*Pak Sumendi….oh… Pak Sumendi* By MTA (Made Teddy Artiana) http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com/
Perawakannya tinggi semampai. Rambut bergelombang dan agak tipis dibagian depan. Berpakaian safari biru tua dengan celana bagian bawah ala Elvis. Ketat diatas, melebar dibawah. Jika ia berjalan maka bagian yang melebar itu tampak terkibas ke kanan dan kiri. Model sapu jagat, tempo doeloe. Made Sumendi, namanya. Kami memanggilnya Pak Sumendi.Beliau adalah wakil kepala sekolah kami saat itu. Mengharapkannya tersenyum sama susahnya seperti mengharapkan Westerling tersenyum. Apalagi tertawa. Sebenarnya ia adalah guru yang baik, tetapi entah mengapa ia tidak terlihat akrab dengan murid-muridnya. Sengaja menjaga jarak, bahkan cenderung agak berlebihan. Sok Cool. Sok berwibawa begitu kira-kira. Tapi seluruh usahanya itu dapat dipastikan sia-sia. Mengapa ? Setelah agak lama mengenal beliau, baru kami dapat menebak mengapa beliau mengambil pendekatan seperti itu. Apalagi tebakan itu dikuatkan dengan sebuah sentilan dari beberapa kalangan guru, yang sebenarnya juga iseng menebaknya. Intinya kami, guru dan murid sudah sepakat, bahwa ke-jaim-an nya itu berhubungan dengan wajah yang dimiliki Pak Sumendi. Ingat pelawak Ateng dan Iskak yang cukup ngetop dulu ? Nah Pak Sumendi, boleh percaya atau tidak, punya wajah yang sangat mirip dengan Iskak. Sangat-sangat mirip. Bagaikan kembar, tapi beda nasib. Nah kemiripannya dengan wajah pelawak Iskak inilah yang membuat Pak Sumendi tidak pernah berhasil membuat dirinya berwibawa. Mungkin bagi beliau itu berwibawa, tetapi bagi kami sebaliknya. Sangat mengelikan. Berkaitan dengan wajah beliau itu. Ada sebuah gejala yang sering kali berulang, yang kami sebut dengan Iskak's syndrome. Jadi begini, saking miripnya sampai-sampai membuat hampir semua orang yang melihat Pak Sumendi untuk pertama kali, pasti akan menoleh lagi. Hingga dua sampai tiga kali. Dan kemudian mengamati dengan seksama wajah itu. Kadang mengernyitkan dahi.Ujung-ujungnya tertawa. Dijamin. Keadaan ini kami sebut dengan syndrome mirip Iskak itu. Aku pribadi sempat berkali-kali memergoki kejadian tersebut. Waktu itu sekolah kami memanggil para orang tua siswa. Meeting perencanaan renovasi sekolah. Waktu itu, kebetulan Pak Sumendi, baru saja memarkir vespa putihnya. Membuka helm, lalu menyisir rambut sambil bercermin pada spion kiri nya. Seperti yang biasa beliau lakukan. Setelah menoleh, tampak oleh ku beberapa orang tua siswa yang waktu itu berada tidak jauh dari parkiran tampak agak terkejut. Lho kok ada Iskak !!, ini adalah tahapan pertama dari syndrome tersebut. Reaksi standar : mengernyitkan dahi, sebagian agak melotot, menjulurkan leher kedepan. Bagi mereka yang agak hyperbola alias overacting, reaksi barusan akan ditambah dengan ngucek-ngucek mata. Bener nggak sih?Kok bisa? Begitu kira-kira. Tahapan ini kami namakan dengan, periode memastikan. Pada tahapan ini bisa dipastikan Pak Guru kami itu akan tampak risih alias salah tingkah. Siapa juga yang nggak risih diliatin lama-lama ! Lanjut…tahap akhirnya adalah : sadar kalau itu bukan Iskak. Nah ini yang tampaknya agak menyakitkan buat Pak Sumendi. Tahapan akhir ini, pastinya membuat para audiens tertawa paling nggak tersenyum. Atau kalau yang ngeliat berjumlah lebih dari dua, biasanya mereka akan berbisik-bisik dulu, baru kemudian tertawa. Enak dimereka, nggak enak di objek penderitanya. Pak Sumendi tersenyum kecut. Pernah ketemu orang yang kita sangka nyapa kita eh taunya salah. Padahal kita sudah terlanjur ngasih senyum walau setengah, terus terpaksa mingkem,nggak jadi. Nah persis ! kaya gitu ekpresi Pak Sumendi. Syndrom ini mengingatkan kita pada semboyan "Vini, Vidi, Vici" nya Julius Caesar. Tetapi tentunya kasus Pak Sumendi, semboyan jadi agak berbeda, syndrom 'mirip Iskak' akan berbunyi demikian, "aku dilihat, aku diperatiin, aku diketawain". Sebenarnya kasihan juga, kalau dipikir-pikir. Sangat logis kejadian ini akan selalu dialami Pak Sumendi berulang kali tak terhitung jumlahnya. Pastilah bukan sesuatu yang menggembirakan bagi seseorang yang begitu ingin terlihat berwibawa seperti beliau. Dan mungkin, ini lagi-lagi hanya sebuah tebakan, mungkin karena alasan itulah beliau satu-satunya guru yang mengenakan helm robot(helm yang menutupi wajah) waktu itu. Maklum, bagi kami orang bali waktu itu, memperlihatkan wajah adalah sebagian dari 'usaha' kami ketika berkendaraan bermotor. Apalagi udara di Bali, belasan tahun yang lalu masih sangat-sangat bersih. Jadi hanya orang-orang dengan alasan yang amat sangat kuatlah yang akan menggunakan helm robot. Oh iya asal tahu aja..kami punya sebutan khusus buat helm robot ini yaitu : helm congor atau helm monyet !! Percayalah, waktu itu helm model begini bukan keputusan yang tepat untuk tampil gaya. Adalah sebuah acara bernama Ria Jenaka. Ria Jenaka itu adalah program TVRI yang berbau komedi, namun syarat dengan pelajaran hidup. Pemainnya itu adalah Semar sekeluarga. Ada bagong, yang diperankan oleh Ateng, terus gareng, kaya nya Timbul Srimulat, dan Petruk, yang ini diperankan oleh Iskak. Nah, hampir semua orang pasti tahu komedi ini. Maklum stasiun TV baru satu, dan yang namanya hiburan itu jarang banget. Paling top ya Aneka Ria Safari, terus Ria Jenaka dan terakhir Dunia Dalam Berita(yang jingle pembukanya dari dulu nggak berubah !! Hari itu hari Senin. Aku ingat betul, karena saat itu kita baru saja selesai upacara bendera. Hendra salah satu anggota gank kami, yang juga sahabat karib ku, kebablasan becanda. Entah karena salah makan di rumah atau apa, Hendra, pada saat kami melintas persis di depan Pak Sumendi, dengan bersungguh-sungguh dan "sangat menjiwai" memperagakan jalan ala Petruk dalam Ria Jenaka. Dengan tangan kanan dan kiri bergantian menunjuk keatas-kebawah dan leher yang menangguk-angguk, Hendra berjalan tanpa tersenyum sedikitpun di depan Pak Sumendi. Kontan kami bertujuh tertawa terbahak-bahak melihat aksi konyol Hendra. Ketika sadar, segalanya sudah terlambat, nasi sudah jadi kerak gosong. Sepasang mata Pak Sumendi yang memang sudah beloq itu tampak memelototi kami dengan wajah merah padam. Sejenak aku dan Pak Sumendi bertatapan. Senyum di bibirnya, yang lebih menyerupai seringai, mengisyaratkan sebuah ancaman. Wah ini bakal runyam… Sejak saat itu, seolah balas dendam, nyaris seminggu sekali selalu saja ada sebuah kejadian yang membuat kami berada dalam posisi layak dihukum. Sebenarnya kalau boleh jujur, tidak perlu jebakan yang pinter-pinter amat untuk menemukan beragam pelanggaran yang kami lakukan. Karena memang kami bertujuh terkenal bandel. Tetapi yang membuat kami heran adalah kok bisa-bisanya Si Bapak mengetahui hampir setiap rencana kami. Pengkhianat ? Jelas tidak mungkin. Gank kami sangat solid. Kamera CCTV ? ini lebih mustahil lagi, karena waktu itu belum ada. Ruang gerak kami pun semakin terasa sempit. Kian hari, aura sentimen terasa semakin meningkat. Kali ini kami menilai Si Iskak Gadungan sudah sangat berlebihan. Ia tidak akan segan-segan mempermalukan kami sedemikian rupa, hanya karena sebuah persoalan sepele. Waktu itu Si Diro, salah satu anggota gank kami tidak sengaja salah memparkir sepedanya, kesempatan ini segera saja dimanfaatkan oleh Pak Sumendi dan kroninya dengan menggantung sepeda Diro pada sebuah pohon di halaman tengah. Belum lagi peristiwa ditahannya kami bertujuh hingga malam hari, hanya karena berada dibarisan kelas yang salah. Pak Sumendi mengharuskan kami dijemput oleh orang tua kami agar mereka mengetahui pelanggaran yang kami lakukan. Benar-benar sudah keterlaluan ! Kejadian ini membuat kami bertujuh naik pitam. Rupanya memang ada benarnya, ketertindasan dan keputusasaan akan melahirkan berbagai perlawanan. Aksi-aksi ala teroris Timur Tengah pun kami lancarkan. Gerilyawan versus mereka yang adi kuasa. Dari mulai menggembosi ban vespa Pak Sumendi, hingga mengoleskan balsem di tempat duduk nya pun kami lakoni. Benar-benar menggelikan. Pernah saking kesalnya kami nekad mengunci Pak Sumendi diruangan kantor guru. Satu sekolah gempar karena kejadian itu. Untungnya semua berjalan rapi, tanpa bukti maupun saksi. Kami lolos dari tiang gantungan. Tetapi ternyata perkiraan kami meleset. Insiden itu meninggalkan seorang saksi hidup. Ia adalah guru Bahasa Inggris kami, yang notabene adalah musuh bebuyutan Pak Sumendi, "Good works, guys…very nice !!", kata beliau sambil menepuk bahu kami, menoleh sambil berkedip sebelah mata kemudian berlalu sembari bersiul riang. Kami bertujuh hanya bisa ternganga saling berpandangan, kaget bercampur gembira. Guru…oh…guru… Sebenarnya kalau saja Pak Sumendi adalah seorang humoris, tentu segalanya agak berbeda. Pastilah seluruh murid di sekolah kami akan menyukai beliau. Tetapi temperamen beliau memang bertolak belakang dengan soulmate-nya Ateng itu. Dari berbagai gossip yang beredar dikalangan guru-guru (mereka juga suka gossip loh…), Pak Sumendi sangat bernafsu untuk menjadi seorang kepala sekolah. Menurut sebuah sumber terpercaya, Pak Sumendi dan pengikutnya juga sering melakukan manuver-manuver politik demi cita-cita tersebut. Lengkap sudah. Sambil menyelam ngopi-ngopi. Sambil menutupi kekurangan, menaiki tangga Kepsek. Tetapi semua urusan politik itu tentunya bukan porsi kami, anak-anak kelas 2 SMP waktu itu. Pernah ada sebuah kejadian yang mempermalukan beliau habis-habisan. Sekaligus awal dari sebuah sejarah baru. Waktu itu kami, satu sekolahan, diharuskan untuk menonton film dokumenter. Trendnya waktu itu emang gitu. Waktu itu judulnya kalau tidak salah, pemberontakan PKI di mana gitu. Pokoknya tentang PKI lah. Maklum, presidennya masih yang dulu. Jadwal pun diatur. Tiap tiga kelas digabung dalam satu ruangan bioskop. Ketika giliran kelas kami tiba, Pak Sumendi pun angkat bicara, pidato pembuka. Skenario awal sih nggak gitu. Tapi mungkin waktu itu Pak Sumendi lagi ingin bertuah-betuih kepada kami. Setelah pegel dengerin cerita ngalor-ngidul tentang PKI, akhirnya film beneran nya pun mulai juga. Ditengah-tengah cerita, lagi asyik-asyiknya, munculah adegan gila itu. Adegan itu tidak akan kami lupakan seumur hidup. Aku pribadi menganggapnya sebagai adegan yang setara dengan berdansanya Kevin Costner dengan srigala, di Dances With Wolf atau adegan Kate Winslet dan Leonardo diujung kapal Titanic. Adegannya begini. Ada seorang petani desa, bertopi caping menutup wajah distop oleh sepasukan tentara Kostrad. Seorang dari mereka tampil kedepan, sambil menodongkan bayonet kearah perut pria itu, sambil menanyakan nama nya. Dengan terbata-bata si petani tua itu menjawab,"Su..su..sumendi Pak!!". Karuan, seperti mendengar petir dalam bioskop, kami semua kaget setengah mati. Apaaaa ??? Kok bisa namanya sama. Su-men-di. Gila..!!!! Belum lagi kelar kejutannya, sebuah adegan konyol lain nyusul. "Sumendi PKI !!!", teriak massa dengan histeris. Seorang ibu-ibu yang tengah menggendong anak kecil pun meneriakkan yang sama,"Benar Pak Tentara…Sumendi PKI !!!". Kontan bioskop itu pecah oleh gelak tawa. Tiba-tiba Diro, temanku yang meman memendam sejuta dendam terhadap Pak Sumendi, berteriak lantang "Tangkaaaap Sumendi PKI !!!!!!". Mendengar teriakan Diro, bioskop yang sudah ramai itu jadi semakin riuh rendah oleh tawa dan sorak sorai. Parahnya teriakan itu mendapat jawaban dari beberapa kawan dari kelas lain yang tak kalah iseng. "Berantas PKI !!! Jangan ada yang sisa !!!". "Siapa yang PKI keluar !!!", teriak yang lain. Disanalah, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melihat Pak Sumendi tertawa nyengir sambil mengacung-acungkan tangan meminta penonton untuk tenang. Sejak saat itu Pak Sumendi benar-benar berubah. Beliau menjadi salah seorang Guru yang sangat murah senyum. Menyapa kami lebih dulu jika bertemu. Kebiasaan yang tidak pernah terpikir akan dilakukan oleh seorang Sumendi sebelumnya. Tak berapa lama kemudian, entah kebetulan atau apa. Pak Made Sumendi, diangkat menjadi Kepala Sekolah di sekolah kami. Penantian panjang yang diakhiri dengan happy ending. (***mta***) -- om santi..santi..santi.. MADE TEDDY ARTIANA mobile. 0813 178 227 20 - 0815 740 900 80 email. [EMAIL PROTECTED] Kunjungi "Galery Photography Kami" dan kasih saran...doooong :-) # COMMERCIAL Photography # http://companyprofile.multiply.com http://withbobsadino.multiply.com # JURNALISM Photography # http://fotojalanan.multiply.com # WEDDING Photography # http://prewedding3.multiply.com http://prewedding2.multiply.com http://prewedding.multiply.com http://candidwedding.multiply.com http://weddingceremony.multiply.com ---ATENG BAWA KAYU : TENGKYU---