13/07/2007 03:13:36 WIB JAKARTA, Investor Daily Jumlah pengguna Internet melalui warung internet (warnet) rata-rata sebanyak 840 ribu orang. Setiap orang mengakses internet rata-rata satu jam per hari, sehingga dengan tarif rata-rata sebesar Rp 4.000 per jam, total perputaran uang di warnet mencapai Rp 100,8 miliar per bulan. Dengan struktur biaya sekarang, margin keuntungan warnet rata-rata hanya 5% atau sekitar Rp 5 miliar per bulan.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Warung Internet Indonesia (Awari) Irwin Day dalam diskusi dua hari mengenai tata kelola Internet yang baik di Jakarta, Kamis (12/7). Irwin menjelaskan, jumlah warnet di seluruh Indonesia saat ini mencapai 10 ribu. Itu belum termasuk warnet yang dikelola oleh institusi-institusi pendidikan, sekolah, dan Information and Communication Technology (ICT) Center. Hingga semester I-2007, kata Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Sylvia Sumarlin, jumlah pengguna Internet di Indonesia 25 juta. Sedangkan pelanggan Internet hampir delapan juta. Menurut APJII, sekitar 42% pengguna mengakses Internet via warnet. Sedangkan, berdasarkan data Telkom yang dikutip Irwin, pengguna Internet di Indonesia saat ini sekitar 25 juta dan 40% di antaranya mengakses dari warnet. Jadi, kata dia, pengguna Internet yang mengakses dari warnet antara 8,4 dan 10 juta. Irwin mengatakan, jumlah anggota Awari saat ini lebih dari 90 dengan jumlah warnet anggota 150 lebih. Artinya, ada satu pengusaha yang memiliki lebih dari satu warnet. Bahkan ada yang sampai 24 warnet. Setiap warnet rata-rata memiliki 12 komputer (PC). Tarif per jamnya rata-rata saat ini Rp 4.000. Tingkat okupansi harian rata-rata sekitar tujuh jam, dan satu PC melayani sekitar tujuh orang yang berbeda per hari. Artinya, setiap orang yang mengakses Internet melalui warnet rata-rata menghabiskan waktu satu jam per hati. Dengan begitu, lanjut Irwin, total pengguna Internet di seluruh warnet Indonesia adalah 10 ribu warnet x 12 PC x 7 orang atau 840 ribu orang. Dengan tarif rata-rata Rp 4.000 per jam, dalam sebulan perputaran uang di seluruh warnet mencapai Rp 100,8 miliar. Sedangkan dari sisi konsumsi bandwidth, ia menuturkan, tiap warnet rata-rata menggunakan bandwidth sebesar 128 kilobits per second (Kbps). Bahkan ada yang sampai 3-5 megabits per second (Mbps). Total konsumsi bandwidth oleh seluruh warnet di Indonesia adalah 1,28 gigabits per second (Gbps). Rata-rata biaya yang dikeluarkan warnet untuk sewa bandwidth itu Rp 3 juta per bulan. Ironi Warnet Ironisnya, kata dia, margin keuntungan warnet selama periode balik modal hanya 5%. Itu karena biaya untuk bandwidth mencapai 30%, listrik 10%, gaji karyawan 30%, dan return on investment (ROI) 25%. Di lain pihak, sejumlah masalah mendera warnet. Karena margin rendah, para pengusaha warnet yang semuanya memulai dari nol dan modal sendiri, tutur Irwin, tak mampu membayar pajak. Mereka juga tidak mampu membayar biaya untuk legalitas usaha karena prosesnya yang sangat rumit. Lalu, sedikitnya ada 20 jenis pungutan atau retribusi kepada warnet. "Belum biaya pungutan liar dari industri dan biaya kasus," ujar dia. Belum lagi razia aparat terkait penegakan hak kekayaan atas intelektual (HAKI). Ia mengingatkan, kepemilikan PC di Indonesia hanya sebanyak enam juta unit dan pertumbuhan pasarnya 100-300 ribu unit per tahun. Sedangkan sambungan telepon tetap baru 8,15 juta satuan sambungan telepon (SST) dan pertumbuhannya kurang dari 1% per tahun. Oleh karena itu, sebanyak 40-60% akses Internet bagi masyarakat Indonesia hanya mungkin dilayani oleh warnet. Kalau target pada 2015 menurut World Summit on Information Society (WSIS) bahwa setengah penduduk dunia harus tersambung ke Internet, berarti 110 juta penduduk Indonesia harus tersambung ke Internet. Warnet, kata dia, adalah jalan ideal untuk mencapai target itu. Alasannya, penggunaan bersama fasilitas, dapat dikelola sendiri oleh masyarakat setempat, sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia, dan tidak memberatkan pemerintah dari sisi pembiayaan. "Karena semua pemilik warnet itu adalah pengusaha dan dengan modal sendiri," ujar Irwin. Ia berharap pemerintah memberi ruang, dukungan dan perlindungan bagi para pengusaha warnet. Antara lain berupa pengakuan warnet ke dalam struktur industri telekomunikasi, penegakan hukum yang bijak, merata, dan konsisten, dukungan fasilitas pembiayaan, dukungan penuh penggunaan peranti lunak open source di lingkungan pendidikan dan pemerintahan untuk meringankan beban biaya peranti lunak bagi warnet dan masyarakat. Alasannya, karena pengguna tahunya selama ini peranti lunak tertentu, ketika ke warnet pun jadinya menginginkan peranti lunak itu. Karena harga peranti lunak itu cukup mahal, warnet yang tak mau kehilangan pelanggan akhirnya memakai yang bajakan. (one) -- Salam, ID http://irwinday.wordpress.com