir positif yang tidak *empowering*?

Tentu ada. Misal, jika rekan Anda mengeluh, "Istri saya sangat posesif
sehingga selalu menelepon saya setiap jam!" dan Anda mengatakan kepadanya,
"Bukankah itu berarti ia perhatian kepada Anda?". Ini adalah sebuah usaha
untuk berpikir positif, namun pertanyaan saya, "Apakah Anda mau diperhatikan
dengan cara seperti itu?" *Reframing* seperti, "Bukankah itu sinyal untukmu
untuk dapat lebih peka dan mencari tah apa penyebabnya?" barangkali lebih
tepat karena bersifat *action oriented*.

Nah, lalu apa kaitannya dengan vibrasi positif dalam LoA?

Sangat erat. Jika Anda ingin menjadi 'magnet' yang memiliki daya tarik
positif yang kuat, maka Anda pun harus memancarkan aura positif yang kuat
pula. Tanpa perlu teknik macam-macam yang *njelimet* dan memakan waktu, Anda
bisa menjadi pribadi yang lebih positif dengan *reframing*. Ketika seseorang
menyalip Anda di jalan dengan kasar, misalnya, alih-alih membiarkan emosi
negatif Anda meluap Anda bisa mengatakan, "Barangkali ia memang sedang
buru-buru karena ada anggota keluarganya yang sakit." Beres, kan?

Atau, Anda pulang kantor dan jalanan macet luar biasa, "Wah, kesempatan buat
baca buku dan menikmati musik nih." Yang terakhir ini sering sekali saya
lakukan sehingga saya tidak lagi merasakan kemacetan sebagai sebuah musibah.


Sederhana, kan? Tanpa perlu mengotak-atik kejadiannya, kita bisa menjadikan
kejadian apapun lebih bermakna.

*Well*, memang tidak semua hal akan terselesaikan dengan *reframing *semata.
Namun paling tidak kita bisa berpikir lebih jernih untuk kemudian mencari
solusi yang lebih tepat.

Hebatnya lagi, jika Anda mempelajari beragam teknik-teknik NLP, Anda akan
menemukan bahwa yang dilakukan NLP adalah *reframing* terhadap apa yang
sudah seringkali kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tengok saja NLP *
Presuppositions*:

Makna dari komunikasi ada pada respon yang kita dapatkan.

Di balik setiap perilaku pasti ada maksud positif.

Tidak kata gagal, yang ada hanyalah umpan balik.

Tidakkah ini semua adalah *reframing* yang *excellent*?

Bahkan, kita pun sudah seringkali melakukannya tanpa disadari. Anda ingat
pernah mengatakan, "Ya, kita ambil hikmahnya saja lah". Hey, bukankah
itu *content
reframing*?

Anda boleh tersenyum sekarang menyadari hal ini. Anda adalah
*reframer*alamiah dan karenanya juga adalah pengirim vibrasi positif
alamiah pula.

Salam Vibrasi Positif!


-- 
Salam Street Smart NLP!

Teddi Prasetya Yuliawan
Indonesia NLP Society <http://idnlpsociety.wordpress.com>

Kirim email ke