Berani Mengambil Risiko

"Kapal akan aman bila berada di pelabuhan, tetapi kapal tidak 
diciptakan untuk itu." 
-- Grace Murray Hopper, ahli matematika, penemu teknologi komputer, 
1906-1992

MEJA itu terisi oleh empat orang dengan empat cangkir kopi panas. 
Farid mengundang kawan-kawan dekatnya untuk minum kopi di sebuah 
kedai kopi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sambil 
sesekali menghirup kopi panas dihadapannya, Farid bercerita bahwa 
dirinya seminggu yang lalu baru saja terkena PHK. PHK, yang kata 
para pengamat ekonomi, akibat dampak krisis global yang terjadi saat 
ini. Untungnya, seperti kata Farid, ia masih diberi uang pesangon 
oleh perusahaannya. Dalam curhatnya, ia mengatakan akan mencoba 
melakukan usaha dari uang pesangon yang diterimanya. 

Tapi ada satu hal yang membuat Farid bimbang. Ia tak siap mengambil 
risiko kehilangan semua modal pesangonnya bila ternyata usahanya 
merugi. Risiko? Betul. Satu kata yang kelihatannya menjadi momok 
bagi sebagian orang.

Bicara mengenai risiko, seperti kata William J. Bernstein dalam 
bukunya `The Four Pillars of Investing', "Risk, like pornography, is 
difficult to define, but we think we know it when we see it." 
Risiko, seperti pornograpi, sukar untuk didefinisikan, tapi kita 
akan mengetahuinya bila kita telah melihatnya. Begitu pula risiko, 
kita akan mengetahui dan merasakannya bila kita telah menjalaninya.

Seperti Farid, banyak orang memang merasa tak nyaman dalam mengambil 
risiko. Takut mengambil risiko justeru dapat mengakibatkan batu 
sandungan. Hal itu malah menghambat mereka untuk dapat berkembang 
lebih baik dalam menjalani hidup, usaha, atau karir mereka sendiri.

Sebaliknya, bila berani mengambil risiko, artinya kita telah berani 
menjalani kehidupan itu sendiri. Juga menunjukkan bahwa kita yakin 
akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari setiap risiko yang 
diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa perhitungan yang 
matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti yang 
mereka ungkapkan, adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam 
bertindak. 

Lantas, mengapa sebagian orang enggan untuk mengambil risiko? 
Jawabannya sederhana. Mereka takut gagal, berpikir tak dapat 
melakukannya, atau merasa belum mahir dan berbakat. Keberanian 
mengambil risiko, sesungguhnya lebih menunjukkan kepada karakter dan 
mental seseorang. Bukan pada besar kecilnya risiko yang dihadapi. 
Kualitas seseorang tidak ditentukan dari peristiwa yang datang  
menghampirinya, tapi dari respon yang ia berikan dari peristiwanya 
itu sendiri.

Kunci utama dalam mengatasi ketakutan dalam mengambil risiko ialah 
percaya diri dan selalu berpikir positif. Dengan percaya diri, hal 
itu akan menambah energi yang ada dalam diri kita sebelum benar-
benar bertindak. Dan dengan berpikir positif, akan membuat langkah 
kita menjadi ringan dalam bertindak. 

Yakinlah, bahwa ketika kita telah memutuskan untuk mengambil risiko, 
akan ada jalan yang terbuka bagi kita nantinya. Jangan takut bila 
gagal. Karena ada setiap pelajaran yang dapat dipetik, entah gagal 
ataupun sukses, terhadap risiko yang kita ambil.

Orang yang telah berhasil mencapai sesuatu, seringkali tidak 
menyangka sebelumnya kalau sebenarnya ia mampu melakukannya. Padahal 
asal ada keinginan yang kuat, mereka dapat melakukan sesuatu, yang 
katakanlah, bahkan di luar perhitungan mereka sendiri sebelumnya. 

Jadi, bila ada tantangan menghampiri kita, sambutlah dengan semangat 
dan antusias yang tinggi. Bila ada peluang yang dapat mengubah hidup 
Anda menjadi lebih baik, jangan takut untuk mengambil risiko. Diana 
Ackerman, penulis kondang asal Amerika mengatakan, "I don't want to 
get to the end of my life and find that I lived just the length of 
it. I want to have lived the width of it as well." Atau dengan kata 
lain, "Saya tak ingin di akhir hidup saya dan menyadari bahwa saya 
hanya menjalani panjangnya saja. Saya pun ingin menjalani 
lebarnya."  

Ackerman benar. Luasnya kehidupan merupakan panjang kali lebar 
kehidupan itu sendiri. Kadang kita tidak menyadari, bahwa ketika 
kita menjalani kehidupan saat ini, kita telah mengambil risiko-
risiko di dalamnya. Ya, apapun kehidupan yang terjadi. Yang 
sebenarnya tak hanya terkait masalah 'survival' ekonomi semata. Ada 
risiko politik, manajemen, inovasi, dan risiko-risiko lainnya. 

Sebuah kapal memang akan terlihat besar, indah, dan gagah ketika 
berada di pelabuhan. Tetapi kapal diciptakan tidak untuk berada di 
pelabuhan. Sebuah kapal akan bermakna dan memiliki nilai, ketika ia 
berada di tengah samudra luas, dalam mengarungi lautan, menghadapi 
terjangan ombak, dan melewati rintangan badai. Ketika sang kapal 
telah mencapai tujuan, ia telah menjalankan satu tugasnya dengan 
baik. Perjalanan berikut telah menantinya. Begitu seterusnya.

Sama halnya dengan sebuah kapal. Bila Anda tak mau menerima 
tantangan dan mengambil risiko, maka Anda tak akan merasakan dan 
menikmati getar kemenangan dan kesuksesan, kecuali getir kekalahan 
dan kepahitan hidup Anda. (151208)

Sumber: Berani Mengambil Risiko oleh Sonny Wibisono, penulis, 
tinggal di Jakarta



Kirim email ke