ANTARA DOA DAN MANTRA
Akhir-akhir ini aku memang sedang sibuk sekali. Bahkan sangat sibuk. Aku harus mengatur seluruh jadwalku karena kalau tidak, sudah pasti akan ada kegiatan yang tidak bisa aku laksanakan. Pada saat-saat sibuk seperti itu, saat-saat aku merasa tidak punya waktu luang yang lebih banyak, aku sering meneriakkan kalimat untuk diriku sendiri. Kalimatnya begini, "Sesuatu yang besar dicapai dengan usaha keras dan pengorbanan!" Setelah berteriak dalam hati dengan kalimat tersebut, ada perasaan bahwa semangatku bertambah, optimismeku dalam menjalani seluruh kegiatan yang sangat padat ini meningkat. Kadang saat menyetir ketika menuju kepada sebuah meeting dengan klien training, kadang saat mengendara motor karena aku harus memburu waktu untuk negosiasi, juga pada saat aku harus menjalankan jadwal terbangku sebagai karyawan sebuah maskapai penerbangan. Hampir setiap jam. Hampir setiap hari. Hampir setiap aku melangkah keluar dalam kegiatanku. Selalu kuteriakkan kalimat 'sakti' tersebut. Ya, kalimat sakti yang mungkin sudah menjadi sebuah 'doa' bagiku. Atau istilah yang lebih populer lagi adalah sudah menjadi mantra untuk diriku. Doa, mantra atau kalimat sakti bagiku sama saja, esensinya sama. Banyak yang masih tidak mau terima ketika aku bilang bahwa aku punya doa yang mujarab untuk menambah motivasi dan optimisme. Tetapi banyak yang tidak menolak ketika aku bilang bahwa aku punya mantra untuk menambah motivasi dan optimisme. Padahal kalimatnya sama, ya itu-itu juga. Yang ingin aku tekankan di sini bukanlah doa atau mantra itu apa. Tetapi pengaruh sebuah kalimat yang dapat mengubah seluruh pergerakan sel tubuh manusia. Mengapa itu bisa terjadi? Bagaimana membuatnya supaya itu bisa terjadi? Darimana saya memualinya untuk membuat itu terjadi? Tiga pertanyaan diatas itulah yang sering aku gunakan untuk memulai segala sesuatu. Why mengapa? How bagaimana? Where darimana? Bagiku, `Mengapa' itu adalah merupakan pekerjaan bidang wilayah kesadaran manusia yang berada di wilayah emosi. Istilah kerennya adalah emotional quotient. `Bagaimana' itu adalah merupakan pekerjaan bidang wilayah kesadaran manusia yang berada di wilayah spiritual. Istilah kerennya adalah spiritual quotient. `Darimana' itu adalah merupakan pekerjaan bidang wilayah kesadaran manusia yang berada di wilayah kesadaran menghadapi hambatan dan tantangan. Istilah kerennya adalah Adversity quotient. Sebuah kalimat atau kata adalah merupakan susunan energi yang bisa dibaca. Maka kadang kalau kita mengucapkan kalimat atau membaca kata kita merasakan perubahan dalam perasaan kita. Bisa sedih, senang, marah atau berapi-api. Mengapa? Karena kalimat atau kata itu pada mulanya menyentuh pikiran manusia. Di pikiran itulah segala sesuatu diproses. Pikiran mempunyai filter untuk menyaringnya sebelum masuk ke bawah sadar manusia. Bagaimana? Pikiran yang terdiri dari bermilyar-milyar neuron (sel otak) adalah sebuah jalan bercabang yang saling berhubungan antara satu neuron dengan neuron yang lain. Ketika kalimat kita ucapkan maka terjadi aliran listrik yang melewati neuron-neuron tersebut sehingga terjadi loncatan listrik yang menghubungkan satu neuron dengan neuron yang lain. Semakin kita mantap dalam mengucapkan sebuah kalimat, semakin sering loncatan listrik terjadi dan semakin kokoh jembatan yang tercipta antara neuron tersebut. Darimana? Mulailah dari membuat kalimat untuk diri sendiri yang cocok. Versinya bisa apa saja, kalimatnya bisa apa saja. Yang terpenting adalah merasa nyaman dengan kalimat tersebut dan tidak terjadi pertentangan di pikiran ketika mengucapkannya. Apapun bentuknya, sebuah motivasi dan optimisme bisa anda temukan dalam diri anda sendiri. Bisa anda munculkan dari diri anda sendiri. Salam sukses! Agung webe RECOLLECTION master trainer http://www.agungwebe.co.cc http://www.recollection.page.tl