ada pertanyaan ku ... kenapa susah sekali ka' ku rasa menulis...banyak
sekali  mi kata2 yg ingin ku tulisankan namun kayak garing ki kurasa tulisan
ku
kayak ampir ndak ada yg nyambung gimana mi itu pak guru??



On 4/13/07, luar kurung <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

   Di kotak surat-e saya yang lain, saya menemukan kiriman Rara:
sekumpulan pertanyaan dari [calon] peserta penulisan novel kolaborasi.
Terima kasih, Rara yang baik! Terima kasih pula teman-teman atas
antusiasmenya mengikuti project ini—saya riang sekali melihat antusiasme
teman-teman semua itu.



Saya telah membaca pertanyaan-pertanyaan itu dan kesimpulan awal saya:
nampaknya sebagian teman-teman melihat ini sebagai sebuah beban yang akan
menyusahkan nanti.



Pada prinsipnya project ini dimaksudkan sebagai sebuah proses belajar—jika
sejak awal sudah terbebani, teman-teman tidak bisa kelak menulis lepas. Ini
sesungguhnya hanyalah satu jalan untuk sama belajar menulis. Hasil mari kita
kesampingkan dulu.



Kalau pertanyaannya, mengapa langsung menulis novel kalau ini sebuah
proses belajar menulis? Memang begitulah proses belajar menulis—setidaknya
itu yang saya yakini. Sebenarnya kita bisa melakukan pelatihan menulis atau
workshop atau apapun namanya, namun sesuai pengalaman saya, yang seperti ini
tak banyak menuai buah. Cobalah teman-teman mengingat-ulang, sudah berapa
kali teman-teman membaca buku atau artikel tentang bagaimana menulis yang
baik atau sudah berapa kali teman-teman ikut pelatihan menulis atau sudah
berapa kali teman-teman bertanya tips menulis pada penulis yang teman-teman
jumpai. Hasilnya? Banyak membantukah?



Di sini, saya mau membocorkan tiga kunci rahasia bagaimana seseorang bisa
menulis: 1) menulis, 2) menulis, dan 3) menulis. Hampir tak ada jalan lain!



Novelis belajar menulis novel dengan menuliskan novel pertamanya. Penyair
belajar menulis puisi dengan menulis puisi. Cerpenis belajar menulis cerpen
dengan menulis cerita pendek. Selalu begitu.



Baiklah, inilah jawaban atas beberapa pertanyaan kawan-kawan:





   1. *Eko: cara bikin critanya berdasarkan apa yah, saya ngga tau
   nulis, trus saya mau nulis apa yah? berbentuk apa kah ceritanya, kisah
   sehari2 yah, apa yang kita lakukan?*



Halo, Eko, Anda menuliskan pertanyaan itu melalui sebuah tulisan—tetapi
Anda bilang tidak tahu menulis. Loh?



Saya percaya bahwa setiap orang memiliki minimal satu novel di kepalanya
yang belum sempat dituliskan. Kata seorang penulis terkenal, setiap orang
memiliki sepasang sayap dalam dirinya, sayap itu bernama imajinasi. Kalau
saya bertanya kepada setiap orang: bisakah Anda membayangkan persetubuhan
paling liar dengan pasangan Anda? Tak usahlah kita berdusta, setiap orang
bisa melakukannya, bukan?



Nah, project ini [salah satunya] ingin melatih kita semua untuk
memnggunakan satu kekayaan kita; imajinasi. Imajinasi bisa muncul dari kisah
keseharian kita. Jangan terlalu takut, kita akan menuliskan novel. Kalau,
toh, Anda menuliskan kisah keseharian Anda, pembaca tak mau tahu itu.
Pembaca akan bilang ini sebuah novel. Iya, Eko, tuliskan saja kisah
keseharianmu. Tinggal bayangkan dengan siapa ingin melewatkan hari valentine
2008 itu. Dan tuliskan persiapannmu setiap hari. Hanya itu!

*2. Ucha: bagaimana dengan blogger makassar yg bukan domisili di makassar
tapi mau ikutan?*



Ucha, Karl May menuliskan hampir semua tempat-tempat dalam novelnya
meskipun tak pernah betul-betul berada di sana. Kenapa harus berada di
Makassar untuk menuliskan tentang Makassar. Ini penulisan novel, bukan
penelitian skripsi.

*3. Ucha (lagi): **Kan** topiknya bede mau bikin cerita "dating moment"
yang settingnya di **Makassar**.. Kamsudku, bisa nda settingnya tidak di
makassar?*

 Ucha, saya paham maksud pertanyan*ta*! Ini saran saya untuk Ucha [di mana
rumahi*ta, *kah?] Bikin setting kisahta di rumahta saja, di mana pun
itu—tetapi misalnya *kita* dalam kisah itu, misalnya, ingin menyuguhkan
makanan khas [misalnya, es pisang ijo] kepada teman kencanta nanti. Dan
dalam tulisan-tulisan itu nanti akan menyinggung bagaimana membuat es pisang
ijo, kenapa mau menyguhkan es pisang ijo, adakah kenangan khusus pada
makanan ini.



Ini buat kawan-kawan lain juga, silakan menggunakan imajinasinya!


*4. Deen: **kan** penulisanny sebulan suntuk nih, nah..gmn klo misalny ada
peserta yg dtengah jalan ..tersendat2..ato bahkan stop nulis..Bagemana mi
itu?.. ada aturanny kah??*



Berencana putus di tengah jalan ya? Janganlah! Tapi tak usah khawatir,
menulis saja dulu. Kalau toh, memang terpaksa berhenti di tengah jalan mau
*mi* di-apa?



Terakhir, penulis yang terlalu banyak memikirkan terlalu banyak aturan
sebelum memulai menulis akan susah menulis. Percayalah! Ingat 3 rahasia
menjadi penulis: menulis, menulis dan menulis!



Salam,



M Aan Mansyur


p.s: kalau masih ada pertanyaan, silakan dilontar teman-teman!

------------------------------
Yahoo! Answers - Got a question? Someone out there knows the answer. Try
it 
now<http://uk.answers.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTEydmViNG02BF9TAzIxMTQ3MTcxOTAEc2VjA21haWwEc2xrA3RhZ2xpbmU>
.

Kirim email ke