Zizang zimazungzang. Akhirnya begitulah orang-orang menyebut dan menuliskan nama saya. Saya sudah pasrah dengan nama itu. Sepertinya semua orang tidak ambil peduli lagi jika saya meralat panggilan mereka. Dan saya rasa itu percuma saja. Toh saya sudah sangat sulit untuk meralatnya. Semua itu karena lidahku tidak bisa diajak komfromi lagi. Zezed telah menguasai aksaraku. Zezed sudah menjangkitiku sejak tiga tahun lalu. Rasa-rasanya harapan untuk sembuh sudah tidak ada lagi. Ya, saya sudah pasrah. Seandainya tidak, tentulah nama saya masih Sisang simasungsang.
Penyakit zezed memang tidak umum. Dia langka. meskipun tidak purba. Para ahli memberikan nama pada penyakit ini sebagai Zedoloid Sindroma. Tapi saya tetap saja menamainya Zezed. Yaitu penyakit yang menyerang lidah kita sehingga abjad `s' berubah bunyi menjadi `z'. Sejak zezed, gaya bicara saya canggih. Layaknya bule. Namun tak jarang orang-orang mengira saya cadel, gagu, dan parahnya ada yang bilang bisu. Itu tidak terjadi begitu saja. Berawal dari suatu wawancara di suatu seminar tiga tahun lalu. Di tengah hiruk pikuk acara. Saya berusaha menemui ibu Zezed. Jam istirahat kala itu diisi dengan acara live musik. Dan masih saja mengalun. (Lirih suara penyanyi itu mengalun ....."tanpa terasa..kuteteskan air mata ini..."). "Benarkah ibu adalah ibu Zezed yang katanya terkenal itu?" "Benar banget dik..itulah zaya, Apa yang biza zaya bantu? Teruz zitu ziapa zih?" "Eeh..maaf bu, hampir lupa, saya dari Harian Jurnal Nasional, minta sedikit waktu untuk wawancara, boleh?! "Oo..zilakan-zilakan.." "Begini bu, ibu kan biasa dipanggil ibu Zezed, sepertinya itu bukan nama asli ya, bu?" "Jadi begini dik ya.. Zezed itu bukanlah nama zaya yang zebenarnya. Itu hanya zebutan zaja dari zahabat-zahabat zaya." "Nama zaya zih Zuzi zuzanzi . Zekarang zahabat zaya zudah lazim dengan nama zezed. Jadilah zezed zaja.." "Oo..maksud ibu, Susi susanti, begitu?" "Eh..zitu jangan zembarang zebut ya..zaya tadi bilang zuzi zuzanzi..ya, zuzi zuzanzi dong, bukannya zuzi zuzanti. Jangan main ganti gitu dong. Zaya ini kan zaztrawati. Bukan pemain bulu tangkiz. Tauk!" "Aduh..sori-sori.deh, bu susi susansi!" ( "kirim aku...malaikatmu...agar jadi kawan hidupkuu..".) dan lagu itu masih saja mengalir. "zitu zebaiknya panggil ibu zezed zaja deh, nanti kamu malah zalah zebut lagi deh." "Tau gak, mesti nyembelih kambing untuk sebuah nama loh." kalau wawancara gak becuz gitu, zaya cabut zaja nih!" "Loh..loh..maaf deh bu, jangan pergi begitu, dong. Saya kan tidak tahu. " "ya zudah, diteruzin aja" "Teruz apanya, bu! "Ya..ampuun, zitu mau wawancara gak zeeh!" "E..iya..ya..sori..sori deh, bu!" "kamu ini kenapa zih, zori-zori mulu..cepetan dong..zaya zibuk zekali nih.. "Oke-oke..kenapa sih dipanggil zezed gitu, bukannya ibu susi atau zuzi saja" "nah..kan, zitu zudah zindir-zindir zaya lg kan...zaya pulang zaja nih?!" " aduh..bukan gitu dong, bu. Kan wawancara nih, jadi mesti jelas gitu deh" "begitu ya.?" ya zudah, zampai dimana tadi? "kenapa sih ibu dipanggil zezed gitu" "jadi begini..zemua memanggil zaya zezed karena kebizaan zaya menyebut 's' menjadi 'z' (sambil menuliskan huruf s di kertas). zeperti zaat ini. zemula zih cuma izeng-izeng zaja. zizanya keteruzan gitu". "zedoholic gitu ya?" "ya begitulah..zemua zudah terjadi zejak zaya mazih kecil. Zederhana zaja zih..huruf 'z' begitu unik di ujung lidah. Teraza lembut, gitu. Iya kan?" "????" "kok bengong zih, coba deh, ngomong kayak zaya" "saya ya bu?" "ya iyyalah....mazak zama zetan zih!" "ngomong apa ya, bu?" "ya..apa zaja lah. Zitu kan wartawan, pazti cerdaz deh.." "mmmh...zaya zuka zuzu zegar, gimana, bu?" "nah..enakkan??" "ya, jelaslah bu. Susu segar memang enak" "mampuz deh..makzud zaya, zed-nya itu loh" "Oo..iya..iya, tapi ribet deh, bu!" "ya, zudah" ("dan di dunia ini..aku tak mau sendiri...") "terus..apa pendapat orang lain tentang zezed ibu.." "zering orang kezal zama zaya. Katanya zaya zinting. Tapi zaya zama zekali tidak puzing dengan zangkaan zemua orang. Yang penting zaya zenang dan zantai-zantai aja. Mereka zenang mikir yang zuzah-zuzah zih. Zaya tidak zinting kok. Zampai zaat ini, otak zaya zehat-zehat aja. Zegar-zegar aja. Teruz yang zinting ziapa?" "semacam sensasi bu, ya!" "Oow..zaya zama zekali tidak zedang cari zenzazi. Toh zaya zudah zangat zenzazional zelama ini kok" "maksudnya?" "ziapa zangka, zaya yang zezed ini zudah zering diundang di zeminar-zeminar dan baca puizi tingkat dunia" "dimana aja sih, bu?" "UZA, Zwizz, Ruzia, Auztralia, Zingapora, Inggriz, Mezir, Zwedia..zmua deh" "wah hebat dong! Tapi kok banyak kalangan yang protes, kalau ibu dianggap merusak bahasa". "zemua zirik zih zama zaya. Padahal banyak kok zaztrawan dan penuliz yang zering zengaja zalah bahaza, zalah zaztra, zalah tuliz, zalah zeni. Tapi dizitulah zeninya". "kenapa zih tidak berbahaza yang normal zaja, gitu!" "maunya zih gitu, tapi zaya zudah zangat zuzah zeperti biazanya. Malah zekarang zaya zemakin zezed zaja" "makzud ibu?", eh.maksud ibu?" "nah.. kan.." baru zezaat zama zaya, zitu zudah mulai zezed, kan. Apalagi zaya, yang zudah zangat zezed ini." "Teruz zoluzinya apa?" ("mampuz deh..kok ketularan kayak gini nih") "zaya zudah zari-zari zoluzinya tapi nonzenz dik" "loh..loh..kok cari berubah jadi zari zih bu..kan bukan huruf "s"! "zori..zori zaya zuma zalah zebut zaja" "tuh..kan, zalah lagi. Cuma jadi zuma. Kok biza zalah lagi?" "mungkin zezed zaya zudah zemakin parah, dik " "Oo..begitu ya?!" "zitu zih, zuka zanya-zanya zaya zeruz!" (duh..ampun). "ibu ngomong apa zih?" "zizu kok, nzak zauk zih..zangan zanya-zanya lagi zeh. Zamu zudah zizin zaya zuzah." "????????". "makazih deh bu, wawancaranya". Aku mau dengar muzik dulu". (sementara musik masih terus mangalir: "come and take a look out through my eyes....")