Momentum Kebangkitan Nasional yang Memalukan!


 

  
Di berbagai media, di tengah kesulitan hidup yang kian melilit rakyat,
di tengah kemiskinan yang kian menjadi, di tengah keputus-asaan rakyat
banyak yang kian membuncah, di tengah himpitan kemelaratan, di tengah
pesta korupsi dan mark-up anggaran negara (baca: uang rakyat) yang
dilakukan para pejabat negara, memasuki bulan Mei 2008 bangsa ini
dicekoki dengan 'Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional'. Hal ini tentunya
dikaitkan dengan berdirinya organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei
1908.

Jika salah satu syair dari Taufiq Ismail berjudul "Malu Aku Jadi Orang
Indonesia', maka sekarang ini judul syair tersebut bertambah relevan.
Betapa memalukannya sebuah bangsa yang katanya besar ternyata masih saja
salah menetapkan tonggak kebangkitannya sendiri. Dan parahnya, hal ini
ternyata didukung oleh tokoh-tokoh dan partai Islam yang seharusnya
menjadi agen pencerahan bangsa.

Misal salah satunya, sebuah partai politik Islam besar akhir April lalu
memasang sebuah iklan hitam putih seperempat halaman di sebuah harian
ternama nasional. Dalam iklan tersebut, partai ini dengan tanpa malu
memuat 'Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional: Harapan Itu Masih Ada".
Disadari atau tidak, iklan ini telah ikut meracuni pemikiran generasi
muda bangsa dengan ikut-ikutan latah menyiarkan kedustaan dan kesalahan
yang fatal. Padahal partai ini kebanyakan diisi oleh orang-orang muda
yang katanya intelek. Namun kenyataan yang terjadi sungguh memalukan!

Sayyid Quthb di dalam "Tafsir Baru Atas Realitas" (1996) menyatakan
orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah
sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang
ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita "Fa Innahu Minhum" (kita
menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.

Situs eramuslim.com sekurangnya sudah tiga kali memuat tentang
organisasi Boedhi Oetomo (BO) dan memaparkan bahwa organisasi ini sama
sekali tidak berhak dijadikan tongak kebangkitan nasional karena BO sama
sekali tidak pernah mencita-citakan kemerdekaan, pro-penjajahan yang
dilakukan Belanda, dan banyak tokohnya anggota aktif Freemasonry yang
merupakan organisasi pendahulu dari Zionisme. Seharusnya, tonggak
kebangkitan nasional disematkan pada momentum berdirinya organisasi
Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam
(SI) pada tahun 1905, tiga tahun sebelum BO.

Sebab itu, agar kita lagi-lagi tidak salah menganggap tahun 2008 ini
sebagai Momentum 1 Abad Kebangkitan Nasional, maka Kami lagi-lagi
menurunkan artikel terkait hal tersebut, agar kebenaran tetaplah
kebenaran, dan sama sekali tidak akan goyah walau dengan alasan politis
sekali pun. Sejarah adalah History, bukan His-Story!

Penghinaan Terhadap Perjuangan Umat Islam

Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional,
sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan
merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam. Karena
organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi
Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat
nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia
merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.

Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung
penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah
mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai
tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan fatal.

Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di
atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua
Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam
amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul "Syarikat Islam Bukan
Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa" karya si pengirim. Di
halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: "Hadiah kenang-kenangan untuk
Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!" Di bawah tanda
tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.

KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun
pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan
antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin
terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang
berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945,
topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang
Boedhi Oetomo.

"BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena
mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan
penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula
turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena
telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan
etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi
anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, " tegas
KH. Firdaus AN.

BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa
kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin
oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap
pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T.
Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin
hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo
dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat
setia dan patuh pada induk semangnya.

Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran
dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia.
"Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa
dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana
memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah
pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan
menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi
upaya mereka, " papar KH. Firdaus AN.

Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis "Tujuan organisasi untuk
menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura
secara harmonis. " Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama
sekali bukan kebangsaan.

Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang
Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata:
"Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu
soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam
gelombang kesulitan. "

Sebuah artikel di "Suara Umum", sebuah media massa milik BO di bawah
asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam
Majalah "Al-Lisan" terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, "Digul
lebih utama daripada Makkah", "Buanglah Ka'bah dan jadikanlah Demak itu
Kamu Punya Kiblat!" (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.

Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka
tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh
Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan,
melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja
telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr.
Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.

Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan.
Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar,
ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram
sejak tahun 1895.

Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan
cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan
dalam buku "Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan
Indonesia 1764-1962" (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak
terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.

Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo Kecewa dengan BO

Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung
penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah
tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua
pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo,
sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO.

Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan
mendirikan Syarikat Islam (SI, awalnya Syarikat Dagang Islam, SDI) di
Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. "Ini merupakan organisasi Islam yang
terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air
Indonesia, " tulis KH. Firdaus AN.

Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan
Madura-juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga
para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan
Madura-sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua
rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para
pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi
dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim
dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.

Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut-SI dan
BO-maka di bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya:

Tujuan:

- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya, 

- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran
Dasar BO Pasal 2).

Sifat:

- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia, 

- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura, 

Bahasa:

- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa
Indonesia, 

- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda

Sikap Terhadap Belanda:

- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial
Belanda, 

- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena
sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai
pemerintah kolonial Belanda, 

Sikap Terhadap Agama:

- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya, 

- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid
Algadrie dan Dr. Radjiman)

Perjuangan Kemerdekaan:

- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini
melewati pintu gerbang kemerdekaan, 

- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah
membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini
melewati pintu gerbang kemerdekaan, 

Korban Perjuangan:

- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda,
dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat, 

- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan
dibuang ke Digul, 

Kerakyatan:

- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan, 

- BO bersifat feodal dan keningratan, 

Melawan Arus:

- SI berjuang melawan arus penjajahan, 

- BO menurutkan kemauan arus penjajahan, 

Kelahiran:

- SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905, 

- BO baru lahir pada 20 Mei 1908, 

Seharusnya 16 Oktober

Hari Kebangkitan Nasional yang sejak tahun 1948 kadung diperingati
setiap tanggal 20 Mei sepanjang tahun, seharusnya dihapus dan digantikan
dengan tanggal 16 Oktober, hari berdirinya Syarikat Islam. Hari
Kebangkitan Nasional Indonesia seharusnya diperingati tiap tanggal 16
Oktober, bukan 20 Mei. Tidak ada alasan apa pun yang masuk akal dan
logis untuk menolak hal ini.

Jika kesalahan tersebut masih saja dilakukan, bahkan dilestarikan, maka
saya khawatir bahwa jangan-jangan kesalahan tersebut disengaja. Saya
juga khawatir, jangan-jangan kesengajaan tersebut dilakukan oleh para
pejabat bangsa ini yang sesungguhnya anti Islam dan a-historis.

Jika keledai saja tidak terperosok ke lubang yang sama hingga dua kali,
maka sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia seharusnya mulai hari
ini juga menghapus tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan
melingkari besar-besar tanggal 16 Oktober dengan spidol merah dengan
catatan "Hari Kebangkitan Nasional". (Rizki Ridyasmara)



This email and any attachments are confidential and may also be privileged.  If 
you are not the addressee, do not disclose, copy, circulate or in any other way 
use or rely on the information contained in this email or any attachments.  If 
received in error, notify the sender immediately and delete this email and any 
attachments from your system.  Emails cannot be guaranteed to be secure or 
error free as the message and any attachments could be intercepted, corrupted, 
lost, delayed, incomplete or amended.  Standard Chartered PLC and its 
subsidiaries do not accept liability for damage caused by this email or any 
attachments and may monitor email traffic.

 

Standard Chartered PLC is incorporated in England with limited liability under 
company number 966425 and has its registered office at 1 Aldermanbury Square, 
London, EC2V 7SB.

 

Standard Chartered Bank ("SCB") is incorporated in England with limited 
liability by Royal Charter 1853, under reference ZC18.  The Principal Office of 
SCB is situated in England at 1 Aldermanbury Square, London EC2V 7SB. In the 
United Kingdom, SCB is authorised and regulated by the Financial Services 
Authority under FSA register number 114276.

 

If you are receiving this email from SCB outside the UK, please click 
http://www.standardchartered.com/global/email_disclaimer.html to refer to the 
information on other jurisdictions.

Kirim email ke