Indahnya Bertetangga
 
"Saudara yang terdekat adalah tetangga." 
-- Siradjudin, Ayah Unyil dalam Film Serial `Boneka Si Unyil'  

KABAR itu datang bersama tangis. Perempuan yang sudah tidak muda 
lagi itu mengabarkan tentang kematian majikannya di rumah sakit. Si 
Nyonya, setelah bergulat dengan kanker yang menggerogoti tubuhnya, 
akhirnya berpulang pada sang Penciptanya. Dalam keadaan bingung, 
tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sang pembantu rumah tersebut 
datang ke rumah di sebelahnya. Karena praktis hanya ia sendiri, 
sedangkan semua keluarga majikannya berada di rumah sakit.

Beruntunglah dia datang pada tempat yang tidak keliru. Jamil, sebut 
saja begitu namanya, yang kedatangan tamu di saat matahari belum 
lagi tinggi bersinar, langsung mempersilakan tamu sebelah untuk 
masuk. Dia pun tanggap memahami apa yang terjadi. Jamil, layaknya 
seorang tetangga siaga,  segera melangkahkan kakinya ke rumah duka. 
Di sana, dia segera menelepon suami almarhumah untuk mengucapkan 
belasungkawa. Dari perbincangan itu, sang suami meminta Jamil untuk 
melakukan sesuatu sebelum jenazah isterinya datang. 

Dasar Jamil orang yang tidak kenal pamrih, dia segera meminta 
bantuan beberapa tetangga lainnya untuk membereskan rumahnya. 
Mengosongkan ruangan. Mengatur meja dan kursi. Memesan secara 
mendadak tenda untuk dipasang di teras rumah duka. Dan akhirnya, 
dengan dibantu oleh para tetangga lainnya dan juga saudara sang 
tetangga yang kemudian datang, segala persiapan untuk mengurus 
jenazah selesai dilakukan.

Jamil telah berhasil melakukan perannya sebagai tetangga yang baik 
hati. Meski pada hari Ahad itu dia telah memiliki banyak acara, 
tetapi sebuah keadaan darurat memaksanya untuk diam di rumah dan 
membantu keluarga yang tengah dilanda musibah.

Itulah sejatinya, fungsi seorang tetangga. Ia ada dikala kita senang 
maupun susah. Tetangga pula yang menjadi faktor pembentuk perilaku 
seseorang karena setiap hari kita bergaul dengan mereka.
 
Nah, Anda yang tinggal di kompleks perumahan, tentulah ritual 
menitipkan kunci pada rumah di sebelah bukan lagi hal yang aneh. 
Nah, keajaiban pun bukan tidak mungkin terjadi. Ini cerita yang saya 
alami sendiri. Setelah pulang kerja, saya kehilangan dompet. 
Semalaman saya mencarinya, mulai dari kolong tempat tidur, lemari, 
hingga ke tempat sampah. Hasilnya nihil. Setelah pasrah, akhirnya 
saya pergi juga ke peraduan dengan masih memikirkan keberadaan 
dompet yang belum ditemukan.
 
Pagi sekali, saya dikejutkan oleh tetangga sebelah yang mendatangi 
rumah saya. Rupanya ia ingin menyerahkan dompet saya yang 
ditemukannya secara tidak sengaja. Ternyata dompet saya terjatuh 
ketika saya turun dari kendaraan, dan secara tak sengaja ditemukan 
oleh tetangga saya yang kebetulan pergi keluar untuk membuang sampah 
di malam hari! What a luck!

Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dia ada, ketika 
saudara-saudara kita mungkin masih terlelap, saat kita bisa jadi 
beroleh petaka. Mereka pula yang datang di awal, ketika kita sedang 
membuat acara kendurian. Dan mereka para tetangga, sudah ada di 
rumah kita, sebelum para sanak famili tiba. 

Meski begitu, kita harus akui. Tak semua karakter tetangga itu baik. 
Ada yang bawel, ada yang kalem. Ada yang baik, ada yang sombong. Ada 
yang judes, ada yang dibilang unik. Tapi memang begitulah dinamika 
kehidupan bertetangga. 

Kalaulah ada sedikit gejolak dengan munculnya gosip yang tak sedap, 
ah, anggaplah itu sebuah pernak-pernik yang layak terjadi. Alkisah, 
seorang teman bercerita bahwa tetangga sebelahnya seringkali 
bergosip ria. Ia justeru mengetahui hal itu dari cerita isterinya. 
Setiap minggu, selalu ada saja kisah-kisah menarik dari isterinya 
perihal para tetangganya. Isterinya sebenarnya sudah mulai risih 
bila bertemu dengan tetangga sebelahnya. Karena pembicaraan 
nantinya, ujung-ujungnya malah ngegosip. Suaminya malah berkomentar 
ke isterinya, bukankah artinya malah orang yang dibicarakan tersebut 
malah diperhatikan. Bukankah itu berarti sayang. Bukankah itu juga 
berarti sebuah teguran agar orang yang digosipkan dapat mengubah 
perilakunya yang buruk jika memang benar demikian faktanya. Itulah 
juga fungsi seorang tetangga. Ambil saja hikmahnya. Begitu kata 
teman saya ke isterinya mencoba berfilosofi.    

Kita semua tentu diajarkan untuk selalu memuliakan tetangga serta 
menghargai hak-haknya, walau tak semua berkarakter baik. Misalnya: 
Tak boleh menyakitinya. Menjaga kediamannya ketika sang tetangga tak 
berada dirumah. Tidak membuat keributan yang dapat mengganggu 
ketenangan tetangga. Selalu memberi saran yang baik. Memberikan 
makanan bila kita memasak berlebih. Kita jenguk bila sakit. Bersikap 
baik dan tersenyum ketika kita menjumpainya. Bersikap sabar bila ada 
perilaku mereka yang kurang berkenan. Dan juga, ini yang paling 
penting: turut bergembira di saat mereka senang, dan tanpa diminta 
sedikitpun, untuk menolongnya dikala susah.

Sejatinya, tidak ada orang yang mau hidup sendirian, sekalipun 
ndableknya, dia masih ingin bersosialisasi dengan tetangganya. Pada 
hakekatnya, dengan hidup bertetangga secara berdampingan tanpa ingin 
mencari musabab untuk bertentangan, membuat kita semakin paham akan 
arti kehidupan. (080908) 
 
Sumber: Indahnya Bertetangga oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal 
di Jakarta.



Kirim email ke