forward,
menarik!!!

---------- Forwarded message ----------
From: Alfa <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Jan 27, 2008 11:15 PM
Subject: [balikpapan-ict] Fwd: [unmulnet] DPRD Panggil Rektor dan Dekan
Unmul
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]



---------- Forwarded message ----------
From: setiawan yunianto <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 2008/1/25

  diambil dari situs tetangga
ini ada perbandingan biaya kuliah di india dgn indo
Wawancara Tylla Subijantoro: Saya Tidak Menjelekkan
Bangsa

TYLLA Subijantoro, mahasiswi S-2 ilmu hukum
Universitas New Delhi, India,
tiba-tiba mencuri perhatian. Pertanyaan Tylla kepada
Presiden Yudhoyono
konon membuat SBY marah. "Saat berdialog dengan
masyarakat Indonesia di
India, ada warga yang sejak mulai bicara sampai
selesai menjelek-jelekkan
negeri kita dan memuji luar negeri. Saya menyesalkan,
" kata SBY di Tanah
Air.

Apa yang ditanyakan Tylla kepada SBY pada pertemuan 23
November lalu itu?

Berikut petikan perbincangan Tylla dengan Basfin
Siregar dari Gatra:

Benarkah Anda menjelek-jelekkan bangsa sendiri?
Saya tidak terima dibilang menjelek-jelekkan bangsa!
Yang saya
jelek-jelekkan itu pemerintah. Saya membandingkan
kebijakan Pemerintah
India dengan SBY. Saya lihat Pemerintah India memberi
subsidi gede banget
untuk pendidikan. Adalah salah pemerintah kalau
pendidikan di Indonesia
makin nggak terjangkau!

Berapa uang kuliah Anda di India?
Untuk program S-2 dua tahun, saya cuma bayar US$ 600,
sekitar Rp 6 juta.
Itu sudah all-in, sudah admission fee dan tuition fee.
Tinggal mikir biaya
hidup. Dan biaya hidup di Delhi sama dengan di
Jakarta. Uang US$ 600 itu
pun karena saya foreigner yang bayar lebih mahal.
Soalnya, duit saya itu
dipakai buat subsidi warga India asli. Kalau orang
India yang kuliah,
setahun bayarnya cuma 700 rupee, sekitar Rp 40.000.

Bagaimana dibandingkan dengan biaya di Indonesia?
Tahun lalu, saya mendaftar program notariat. Untuk
semester pertama saja
habis Rp 50 juta.

Anda kaget ketika SBY marah?
Sebenarnya SBY marah bukan karena pertanyaan saya.
Melainkan karena waktu
SBY ngasih penjelasan, eh, saya malah bisik-bisik ke
teman. Saya bilang,
''Ah, SBY mau ngomong apa, nyatanya anaknya
disekolahin ke luar negeri
juga. Berarti dia setuju pendidikan di luar negeri
bagus.''

Reaksi SBY bagaimana?
SBY sepertinya menganggap saya anak yang kaget. Baru
sekali sekolah di
luar negeri, kok, sudah sombong banget. Soalnya, SBY
bilang bahwa dia
sudah sembilan kali sekolah di luar negeri, dan
pendidikan di Indonesia
nggak jelek. Tapi kenyataannya, di ranking dunia,
pendidikan Indonesia kan
nggak masuk?

Ketika dibentak, reaksi Anda sendiri bagaimana?
Saya senyum aja, terus diem nunduk-nunduk,
manggut-manggut minta maaf.
Terus saya perhatikan lagi. Tapi saya bisik ke teman
itu cuma beberapa
detik aja kok. Sepanjang sebelumnya saya juga
memperhatikan penjelasan
SBY.

Seperti apa jawaban SBY waktu menjawab pertanyaan
Anda?
Ya pokoknya pemerintah sudah bekerja, bahwa pendidikan
di Indonesia tidak
jelek. Pendidikan di luar negeri ada yang bagus, tapi
ada juga yang lebih
jelek dibanding di Indonesia. Begitu. Terus waktu
menjawab soal buku-buku
murah, SBY bilang kalau pemerintah juga sudah
menyiapkan content (materi)
untuk buku-buku SD, bagaimana agar bisa kepake untuk
sekian generasi.
Teknis begitu. Itu kan nggak nyambung dengan apa yang
saya sampaikan.

Seperti apa subsidi pendidikan di India?
Di sini, buku murah luar biasa, bahkan buku-buku impor
karena pemerintah
memberi subsidi kertas! Selain itu pemerintah juga
bikin kerja sama dengan
penerbit-penerbit gede kayak Penguin Books agar
buku-buku mereka bisa
dicetak di India, jadi bisa dijual lebih murah.
Buku-buku kuliah saya,
kalau dikonversi ke rupiah, paling mahal cuma Rp
10.000. Kalau di
Indonesia, saya bisa keluar sampai Rp 2,5 juta untuk
beli buku saja. Dan
karena subsidi kertas itu, harga langganan koran juga
murah. Saya itu
langganan satu koran, satu majalah berita semacam
Gatra, dan satu majalah
wanita. Nah, untuk langganan tiga media itu,
sebulannya saya cuma bayar
110 rupee, atau sekitar Rp 22.000. Selain itu di
India, pelajar dapat
fasilitas kartu abonemen yang harganya cuma 50 rupee,
atau sekitar Rp
10.000, yang berlaku selama empat bulan. Dengan kartu
pas itu, selama
empat bulan kita bisa gratis naik bis pemerintah
jurusan apa aja. Mau
keliling-keliling Delhi juga boleh. Meski bisnya
bobrok, tapi nyaman.
Berhentinya juga cuma di halte. Kartu abonemen itu
selain untuk pelajar,
juga dikasih untuk pegawai negeri, tentara, orang
jompo dan physically
disabled (orang cacat). Itu untuk transportasi.

Tidak takut dianggap melebih-lebihkan India?
Lho, justru karena saya cinta bangsa Indonesia, saya
ingin pemerintah
belajar kepada India. Orang Indonesia itu
pintar-pintar. Tapi, soalnya,
pemerintah tidak bisa memfasilitasi pendidikan murah.
Para insinyur di
India mampu bersaing untuk masuk di Microsoft.
Sedangkan di Indonesia
hanya beberapa orang saja yang beruntung. Maka
tolonglah pemerintah bikin
agar pendidikan itu affordable.

Tapi, pendidikan di Indonesia kan ada juga bagusnya?
Kalau mau jujur, infrastrukturnya lebih bagus. Di
kampus sudah ada lift,
whiteboard, pakai OHP. Kalau di sini enggak. Naik dari
lantai I ke lantai
IV masih manual, masih pakai kapur tulis, terus nggak
ada AC. Tapi, kalau
kualitas content-nya, kita kurang.

Kalau pengajarnya bagaimana?
Kalau di India enaknya, dosen-dosen itu bisa dihubungi
kapan saja. Kayak
Amartya Sen, peraih nobel, kalau mahasiswanya minta
diskusi private
session, masih dilayanin. Nggak susah. Bahkan
presidennya sendiri, Abdul
Kalam, dia juga mengajar, dan masih bisa ditelepon!
Saya pernah bareng
mahasiswanya makan malam bareng Abdul Kalam. Saya
lihat Abdul Kalam itu
dikritik mahasiswanya yang orang India,
ditunjuk-tunjuk gitu, dia nggak
marah kok. Masih santai aja.

Setelah pertemuan dengan SBY itu, apakah Anda ditegur,
misalnya oleh orang
KBRI?
Ah, nggak. Orang KBRI itu asyik-asyik. Yang ribut itu
justru pegawai
negeri (dari Indonesia) yang tugas belajar ke India.
Mereka pada marah.
Dibilangnya saya itu anak itik yang baru keluar dari
induknya, kaget.
Padahal saya kan juga bukan baru pertama kali ke luar
negeri. Sebelumnya
saya kan juga sempat ikut summer course atau homestay
gitu. Tapi kan nggak
kompatibel kalau membandingkan Indonesia dengan
negara-negara maju.
Makanya dibandingin dengan India.

Yunianto Setiawan
ITC
Dept. Water Resources and Environmental Management
Enschede-Netherland



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
You received this message because you are subscribed to the Google Groups
"Balikpapan Information, Communication & Technology Community" group.
 To post to this group, send email to [EMAIL PROTECTED]
 To unsubscribe from this group, send email to
[EMAIL PROTECTED]
 For more options, visit this group at
http://groups.google.com/group/balikpapan-ict?hl=jw
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---



-- 
salama'

daengrusle
http://daengrusle.com

"Which is it, of the favors of your Lord, that ye deny?"
(QS. Ar-Rahmaan)

Kirim email ke