Hidup (Sukses) Itu Bermula Dari Keberanian
Oleh: Sinang Bulawan
 
 
Dering telepon di siang hari ini menyadarkan saya dari kesibukan kerja yang 
tidak habis-habisnya di meja. Dua kali sudah berdering, semuanya saya abaikan. 
Baru dering ke tiga membuat saya menghentikan aktifitas. Namun begitu telepon 
siap saya angkat, ternyata sambungan terputus.
 
Dari monitor HP saya lihat ada sinyal missed call dengan nomor telepon yang 
tidak saya kenal. Tidak ada namanya, berarti telepon dari seseorang yang tidak 
terdaftar di memori HP. Menimbang waktu kerja mendekati makan siang, saya 
terpikir untuk sedikit bersantai sambil menghubungi balik si penelpon.
 
Lama telepon tidak tersambung, kemudian ada suara yang menjawab. Suara 
laki-laki. Pangling saya, suara yang pernah saya dengar. Siapa ya?
 
Betapa senang hati ini ketika tahu kalau telepon di ujung sana berasal dari 
suara  teman lama yang sudah berpisah 20 tahun lamanya. Percakapan menjadi riuh 
dan seru mengingatkan kembali hubungan erat saya dengannya. Mulai dari masuk 
kerja bersama-sama. Berangkat kerja berboncengan dengan sepeda bersama-sama, 
kemudian sambil berkerja kami juga masuk kuliah bersama-sama. Hanya menjadi 
sarjana saja, saya lebih dulu empat tahun darinya.
 
Bayangan senyum dan perilaku nakal teman saya masih membekas, di kala hubungan 
telepon kami selesai.
 
Saya terdiam, mengenang kembali percakapan dari teman tadi. Suatu keinginan 
kuat dia untuk bersilaturahmi dalam rangka suasana Idul Fitri, sehingga dia 
berhasil mendapatkan nomor HP saya entah dari siapa. Sebagai sesama teman 
rasanya saya tidak merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri saya. Tapi teman 
saya berkeyakinan lain. Kata-katanya yang terakhir membuktikan itu, dan masih 
membekas terngiang di telinga saya.
 
”Kita sekarang lain ya. Kamu kan sudah Boss!” 
 
Tahun 1988, saya resmi berpisah dengannya, di saat saya keluar dari perusahaan. 
Keputusan bulat dua puluh tahun yang lalu, membuat saya melepaskan segala 
predikat dan fasilitas dari perusahaan di tempat dimana teman saya tersebut 
sampai saat ini masih berkerja. Kenyamanan gaji yang cukup besar, kegembiraan 
akan mendapat bonus tahunan sampai enam kali gaji tidak menyurutkan langkah 
saya.
 
Persoalannya hanya sepele. Perusahaan tersebut tidak mengakui kesarjanaan saya. 
Saya tertantang. Walau sudah berkerja delapan tahun, saya pun kemudian keluar 
hanya untuk membuktikan kalau saya bisa berkarir di perusahaan yang memang 
dapat menghargai saya. Dan itu memang terbukti. Walaupun harus melalui 
masa-masa sulit satu tahun lebih, nyatanya keberhasilan mulai menyongsong. 
Berhenti dari satu perusahaan membuat saya lebih berani dan tertantang untuk 
berkerja di tempat lain. Hingga sekarang saya sudah berkerja di instansi ke 
empat.
 
Saya tidak merasa sebagai seorang Boss, tetapi saya akui kondisi saya sudah 
jauh berbeda dengan teman saya tadi. Gaji saya sudah enam kali lipat. 
Alhamdulillah saya sudah bisa melanglang buana baik ke beberapa negara di luar, 
maupun ke sebagian besar daerah di dalam negeri. Sesuatu fasilitas yang mungkin 
mustahil dapat saya peroleh bila tetap berkerja seperti teman saya tadi.
 
Apakah saya berhasil? Wallahu’alam.
Di atas langit masih ada langit lagi.
 
Sekitar tahun 1997, teman kerja dengan jabatan setingkat di bawah saya keluar 
dari perusahaan. Dia pindah kerja di perusahaan lain dengan jabatan setingkat 
lebih tinggi. Dan tanpa bisa diantisipasi, di tahun 2002 ada perubahan 
manajemen secara total  di instansi tempat saya berkerja, beliau pun kemudian 
melamar untuk masuk kembali. Walau diterima sebagai tenaga kerja baru, tetapi 
dia langsung memegang jabatan penting dua tingkat di atas saya. Sampai sekarang.
 
Dalam beberapa kesempatan sering saya bertemu dengannya. Berbicara langsung, 
berdiskusi, atau rapat dalam satu meja besar. Walau tidak secara eksplisit 
seperti diutarakan teman saya dalam telepon tadi, tetapi dalam percakapan 
langsung, dengan teman saya yang satu ini, saya bisa merasakan dan sering 
berkata dalam hati; ” Kita sekarang lain ya. Kamu kan sudah Boss!”
 
Setiap orang memiliki waktu suksesnya masing-masing.
Setiap orang akan mencapai tingkatan sukses yang berbeda-beda.
 
Kita bisa saja berlomba-lomba untuk sukses, namun kita tidak akan tahu setiap  
usaha yang dilakukan akan menyemai sukses atau tidak, dan juga tidak akan tahu 
seberapa jauh tingkatan sukses itu akan menghampiri. Karena sukses merupakan 
sisi lain dari koin kehidupan. Satu sisi koin dinamakan sukses, satunya lagi 
adalah kegagalan. Kita hanya bisa berusaha. Hasilnya, yang tahu itu hanya Tuhan.
 
Usaha timbul karena adanya inisiatif. Sedang insiatif digerakkan oleh adanya 
motivasi. Motivasi muncul karena adanya faktor pencetus yang datang dari 
eksternal atau internal, atau bisa saja gabungan dari keduanya.
 
Kalau ada anak yang pergi ke sekolah, pulang, kemudian malamnya belajar sendiri 
terus menerus, dan dia naik kelas dengan berprestasi cukup baik, maka 
keberhasilan anak tersebut akibat adanya inisiatif yang muncul secara internal 
dari dalam dirinya sendiri. Ini disebut anak yang rajin.
 
Kalau ada anak yang pergi ke sekolah, pulang, kemudian malamnya tidak belajar. 
Maunya nonton sinetron saja, disuruh belajar, dan baru dia mau belajar, lantas 
dia naik kelas dengan berprestasi cukup baik, maka keberhasilan anak tersebut 
akibat adanya insiatif eksternal dari orang tuanya. Ini disebut anak yang 
dipaksa rajin.
 
Kalau ada anak yang pergi ke sekolah, pulang, kemudian malamnya tidak belajar. 
Maunya nonton sinetron saja, disuruh belajar kadang mau kadang tidak, dan 
menjelang mau ujian semester mulai rajin belajar, lantas naik kelas dengan 
berprestasi cukup baik, maka keberhasilan anak tersebut akibat adanya inisiatif 
gabungan antara eksternal dan internal. Ini disebut anak yang terpaksa rajin.
 
Dari ketiga tipe anak tadi, kita bisa menebak bagaimana jadinya si anak pada 
saat sudah berkeluarga dan berkerja nantinya. Cetakan sudah dibuat, kuenya akan 
terbentuk seperti cetakan itulah nantinya.
 
Apakah cetakan kue tersebut bisa diubah? Dan, kapan?
Untuk berhasil dan berprestasi, maka ”kita harus menciptakan hiu-hiu kecil 
dalam hidup kita,” ini menurut motivator Jamil Azzaini.
 
Kalimat bertanda kutip di atas disimulasikan beliau terhadap kelompok kecil 
anak-anak yang rutin mengikuti kelas pelatihan berenang. Prestasi waktu 
berenang mereka untuk jarak tertentu, tidak banyak berubah. Hingga pada satu 
sesi waktu pelatihan berikutnya, pada saat anak-anak akan mulai latihan sang 
pelatih mengingatkan; ”kalian harus berenang lebih cepat, karena di dalam kolam 
ada ikan hiunya.” Hingga sewaktu pluit ditiup, anak-anak tadi berenang dengan 
waktu lebih cepat dari prestasi mereka biasanya karena takut digigit ikan hiu 
kecil.
 
Jadi janganlah heran bila kita dikejar anjing, maka kita bisa lari lebih cepat 
dari pelari olimpiade. Atau, kita bisa melompampati pagar setinggi dua meter.
 
Ikan hiu kecil, dan anjing tadi tidak lebih sama dengan namanya ancaman. Sedang 
ancaman itu sendiri personifikasi dari yang disebut tantangan.
 
Ancaman menimbulkan keberanian. Keberanianlah yang membuat kemampuan bawah 
sadar kita bangkit dan muncul tiba-tiba.
 
Keberanianlah yang membuat seekor kecoak, cecak, tikus, dan kucing, yang jatuh 
ke dalam kolam, ternyata bisa berenang secara otodidak.
 
Keberanianlah yang bisa membuat tidak hanya seorang anak rajin, tetapi juga 
seorang anak yang dipaksa rajin, atau seorang anak terpaksa rajin akan lebih 
berprestasi di sekolah, HANYA apabila ada tantangan yang datang. Bisa berbentuk 
ancaman atau apresiasi berupa hadiah.
 
Ternyata setiap orang diciptakan sama. Kita boleh saja sudah memiliki cetakan 
kue masing-masing. Tetapi kita sendiri juga bisa bebas memilih untuk mengubah 
atau tidak cetakan kue tersebut sesuai dari tantangan-tantangan yang muncul 
dalam perjalanan hidup kita.
 
Sayang sekali, teman saya yang menelpon tadi tidak ingin mengubah cetakannya.
Beruntung sekali teman saya yang satunya lagi mengubah cetakan kuenya pada saat 
yang tepat. Pada saat saya tidak menyadarinya.
 
Bagaimana dengan anda?
Selesai membaca tulisan ini, siap-siaplah menyongsong setiap tantangan dengan 
keberanian untuk mencapai suatu kesuksesan. 


      New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke