Do'a dari seorang rakyat Indonesia yang sangat prihatin terhadap kondisi 
negerinya ... " Ya Allah yang menguasi hidup dan menggenggam setiap urusan, 
mengapa negeri yang kaya hasil alam ini menjadi seperti ini...? Ya Allah Ya 
rabbi, bila ini adalah bagian dari ujian kepada kami, berikanlah rasa sabar dan 
ikhlas dan kuatkan langkah hati ini agar dapat melalui ujian dariMu, namun bila 
kondisi ini akibat dari perbuatan kezholiman manusia, maka hanya Engkaulah yang 
patut membalasnya. Amin ... "

----- Original Message -----
From: Wawan Purnomo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
To: bicara@yahoogroups.com
Sent: Wed, 28 May 2008 09:54:13 -0000
Subject: [Bicara] Kezaliman Tak Berujung!

Zalim! Tidak memiliki hati nurani! Inilah gambaran yang tepat untuk
Pemerintah ketika mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM.
Pemerintah resmi mengumumkan kenaikan BBM rata-rata 28,7%, Jumat
(23/05/2008), jam 22:15 WIB, yang disampaikan oleh Menteri ESDM,
Purnomo Yusgiantoro, dengan didampingi sejumlah Menteri Kabinet
Indonesia Bersatu.

Dampak dari kenaikan BBM ini tidak perlu diperdebatkan lagi.
Pemerintah memang mengklaim, bahwa lebih baik menaikkan harga BBM yang
nantinya akan menurunkan angka kemiskinan karena dibarengi dengan
program bantuan langsung tunai (BLT) plus. Namun, ini adalah sebuah
kebohongan! Mengapa? Sudah banyak pengamat menyatakan ?dan masyarakat
juga sudah merasakan secara langsung? bahwa kenaikkan BBM berdampak
pada kenaikan harga semua barang dan jasa. Itu adalah sebuah
keniscayaan. Artinya, kenaikan BBM akan menambah jumlah orang miskin.
Sebabnya, daya beli masyarakat cenderung menurun, sementara
harga-harga barang dan jasa langsung meroket naik.

Pantauan Beritajakarta.com, Senin (26/5) pagi, di beberapa pasar
tradisional di Jakarta Selatan, para pedagang langsung menaikkan harga
begitu Pemerintah mengumumkan kenaikan BBM. Seperti yang terjadi pada
pasar tradisional di Kelurahan Pasar Minggu, Kebayoran Baru, dan
Kebayoran Lama. Harga telur ayam yang biasanya dijual seharga Rp
11.500 menjadi Rp 13.000 perkilo. Harga kebutuhan seperti minyak
goreng, gula pasir, dan kacang tanah pun naik antara Rp 1.000-Rp 3.000
perkilo.

Untuk harga beras, kenaikan sekitar Rp 500 perkilo. Beras jenis biasa
yang sebelumnya dijual seharga Rp 3.500, misalnya, menjadi Rp 4.000
perkilo; jenis super dari Rp 5.500 menjadi Rp 6.000 perkilo. Daging
sapi yang semula Rp 47 ribu menjadi Rp 60 ribu perkilo. Kondisi ini
terjadi di hampir semua daerah di Indonesia.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berimbas juga pada harga gas
elpiji. Di Solo, Jawa Tengah, Senin (26/5), misalnya, saat ini harga
elpiji ukuran 15 kilogram menjadi Rp 56 ribu hingga Rp 57 ribu, atau
naik Rp 1000 hingga Rp 2000. Bahkan di tingkat pengecer harga elpiji
bisa mencapai lebih dari Rp 58 ribu. Sebelumnya, gas elpiji berukuran
15 kilogram dijual pada kisaran Rp 55 ribu. (Liputan6.com, 26/05/2008).

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI)
Jabar-Banten, Didi Turmudzi, yang juga Rektor Universitas Pasundan
(Unpas), mengatakan kenaikan harga BBM pasti memiliki pengaruh
terhadap 432 PTS di Jabar-Banten pada tahun ajaran mendatang.
Sebabnya, biaya sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) akan
disesuaikan (dinaikkan) dibandingkan dengan tahun lalu. Tentu saja
kenaikan biaya SPP akan berdampak pada turunnya jumlah mahasiswa pada
tahun ajaran yang akan datang. Bahkan pada tahun sebelumnya, jumlah
mahasiswa sudah berkurang antara 30-40 persen. "Saya memprediksi pada
tahun ajaran nanti akan terjadi pengurangan jumlah mahasiswa baru
sebesar 40 persen. Ini karena kekuatan ekonomi yang semakin lemah,"
paparnya. (Okezone, 26/5/2008). Walhasil, pendidikan tinggi, bisa
dipastikan hanya milik orang yang berduit saja. Rakyat miskin `tidak
berhak' untuk pandai.

Biaya tranportasi ikut-ikutan naik. Buruh pun terancam PHK massal,
karena beban berat para pengusaha, dll. Jika sebelumnya, seolah-oleh
pengusaha mendukung kenaikan BBM, ternyata mereka adalah para kroni
penguasa. Dengan kata lain, mereka tidak mewakili para pengusaha yang
sesungguhnya. Karena jelas, pengusahalah pihak yang juga terkena
dampak langsung dari kenaikan BBM ini.

Klaim Bohong Pemerintah

Pemerintah tampaknya tidak mau tahu. Mereka sudah buta mata, buta
telinga, dan ?yang paling menyedihkan? buta nurani. Berbagai cara
dilakukan Pemerintah yang tak bernurani ini untuk menenangkan
masyarakat. Senjata utamanya adalah subsidi langsung. Pemerintah
mengklaim, sudah saatnya Pemerintah memberikan subsidi langsung kepada
orang, bukan pada barang yang lebih banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat kelas menengah ke atas. Jelas, ini adalah kebohongan lain!

Pemerintah kemudian membagi-bagikan uang sebesar Rp 100.000 perbulan
plus beras raskin. Apakah ini menyelesaikan persoalan? Tentu tidak! Rp
100.000 perbulan untuk satu keluarga (yang berarti Rp 3000 perhari)
tentu tidak akan pernah cukup, mengingat biaya hidup meningkat
berlipat-lipat. Uang tersebut untuk sekadar menyambung hidup saja jauh
api dari panggang. Apalagi untuk memenuhi transportasi, pendidikan,
kesehatan, dll yang layak. Ini seperti sebuah mimpi di siang bolong.
Prof. Ryas Rasyid menggambarkan, program BLT adalah program
`penggembira'. Ibarat anak kecil yang dihajar habis-habisan sampai
babak belur, supaya tidak menangis, dia diberi permen. Rakyat akan
semakin menderita. Untuk membujuk rakyat, mereka diberi Rp 3000 perhari.

Walhasil, kebijakan menaikkan BBM ini merupakan upaya sistematis untuk
`membunuh' rakyat. Dengan kebijakan ini, akan semakin banyak rakyat
yang meregang nyawa karena kemiskinan; akan semakin banyak anak-anak
yang sakit karena orangtuanya tidak mampu memberikan gizi yang baik;
akan semakin banyak pula orang miskin yang sulit ke rumah sakit karena
biaya rumah sakit yang semakin tidak terjangkau oleh mereka. Yang
jelas, warga miskin akan selalu berkutat dalam benang-kusut
kemiskinannya, karena akses untuk `memperbaiki diri' telah tertutup
rapat-rapat akibat kenaikan harga-harga. Terjadilah kemiskinan absolut
dan turun-temurun. Ini bukan masalah main-main. Ini adalah tindakan
pembunuhan terhadap rakyat yang termasuk dosa besar. (Lihat: QS
an-Nisa' [4]: 93).

Pemerintah Tunduk Pada Arahan Asing

Pertanyaannya, mengapa Pemerintah tega mengeluarkan kebijakan zalim
seperti ini? Tidak lain demi mematuhi arahan dari tangan-tangan
Kapitalis penjajah. Ini bisa dilihat dari pujian yang disampaikan oleh
Bank Dunia kepada Pemerintah Indonesia. Bank Dunia menyatakan, bahwa
Indonesia telah berhasil mereformasi anggaran dan mengarahkan ekonomi
ke jalan yang benar. (MetroTV, 26/5/2008, pukul 11.20). Pujian ini
jelas merupakan tekanan dari asing kepada Indonesia. Pertanyaannya,
`jalan yang benar' untuk siapa? Untuk kepentingan rakyat ataukah untuk
kepentingan penjajah? Jelas, kebijakan menaikkan BBM ini adalah
kebijakan yang tidak pro-rakyat dan sarat dengan intervensi asing
(penjajah). Ini dipertegas oleh ekonom Ichsanuddin Noorsy yang
mengatakan, bahwa kebijakan menaikkan BBM adalah rekomendasi dari Bank
Dunia. (TVOne, 26/5/2008).

Jauh-jauh hari, negara-negara penjajah itu, melalui IMF telah memaksa
Pemerintah untuk melakukan kebijakan `lacur' dalam sektor energi
primer. Pemerintah meliberalisasi sektor energi primer, termasuk
migas. Seperti yang diungkap Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila
Universitas Gadjah Mada (UGM), Revrisond Baswir, kepada Tempo
Interaktif (2/10/2005), kenaikan harga BBM tersebut hanyalah bagian
dari target liberalisasi sektor migas yang akan melepas harga minyak
dalam negeri ke pasar dunia. "Kenaikan ini hanya sebagian saja dari
proses menuju liberalisasi tadi dan Pemerintah selangkah lagi dalam
agenda tersebut," kata Baswir.

Ia juga memperkirakan, Pemerintah masih akan menaikkan harga BBM,
karena harga yang sekarang pun masih di bawah harga pasar. Menurutnya,
Pertamina sudah akan kehilangan izin PSO (public service
obligation)-nya. Akhirnya, di sektor hilir migas di Indonesia akan
masuk pengecer BBM lainnya seperti Exxon, Caltex, dan sebagainya.

Ini malapetaka. Kita kaya minyak. Namun, saat harga minyak mentah
dunia melambung tinggi, yang menikmatinya justru kaum Kapitalis
penjajah dan komprador mereka. Rakyat Indonesia berdarah-darah, dan
semakin menderita. Sebabnya, 90% kilang-kilang minyak Indonesia
dikuasai oleh asing.

Wahai Kaum Muslim:

Kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM harus kita tolak! Ini adalah
kebijakan yang zalim dan akan semakin menyengsarakan rakyat. Kenaikan
terbukti telah memicu naiknya harga semua barang dan jasa, yang
artinya menambah penderitaan rakyat yang selama krisis memang sudah
semakin menderita. Dana kompensasi berupa BLT Plus yang akan diberikan
tidak akan mencukupi untuk mengganti penderitaan rakyat banyak akibat
kenaikan BBM itu.

Cara yang ditempuh Pemerintah bukan cara yang tepat. Banyak langkah
yang disarankan para pakar, tetapi tidak didengar Pemerintah.
Keputusan Pemerintah lebih pada upaya liberalisasi minyak. Ini jelas
untuk membuka peluang bagi pihak penjajah yang hendak menguasai sektor
hilir, setelah selama ini menguasai 90% sektor hulu. Untuk itulah,
kita harus berupaya mengambil kembali kekayaan di sektor energi ini
khususnya, termasuk migas, dan mengembalikan kepemilikannya kepada
'pemilik'-nya yang sah, yakni umat.

Wahai Kaum Muslim:

Kenaikan BBM, kelangkaan sembako dan kesulitan hidup yang dialami oleh
rakyat saat ini adalah dampak diterapkannya Kapitalisme-sekular, baik
dalam bidang ekonomi maupun politik. Karena itu, sudah saatnya sistem
Kapitalisme-Sekular yang selama ini mencengkeram Indonesia dan
menimbulkan kesengsaraan rakyat banyak harus segera ditinggalkan.
Penggantinya adalah Islam. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ 
أَعْرَضَ 
عَنْ ذِكْرِي 
فَإِنَّ لَهُ 
مَعِيشَةً 
ضَنْكًا

Siapa saja yang berpaling dari peringatan (syariah)-Ku, maka
sesungguhnya dia berhak mendapatkan kehidupan yang sempit. (QS Thaha
[20]: 124).

Untuk itu, seluruh rakyat Indonesia, termasuk para pejabat dan para
wakil rakyat, hendaknya menyadari, bahwa negeri ini tidaklah akan bisa
keluar dari krisis yang membelenggunya, dan tidak akan mampu
membebaskan diri dari segala kelemahannya, kecuali jika di negeri ini
diterapkan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah
Rasyidah. Jika tidak, selamanya negeri ini akan terus didera kesulitan
demi kesulitan serta tetap dikuasai oleh penguasa yang zalim.

Untuk itu pula, janganlah sekali-kali kita mempercayai penguasa zalim,
yang tunduk pada penjajah, dan menyengsarakan rakyat. Kami
mengingatkan doa Nabi kepada mereka:

?اللَّهُمَّ 
مَنْ وَلِيَ 
مِنْ أَمْرِ 
أُمَّتِي 
شَيْئًا 
فَشَقَّ 
عَلَيْهِمْ 
فَاشْقُقْ 
عَلَيْهِ?

Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia membebani
mereka, maka bebanilah dia! (HR Muslim dan Ahmad).[]

Komentar:

Hanya karena meruntuhkan Teori Evolusi, Harun Yahya kembali dipenjara
(Hidayatullah.com, 27/5/2008).

Demokrasi dan HAM memang dusta! Masihkah dipercaya?!

Kirim email ke