*Panggil Aku..Ibu Gajah Mada !!!*
By Made Teddy Artiana
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com/


Peristiwa ini terjadi pada saat aku bersekolah di SMA atau sekarang dikenal
dengan SMU. Ini adalah kisah nyata. Cerita tentang seorang guru sejarah kami
yang sangat-sangat unik. Kami menyebutnya dengan sebutan "Ibu Gajah Mada".
Bukan karena mengajar Sejarah beliau mendapat nama itu. Gelar "Gajah Mada"
di dapat besar kemungkinan karena, Ibu guru kami yang satu ini memiliki pipi
gemuk dan wajah yang berlipat ala Patih Gajah Mada. Belum lagi sisiran
rambut 'semilak' dengan konde nangkring dibelakang. Bertubuh tinggi besar
dan leher yang agak pendek. Semuanya itu makin mengokohkan nominasi nya
untuk mendapatkan gelar tersebut. Sebenarnya sebutan itu kami dapatkan dari
kakak kelas kami, merekapun kemungkinan besar mendapatkannya dari
senior-senior kami. Saking ngetopnya nama "Gajah Mada" atau sering disingkat
dengan "GM", sampai-sampai aku pribadi tidak pernah tahu siapa nama Ibu GM
sesungguhnya. Tetapi walaupun berwajah sangar, dan sangat jarang tersenyum,
apalagi tertawa, ibu GM termasuk guru yang sangat pandai dan sangat-sangat
menguasai mata pelajaran sejarah.

Selain wajah dan keangkeran beliau, ada sesuatu yang membuat Bu GM sangat
berbeda dari guru-guru yang lain. Entah karena ilham darimana, ia memiliki
cara tanya jawab yang sangat istimewa. Bahkan dapat dipastikan cara tanya
jawab model begini hanya dimiliki oleh Bu GM seorang. Sungguh unik dan
kadang konyol. Gilanya, cara ini terbukti sangat efektif untuk membuat kami
selalu siaga. Everybody stay alert ! "Kamu yang dipojok", begitu kata
pembuka yang sering dipakainya. "Siapa nama istri Tunggul Ametung ?". Murid
yang kebetulan duduk dipojok, segera menjawab. Setelah itu, permainan ala
teka-teki silang pun dimulai. "Dari sana maju dua. Siapa yang membunuh
Tunggul Ametung". Mulailah kami menghitung beramai-ramai, dan murid yang
berada diposisi 'maju dua' segera menjawab. "Ke kiri tiga, mundur satu.
Siapa nama Ayah Hayam Wuruk ?". Nah variasi ini yang repot, menghitung tiga
orang ke kiri kemudian mundur satu. Dijamin membuat siapapun yang duduk di
kelas saat itu deg-degan.. Apalagi jika clue nya semakin kompleks. "Ke kanan
dua, maju satu, kiri satu" atau "mundur tiga diagonal dua". Sontoloyo khan
?! Jangankan jawab, ngitungnya aja puyeng ! Nah bagaimana jika bangkunya
kosong ? kalau kebetulan bangku yang jadi sasaran tidak ada penghuninya,
alias kosong, maka Bu GM dengan tanpa ekspresi akan ngeles,"yak..di depannya
!". Kalau hitungan melewati ruang kelas alias kelebihan ? Untuk yang satu
ini sudah ada perjanjian sebelumnya, bahwa jika perhitungan itu kebablasan,
yang menjawab adalah ia yang paling dekat dengan tembok kelas. Pernah suatu
ketika, permainan ular tangga ini jadi keliatan agak aneh. "Maju tiga, ke
kiri enam, maju satu. Siapa nama Sultan Demak pertama yang memeluk agama
islam ?". Setelah sibuk menghitung, kami semua terdiam. Beberapa saat
situasi tampak hening, "Kok diam ? Bisa Jawab nggak ?", tanya Bu GM sambil
mengintip dari sebelah sisi buku yang menutup wajahnya. Melihat kami terpaku
tak bereaksi, Bu GM berteriak dengan lantang "Giliran siapa nihhh ? Cepat
jawab !!!". Seorang teman wanita yang duduk persis di depan beliau menjawab
dengan terbata-bata "Maaf Bu..ee..sekarang gilirannya Ibu". Sejenak beliau
terhenyak, matanya melirik ke kanan dan ke kiri. "Ooh saya. Oke..oke. Raden
Patah !", jawabnya kalem lalu bersembunyi lagi di balik buku.

Adalah seorang teman, Joni namanya. Ia adalah salah seorang murid yang
terkenal paling badung. Tidak hanya dikelas, melainkan juga di sekolah Kalau
'mekanisme' tanya jawab ini membuat kami tegang, lain halnya dengan Joni. Ia
mengutuk keras ! Sangat tidak manusiawi, menurut nya. Pasalnya, Joni itu
punya penyakit gagap. Kegagapan ini akan muncul terutama kalau dia berada
dalam situasi yang tegang. Karena itulah hampir disetiap pelajaran sejarah,
Joni berasa bagai di neraka. 2 jam seakan 2 minggu. Dulu, waktu pertama kali
tanya jawab ular tangga ini diperkenalkan, Joni adalah satu-satunya orang
yang sangat-sangat heboh. Nggak pernah duduk tenang, selalu dalam posisi
setengah berdiri, menggaruk-garuk kepala, kemudian menghitung urutan bangku
dengan bersuara dan menunjuk-nunjuk kesana-kemari, "maju dua..tuk..wak..ke
kanan tiga..tuk wa..ga…". Tak urung hal ini membuat ibu GM risih. "Heh kamu,
ngitungnya dalam hati, berisik !!", bentak nya. Joni langsung tutup mulut,
tetapi tangannya tetap saja menunjuk-nunjuk berhitung, karuan ini membuat Bu
GM jadi makin berang. "Nggak usah nunjuk !! Kaya anak SD saja !!". Bentakan
kedua ini membuat Joni putus asa. Dia duduk lemas, terlihat sedih banget.
Kini tidak hanya mulutnya yang rapat terkunci, jarinya pun sudah nggak lagi
nunjuk-nunjuk. Tetapi sebagai gantinya, Joni menggunakan kepalanya.
Mengangguk dua kali kedepan, kemudian kekanan sebanyak tiga kali. Adegan ini
membuat kami cekikikan menahan tawa. Pernah suatu ketika, sasaran tembak Bu
GM tepat berada, disebelah kanan Joni. Berada dalam posisi nyaris, membuat
Joni bernafas lega. Tetapi ketika orang disebelahnya bersiap akan menjawab,
entah karena iseng atau sentimen Si Ibu berkata,"ke kiri….satu". Wajah yang
semula angat bahagia itu segera berubah tegang. Dengan mata melotot, Joni
terdiam mematung. Puluhan pasang mata, memusatkan pandangan ke arah nya.
Dalam keadaan seperti ini, hampir dapat dipastikan penyakit gagap Joni akan
kambuh. Kami sekelas sangat hafal dengan geja-gejalanya. Pertama-tama
keringat pasti menetes di jidatnya, setetes dua tetes..tiga tetes, semakin
deras. Ia akan terlihat sibuk mengelap keringat, dan menggosokkannya di
celana. Lalu baju bagian belakang terlihat semakin basah. Punggungnya
berayun patah-patah, maju mundur. Alis berkerut, bibir bergetar dan jakun
dilehernya kadang terlihat kadang menghilang tertelan. Persis seperti ayam
yang menelan ban dalam sepeda. Sungguh-sungguh keadaan yang mengerikan bagi
Joni, tetapi tontonan yang sangat mengasikkan plus menggelikan buat kami.
Kalau saja ini bukan mata pelajaran Bu GM, kami pasti sudah serempak
mengagetkannya, atau iseng menepok pantatnya. Tetapi karena ini mata
pelajaran Bu GM, tidak ada satupun yang berani membantu Joni. Alhasil Joni
harus berjuang sendiri, bak seorang ibu yang harus berjuang di ruang
bersalin. Sungguh-sungguh mengerikan.

Lain Joni lain juga pengalaman yang satu ini. Waktu itu ada seorang murid
pindahan dari Jakarta. Danan panggilannya, Dananjoyo nama lengkap nya. Ia
bukan saja baru, tetapi bagi kami, orang daerah, Danan itu rada aneh.
Petantang-petenteng ala Ali Topan, sepatu Nike, rambut belakang agak
panjang, dua kancing baju atas terbuka, kalung bertali hitam di leher,
malboro di saku kiri, dompet dan sisir disaku kanan. Pokoknya bagi kami
waktu itu, Danan 'Jakarte abis' dah. Meskipun aneh, Danan sangat ramah,
tepatnya sok kenal sok deket. Nggak heran jika hanya dalam tempo empat hari
kenalannya sudah tersebar sampai di kelas-kelas tetangga. Parahnya,
pendekatannya agak berlebihan, nggak cuman sama teman sebaya, sama gurupun
dia terlihat "ngobrol" banget. Sedikit sok tua, menurut cewek-cewek di
sekolah. Kebetulan hari itu, Bu GM yang terjadwal dikelas, belum muncul. Si
Danan segera mengajukan diri untuk 'menjemput' guru pengajar, seperti
hari-hari kemarin. Dengan ke PeDe-an di atas rata-rata orang Bali pada
umumnya, Danan segera melesat ke kantor guru. Lima menit, sepuluh menit,
sampai lima belas menit lebih ditunggu, Danan nggak kunjung nongol. Akhirnya
setelah setengah jam, Si Murid Baru yang hiperaktif muncul juga. Tetapi
dalam prosesi yang tidak biasa. Ibu Gajah Mada berjalan paling depan dengan
wajah sangat tegang, sementara Danan mengiringinya dari belakang dengan
wajah tertunduk pucat pasi. Ada yang ganjil. Biasanya Si Danan selalu
berjalan berdampingan sambil berbasa-basi dengan guru yang ia jemput. Bahkan
kalau saja Danan tidak mengenakan seragam SMA, akan cukup sulit kita
membedakan mana guru dan yang mana murid. Iring-iringan itu semakin
bertambah mengherankan, setelah mereka masuk ke ruangan kelas. Danan
bukannya duduk dikursi, malah berdiri di sebelah papan tulis, di depan
kelas. Kontan kami saling toleh, beberapa temen cewek pada bisik-bisik
menyaksikan tingkah aneh Danan. Ada apaan nih ? Melihat reaksi kami Bu GM
angkat bicara, "Ini teman baru kalian", kata beliau,"Tadi menjemput saya di
kantor guru.Tapi yang dicari bukan saya". Hampir sekelas mengernyitkan dahi.
"Dia nyari Ibu Gajah Mada !!", teriak Bu GM dengan nada suara tenor
bercampur sopran. Astaga geblek !! Mampus ! Kami semua kaget bukan kepalang.
"Sebelum saya panggil, saya minta orang yang memperkenalkan nama 'Gajah
Mada' kepada murid baru ini, maju ke depan !", bentak Bu GM. Alhasil dalam
waktu kurang dari satu menit Danan akhirnya mendapatkan seorang teman, untuk
berdiri bareng di depan kelas. Orang itu adalah ketua kelas kami alias aku
sendiri, karena waktu itu Danan nanya tentang siapa nama guru pengajar
sejarah dan karena sudah begitu terbiasa, tanpa berpikir panjang, aku
menjawab "Ibu Gajah Mada". (***mta***)



om santi..santi..santi..
*MTA - Made Teddy Artiana -
*mobile. 0813 178 227 20 - 0815 740 900 80

*Kunjungi "Galery Photography Kami" dan kasih saran...doooong :-)

# COMMERCIAL Photography #*
http://companyprofile.multiply.com
http://withbobsadino.multiply.com

*# JURNALISM Photography #*
http://fotojalanan.multiply.com

# *WEDDING Photography #*
http://prewedding3.multiply.com
http://prewedding2.multiply.com
http://prewedding.multiply.com
http://candidwedding.multiply.com
http://weddingceremony.multiply.com

---ATENG BAWA KAYU : TENGKYU---

Kirim email ke