Dikutip dari:
http://bloggradien.wordpress.com/2008/05/28/wabah-buku-blog-2/#more-52


*blook: dari blog ke buku*

*Koran Tempo, 25 Mei 2008*

*WABAH BUKU BLOG*

*Buku-buku yang diadaptasi dari cerita-cerita di blog atawa buku blog alias
blook kian marak. Beberapa di antaranya meledak di pasar.*

Empat gadis yang baru saja mengantar teman satu kosnya ke rumah sakit
terheran-heran ketika menyadari mereka jadi pusat perhatian. Rupanya yang
menjadi perhatian orang-orang di sekelilingya adalah penampilan mereka. Satu
dari keempat gadis itu hanya memakai daster belel dan mukanya penuh obat
jerawat. Ada juga yang memakai sandal berbeda warna antara kaki kanan dan
kirinya. Akhirnya tawa mereka pun meledak karena sadar akan kekonyolan itu.

Penggalan kisah semasa kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di
Yogyakarta itu dituangkan Dewi Rieka Kustiantari di blognya. Kisah-kisah di
rumah kos Dedew–begitu sapaan akrab perempuan 28 tahun itu–kemudian sempat
dimuat di majalah. Tapi Dedew belum puas. Ia ingin kumpulan cerita di
blognya itu diterbitkan dalam bentuk buku. Ia lantas mengirimkan cerita
setebal 50 halaman itu ke banyak penerbit. Ditunggu-tunggu, belum satu pun
yang tertarik.

Barulah pada awal tahun ini Penerbit Gradien Mediatama, Yogyakarta,
menyatakan ketertarikannya pada tulisan ibu satu anak itu. Dedew, yang waktu
kecil kerap mengirim anekdot ke majalah Bobo itu, diminta menambahkan
ceritanya agar bukunya bisa lebih tebal. Penerbit juga berpesan supaya Dedew
tak mengubah gaya tulisannya di blognya, yang lugas, penuh canda, dan jauh
dari gaya bahasa formal.

Proses penambahan cerita itu dijalani lewat diskusi hampir setiap hari
dengan penerbit melalui chatting. "Prosesnya itu seperti konsultasi membuat
skripsi," kata Dedew. Akhirnya Dedew berhasil menambahkan ceritanya menjadi
191 halaman dan diterbitkan menjadi buku berjudul Anak Kos Dodol, Catatan
Mahasiswa Gokil von Djokja.

Dedew yang sudah sangat senang buku kumpulan cerita di blognya bisa terbit
semakin bungah ketika ia tahu bukunya ternyata laris. Dalam dua bulan,
bukunya itu sudah masuk cetakan ketiga.

Buku yang isinya diadaptasi dari blog atawa buku blog, seperti bukunya
Dedew, memang tengah mewabah di Indonesia belakangan ini. Di dunia
internasional, buku jenis ini dikenal dengan istilah blook, yang merupakan
gabungan kata blog dan book.

Menurut Donny B.U., blogger sekaligus aktivis Information and Communication
Technology Watch Indonesia, fenomena itu mulai merebak sekitar dua tahun
lalu. Di luar negeri, seperti Inggris, fenomena itu sudah berlangsung lama.
Malahan sudah ada penghargaan dari Guardian untuk blogger yang menulis
blook.

Fenomena itu, tutur Donny, dipicu oleh banyaknya novel chiklit yang menjamur
akhir-akhir ini. Di antara novel-novel chiklit itu ditulis oleh beberapa
blogger, yang rata-rata masih sangat belia. Sebut saja Faiz, yang memiliki
blog www.masfaiz.multiply.com. Di blognya ia menulis, dan akhirnya
membuahkan chiklit, Permen-permen Cinta Untukmu.

Donny menyatakan, seorang blogger yang berkisah dalam blognya mempunyai
pembaca loyal, yang mengikuti ceritanya hingga tamat. Saat ini, sejumlah
penerbit memang getol memburu naskah cerita para blogger yang berkisah
tentang remaja. Biasanya para penerbit mencari ke blog-blog yang memang
bertebaran di jagat maya. "Blog kini telah menjadi semacam tempat
penyimpanan naskah."

Kondisi itu juga memicu sejumlah blogger aktif mengirimkan naskah cerita di
blognya ke penerbit. Alhasil, situasi itu kemudian kian membuat maraknya
kehadiran blook di rak-rak toko buku di Tanah Air.

Yang jelas, Donny menambahkan, menjamurnya blook bukan berarti mengembalikan
dunia tulis-menulis ke kertas. "Dua-duanya akan tetap berjalan," katanya.

Bila ditelusuri, di Indonesia blook mulai diperhitungkan setelah terbitnya
Kambing Jantan pada April 2005. Blook karya Raditya Dika itu meledak di
pasar sekitar enam bulan kemudian. Hingga kini, buku yang memuat kisah-kisah
jenaka dalam kehidupan penulisnya itu sudah naik cetak 20 kali atau setara
dengan 100 ribu eksemplar.

Menurut Radit, ide menerbitkan kumpulan tulisan dari blognya muncul ketika
ia kuliah di Australia. Saat itu, ia menemukan blook karya Salam Pax yang
mengisahkan seputar invasi pasukan Amerika Serikat ke Irak di perpustakaan
kampusnya. Radit berpikir, kalau tulisan blog Salam Pax itu bisa
diterbitkan, maka tulisan-tulisan di blognya juga punya peluang yang sama.

Meski tak terlalu yakin, Radit memberanikan diri mencetak semua tulisan di
blognya yang mencapai 400 halaman. Gepokan naskah itu ia bawa ke penerbit
Gagas Media, Jakarta. "Awalnya ditolak karena naskah buku kambing jantan
dikiranya buku soal ternak," kata Radit. "Pas saya bilang ini catatan harian
dari blog, mereka malah tanya blog itu apa."

Untungnya Radit sudah menyiapkan bahan presentasi dengan matang, sehingga ia
bisa menjelaskan konsep bukunya dengan mantap. Hari itu juga ia berhasil
meyakinkan Gagas Media untuk menerbitkan bukunya. Uniknya, pihak Gagas Media
meminta agar tulisan di blog yang dipindahkan ke buku tak perlu diedit,
dibiarkan apa adanya. Bahkan kesalahan pengetikan pun dibiarkan. Menurut
Radit, pihak penerbit bertujuan agar isi buku lebih orisinal.

Direktur Penerbit Gradien Mediatama, Ang Tek Khun, mengakui buku Radit itu
memang pionir mewabahnya blook di Tanah Air. Dan itu memacu Gradien, yang
awalnya hanya mengamati blog untuk mencari penulis potensial, akhirnya
memutuskan serius menggarap blook.

Sejak 2006, sudah ada delapan blook yang diterbitkan Gradien. Boleh
dibilang, saat ini penerbit itulah yang paling rajin menerbitkan blook. Dan
rata-rata blook yang dilepas ke pasar bisa laku lebih dari 6.000 eksemplar.

Cukup menarik, memang. Menurut Khun, buku adaptasi dari blog ini punya daya
tarik dari gaya bertuturnya yang lugas dan mirip dengan catatan harian.
Karena itu, proses penyuntingan naskah diupayakan seminim mungkin agar gaya
bercerita ala online diary itu tak hilang.

Awalnya, Khun memilih metode penulisan copy-paste. Artinya, naskah yang ada
di buku benar-benar sama dengan yang pernah dimuat di blog. Tapi saat ini
Khun membimbing penulisnya mencari kekhasan dan benang merah isi blog
mereka, lalu naskah yang ada ditulis ulang sesuai dengan benang merah
tersebut.

Khun mengakui kalau blook acap kali dicibir karena membicarakan hal yang
remeh-temeh. "Sebagian orang masih meremehkan kualitas blogger dan
tulisannya," katanya. Tapi Khun percaya, sebenarnya kemampuan menulis para
blogger lumayan baik. Terbukti buku mereka mendapat sambutan.

Karena itu, Khun optimistis masa depan blook akan semakin cerah seiring
dengan bertambahnya blogger. "Belum ada media serevolusioner blog yang bisa
memprovokasi kalangan muda sampai tua untuk menulis," ujarnya.

Donny B.U. mengingatkan masalah copyright atau hak cipta yang akan muncul di
tengah merebaknya blook. Penerbit umumnya tak mau versi cetak itu dimasukkan
juga ke blog pribadi pengarangnya. "Inilah yang akan menjadi perdebatan
kemudian, meski hingga sekarang belum ada kasus seperti itu," katanya.
"Makanya, tergantung si penerbit, niatnya mau minterin atau bisnis."
OKTAMANDJAYA WIGUNA, YOPHIANDI
ATG
--salah satu penulis blook :)

-- 
www.daengbattala.com
--update : "Kartu Pos dari Liberia"
Visit my short poem mini site at:
www.daengbattala.tumblr.com

Kirim email ke