Salam untuk Anda semua,
 
Dalam sebuah pelatihan internal yang kami laksanakan di perusahaan, saya 
menangkap suatu hal yang unik. Ketika trainer (yang juga MR kami) mengajukan 
pertanyaan terbuka kepada audience tentang 3 pilihan, yaitu mana yang akan 
dipilih jika kepada audience ditawarkan :
1. Gaji sebesar Rp.   2.000.000,00 + bonus + motor + mess,
2. Gaji sebesar Rp.   7.000.000,00 + bonus + rumah dinas lengkap dengan 
perabotan, atau
3. Gaji sebesar Rp. 20.000.000,00 + mobil dinas dan rumah dinas
 
Siapa yang pilih penawaran 1 ? Beberapa orang tunjuk jari
Siapa yang pilih penawaran 2 ? Beberapa orang tunjuk jari
Siapa yang pilih penawaran 3 ? Beberapa orang tunjuk jari
 
Anehnya, ternyata ada juga beberapa orang di antara peserta pelatihan yang 
tidak memilih satu pun dari tiga pilihan yang ada. Unik kan ?
 
Ketika ditanyakan kepada mereka tentang alasan abstain-nya itu, mereka menjawab 
bahwa mereka bingung harus pilih mana, karena pasti ada sesuatu hal di balik 
penawaran itu.
 
Cukup sampai di sini ilustrasi saya, sebelum kita lebih jauh terlibat gossip J
 
Keraguan untuk memilih, sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya kita. Kita 
begitu sering memikirkan akibat – akibat dari pilihan hingga habis waktu kita 
untuk menentukan pilihan. Dan ketika kita melihat ada orang lain yang memilih 
salah satu pilihan dari pilihan – pilihan yang ditawarkan juga kepada kita 
sebelumnya, maka biasanya adalah : “Coba, aku waktu itu pilih … pasti deh … .” 
atau “Tuh, kan dia gagal total. Untung aku dulu gak pilih itu.” 
 
Atau beberapa alasan berikut ini, yang biasa kita temui dalam keseharian :
 
“Memang menggiurkan sih, tapi apa iya akan semudah itu ?”
“Gajinya memang besar sih, tapi dulu karyawannya banyak yang keluar masuk. 
Ngeri ah”
“Dia memang cantik, tapi katanya keluarganya sangat selektif. Mending nggak 
deh, daripada kecewa.”
 
Masalahnya, bukan karena untung atau ruginya memilih atau tidak memilih, karena 
dalam hidup kita harus memilih mau menjadi apa kita. Kita hidup itu perlu cita 
– cita, dan bagi orang seperti kita yang punya cita – cita ini, tidak ingin 
hanya cukup sebagai orang – orang yang biasa saja.
 
Sekarang begini, coba kita renungkan apakah ada sesuatu di dunia ini yang tanpa 
resiko, meskipun ada kemudahan di dalamnya ? Seorang yang berjalan hati - hati 
bisa saja mengalami tersandung entah batu atau akar pohon, kemudian bukankah 
orang menguap pun bukan berarti tidak ada resiko sendi rahangnya terkunci, bila 
tidak berhati – hati ? bahkan dalam bernafas pun akan terganggu bila tiba – 
tiba kita mencium bau amoniak, kita akan tersedak karenanya. Tidur pun bukan 
tanpa resiko akan menyebabkan pusing atau sakit leher bila bantal kita terlalu 
tinggi dan keras.
 
Kemudian, mengapa kita cenderung menakutkan hal – hal yang terjadi dulu, dan 
katanya ? Bukankah jaman selalu berubah dan selalu berkembang ?
 
Jika ada pertannyaan, mengapa Tuhan menciptakan orang sukses yang berhasil, 
namun juga tidak sedikit jumlahnya orang yang gagal dan tidak beruntung ?
 
Apakah kira – kira jawaban Anda ? Apakah Anda akan menyalahkan Tuhan yang tidak 
adil ?
Tuhan Maha-adil, karenanya Beliau menciptakan kita sama “telanjang” ketika 
lahir. Dari keluarga manapun bayi lahir selalu dalam keadaan yang sama, tanpa 
simbol – simbol kemegahan.
 
Banyak contoh di sekitar kita, bagaimana orang – orang yang”menurut kita” 
semestinya tidak layak untuk berhasil, toh kenyataannya bisa berbuat 
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang ? He Ah Lee misalnya, 
seorang gadis Korea yang lahir tidak sempurna, hanya memiliki 4 jari tangan dan 
kemunduran mental, toh bisa berbuat yang menakjubkan dan menghibur dengan 
kelincahan jari jemarinya “membelai” tuts piano. Kemudian ada Den Mas Sugeng 
dari Mojokerto, yang kehilangan kakinya akibat kecelakaan lalu lintas semasa 
SMA, toh dia memilih untuk berhasil berbuat sesuatu yang penting dengan 
menciptakan kaki palsu untuk kawan – kawan kita yang senasib dengannya. Bahkan 
seorang Helen Keller yang dikaruniai kebutaan sejak lahir telah mampu menjadi 
berkat bagi banyak orang yang terlahir sempurna dan lengkap.
 
Perlu kita amini bersama, bahwa kesuksesan atau keberhasilan hidup itu tidak 
selalu ditakar dengan banyaknya materi yang kita miliki. Kesuksesan itu lebih 
karena keberanian kita memilih dan mengambil resiko sebagai akibat dari pilihan 
kita, dan selanjutnya tekun mengupayakan kebaikan atas apa yang telah kita 
pilih untuk memuliakan orang lain. Itulah sukses sesungguhnya.
 
Orang yang akan sukses, tidak takut melewati jalan yang pernah orang gagal 
lalui. Dia juga tidak akan pernah dengarkan nasihat dari orang – orang yang 
mengecilkan. Dia juga akan dengan sangat yakin mengatakan : “Jika saya gagal 
hari ini, masih ada hari  - hari lain yang disediakan Tuhan untuk saya lebih 
siap lagi mendapatkan persetujuan.”
 
Jadi bila ada orang lain yang memiliki satu atau beberapa hal lebih baik dari 
kita, yakinlah bahwa Tuhan juga telah memberikan hal lain bagi kita untuk 
menyeimbangkan dengan yang kita lihat pada orang lain itu. Tinggal kerelaan 
kita saja untuk meng-eksplorasi-nya.
 
Apakah Anda masih bingung memilih ? Tuhan tidak pernah memberikan pilihan yang 
tidak baik bagi kita yang teramat dicintai-Nya.
 
 
 
Salam Gemilang,Benedict Agung Widyatmoko [085710143410]
http://benedikawidyatmoko.wordpress.com
http://benagewe.blogdetik.com
_________________________________________________________________
Easily publish your photos to your Spaces with Photo Gallery.
http://get.live.com/photogallery/overview

Reply via email to