Re-Posting:

POST POWER SYNDROME (1)



Prof. Dr. Jend. Jasam. ME, adalah orang yang ketika masa-masa
produktifnya telah mencapai puncak karir diusia sangat muda. Puncak
karir tersebut menanjak hingga pada posisi puncak kenegaraan: Pemimpin
Negara! Oleh para pendukungya, dia disebut sebagai Yang Agung Mulia
Pemimpin Tertinggi Tata dan Tahta Negara (YAMPT3N)



Selama berpuluh-puluh tahun memimpin bangsanya, dia telah menciptakan
image tentang dirinya sendiri sebagai sosok sempurna, dengan berbagai
bentuk propaganda, slogan dengan –tentunya-
keterlibatan-keterlibatan para ahli Sosial, Ekonomi, Politik, Kultur,
Psikologi, Seni, dan lain-lainnya. Semua institusi intelektual menyusun
segala justifikasi ´ilmiah´ untuk mendukung segala tindakannya,
dan tentu saja para akhli beserta segala karya ilmiahnya menjadi bagian
dari penciptaan self-image Sang Jenderal, yakni: tanpa cacat, sempurna,
sophisticated!



Dengan peranan para akhli ekonomi, semua statistik diutak-atik
sedemikian rupa sehingga realitas sosial masyarakatnya, secara
´ilmiah´ tidaklah merupakan sebuah kenyataan. Perkembangan ekonomi
negaranya –sesuai analisis ilmiah tersebut- tercatat menanjak sekian
persen secara signifikan. Dengan disertai kesimpulan yang mengagumkan
bahwa pada waktu tidak terlalu lama, bangsa tersebut akan memiliki
standard hidup yang tertinggi di dunia. Dan tentu saja berbagai
bukti-bukti dan fakta ´ilmiah´ tersebut, disebar luaskan oleh
media sebagai berita hasil kerja kepemimpinan Sang Jenderal.



Waktu berlalu, Sang Jenderal tenggelam dalam self image yang
bertahun-tahun dibangunnya sendiri, bahkan hingga ketika suatu masa,
bangsa yang dipimpinnya jatuh terperosok dalam keadaban ´dark
age´, tersungkur dalam segala aspek kehidupan yang sangat mengenaskan
menemui titik paling nadir sepanjang sejarah. Sang Jenderal tetap merasa
berjaya dalam imajinasinya sendiri.



Dan hanya sang waktulah, pada akhirnya selalu ´berbicara´
belakangan tanpa disertai kebohongan!



Kini Sang Jenderal harus bersembunyi dalam sebuah bunker yang luasnya
tidak lebih luas dari kamar tahanan. Bunker itu paling tidak seukuran
dengan demikian banyak kamar tahanan yang pernah dibangun untuk menahan
dan menyiksa lawan-lawan politiknya saat berkuasa dahulu.



Dia harus meringkuk dan bersembunyi dari teriakan kemarahan dan kejaran
bangsanya sendiri sejak saat revolusi meletus bertahun tahun lalu.
Sebuah ½Big Bang½ yang –tanpa disadarinya- telah dia ciptakan
sendiri.



Semua pendukungnya telah habis, entah mereka telah meringkuk dalam
tahanan atau telah tersungkur disuatu tempat yang tidak terjelaskan.
Atau bahkan ada yang berjejer di depan regu tembak, sebagai result dari
apa yang telah selama ini mereka percayai: Sang Jenderal Agung,
MENGETAHUI SEGALA SESUATU.



Bunker tempat Sang Jenderal bersembunyi juga sudah tidak jelas lagi
dimana lokasinya, mengingat telah tertimbun oleh reruntuhan
bangunan-bangunan birokrasi yang hancur diamuk api kemarahan massa.



Selama masa persembuyian dalam ´lubang kecoak´ itu, Sang Jenderal
mensuply nutrisi tubuhnya dengan mengkonsumsi berbagai tablet yang
memang telah dipersiapkan oleh tim dokter pribadi, dan tentu saja selama
bertahun-tahun jumlah tablet-tablet tersebut semakin menipis



Suatu malam yang gelap gulita, Jenderal Jasam mulai menyadari ada
sesuatu yang busuk luar biasa. Namun pada awalnya dia tidak terlalu
menghiraukan dari mana sumber bau busuk tersebut.



½Pree..E..e..EeetTtt.....½ Tiba tiba ada lagi bunyi yang belum dia
sadari berasal dari lubang pantatnya.



Saat berkuasa dahulu, atas perintahnya, berbagai akhli Biokimia bekerja
untuk menemukan berbagai kapsul nutrisi, yang bisa mengganti peran
makanan agar keseluruhan waktu yang dimiliki dan digunakan oleh para
staff kenegaraan hanya difokuskan bagi, untuk dan demi kelanggengan
kekuasaan Sang Jenderal. Selain itu, para aklhi Biokimia tersebut juga
bekerja keras menemukan sebuah tablet yang memungkinkah Sang Jenderal
memproses hasil makanan terolah dalam tubuhnya secara tuntas, dalam arti
tidak menghasilkan lagi ampas-ampas kotoran.



Dengan demikian, selama bertahun-tahun dia berkuasa, Sang Jenderal tak
pernah berurusan dengan analnya sendiri. Tablet tersebut, kemudian
diberi nama ´AnaLogy´.

Dan dengan demikian pula, selama bertahun-tahun Sang Jenderal tidak
pernah menerima kenyataan –bahkan telah lupa- bahwa tubuhnya bisa
menghasilkan sesuatu yang busuk. Dan dengan penemuan jenius para
akhlinya itu, Sang Jenderal hanya terkentut setahun sekali dengan waktu
acak serta –sesuai namanya, yakni ½AnaLogy½- syaraf-syaraf
lubang pantat Sang Jenderal mempunyai ´pola pikir´ tersendiri yang
tidak terkoneksi dengan syaraf ke otak Sang Pemimpin Agung, tersebut.
Sehingga, jika suatu ketika, jadwal kentut mencapai waktunya, Sang
Jenderal tidak mengetahui dari mana suara dan bau busuk yang dihasilkan
oleh lubang pantatnya sendiri.



½Ini pasti hanya halusinasi... Bau busuk ini pastilah tak ada
hubungannya dengan KESEMPURNAANKU...½ Demikian pikirannya berproses
secara otomatis.



Sejenak kemudian, entah karena system pertahanan psikologisnya bekerja
sedemikian rupa sehingga ketika setiap kali ada sesuatu yang ´tidak
beres´ selalu berusaha mencari escape –meminjam judul lagu milik
Monty Phyton- yakni ½the bright side of life½.



(Bersambung)



(Tulisan ini saya tujukan bagi rekan-rekan -sebagai bahan kontemplasi
ketika buang air besar :-D... Dan, mereka yang berdiskusi denganku
tentang ´What is Reality´ di Milis Psikologi Transformatif.)

Tabe Lompo

KutKat

http://kutukata.blogspot.com <http://kutukata.blogspot.com>





Kirim email ke