Menarik sekali topik yang diangkat. Saya orang yang senang melihat data2 quantitatif dan analisa dari hal tsb.
Mari kita lihat argumen tsb. 1. Capital flight: di jaman globalisasi seperti sekarang, masih membicarakan capital flight, plis deh :) Capital lebih merujuk kepada suatu kumpulan dana yang dapat di mobilisasi. Jadi berlaku 2 arah: bisa in, bisa out. Casino di Genting dan Christmas Island sudah dibuka puluhan tahun, tapi tidak ada data sama sekali apakah kita mengalami capital in atau out. Siapa bilang kalo main judi pasti kalah, siapa tahu menang dan bawa uang masuk ke Indo hehe Tapi kalau statistik berkata bahwa lebih banyak orang kalah di casino daripada yang menang, koq masih ada orang yang masih mau ke casino ya, karena tidak masuk logika saya sama sekali (saya challenge kalau ada yang mau argumen tentang logika saya one on one hehe Pasti ada yang bilang bahwa memang ada typical orang seperti itu, yaitu yang bertipe very highly risk taker. Nah, kalau ini saya yakin berdasarkan ilmu dan jurnal psikologi, type orang seperti ini tidak sampai 5% dari populasi (bahkan saya rasa analis reksa dana pun punya statistik mengenai persentase orang type ini). Jadi daripada yang 95% ikut2an, lebih baik cukup yang 5% fight untuk memasukkan capital ke Indonesia (hidup pejuang devisa hehe), atau malah bangkrut, karena ingat selalu ada 2 sisi dari permainan, menang atau kalah. 2. Lapangan kerja. Saya terinspirasi oleh kata2 seorang pejabat RRC (saya lupa namanya) yang mengatakan bahwa negaranya lebih baik membangun 100 pabrik tekstil daripada membangun 1 pabrik Boeing. Hal ini bukan karena tidak punya uang, tetapi karena 100 pabrik tekstil tsb dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak daripada 1 pabrik Boeing tsb. Demikian juga dengan casino. Uang yang dibutuhkan untuk membangun casino dan perputaran uang yang terjadi di dalamnya, lebih baik dana tsb dipakai untuk membangun infrastruktur, merehabilitasi pabrik tekstil, meningkatkan daya saing industri sepatu kita, atau memajukan pertanian. Karena kemajuan di industri inilah yang benar2 dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja. Salam, Hobby Chen Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----Original Message----- From: "Ch | BroerCharlie" <broerchar...@yahoo.com.sg> Date: Thu, 22 Apr 2010 09:22:49 To: Ch | BroerCharlie<broerchar...@yahoo.com.sg> Subject: BC @ Kalau ada izin dari penguasa itu tidak haram Pembahasan legalisasi Judi yg dibahas pada layar kaca kemarin, pasti bakal mengundang pro & kontra. Beberapa argument yg masuk akal, seperti persaingan bisnis asia, capital flight karena bakal banyak orang yg ke Singapore / Malaysia hanya untuk judi. Apalagi dengan persaingan harga ongkos pesawat yg semaking murah dan free fiscal bagi pemilik NPWP Terus terang saya termasuk yg mendukung legalisasi judi di Indonesia, bagaimana ANda ? [sambil main Zinga poker di fesbuk] Salute, Ch YM|BroerCharlie ~ Bisnis_Center@yahoogroups.com VIVAnews - Pengacara Farhat Abbas punya alasan sendiri mendampingi dua kliennya yang mengajukan gugatan agar judi dilegalkan. Bagi Farhat, legalisasi judi bisa mengadopsi era Gubernur DKI Ali Sadikin. Dia juga mengacu pada 'judi' berkedok Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB) pada tahun 1989. "Contoh Ali Sadikin. Pembangunan bisa diambil dari dana itu (judi legal)," kata Farhat Abbas usai sidang di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu 21 April 2010. Menurut dia, undang-undang perjudian itu sebenarnya bisa saja dilegalkan asalkan ada keputusan dari penguasa, yakni pemerintah. Kalau memang dilarang untuk umat Islam, kata dia, sebaiknya diberlakukan bagi satu agama saja. Selain itu perjudian legal juga bisa dilaksanakan di tempat khusus. "Undang-undang perjudian ini memang dilarang, tapi boleh kalau ada izin dari penguasa. Kalau ada izin dari penguasa itu tidak haram," kata Farhat yang mendampingi dua penggugat, Suyud dan Liem Dat Kui. ---------------cut------------ ======= Email scanned by PC Tools - No viruses or spyware found. (Email Guard: 7.0.0.18, Virus/Spyware Database: 6.14830) http://www.pctools.com/ =======