--------------------
Subjek: Reaksi KKSS Tanggapi Pernyataan Jubir SBY-Boediono

Hasanuddin: Alfian dan Rizal tidak Suci-suci Amat

Pernyatan Ketua DPP Partai Demokrat Andi Alifian Mallarangeng bahwa orang
Sulawesi Selatan belum saatnya jadi presiden memantik reaksi Kerukunan
Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Pernyataan tersebut juga dinilai menutup
peluang etnis lain di Indonesia, seolah yang boleh jadi presiden hanya orang
Jawa.

"Orang boleh mencari dukungan untuk calonnya, berkampanye, tetapi harus
dengan cara-cara yang bermartabat. Itu yang selalu diucapkan kubu SBY. Nah,
saya ingin kembalikan, apakah pernyataan itu bermartabat," kata Ketua KKSS,
Andi Hasanuddin Massaile saat dihubungi Fajar.

"Mestinya, imbau Hasanuddin, kalau ada niat Alifian menjadi orang besar,
tetap dekat dengan SBY, Alifian bisa menjaga sikap, mengontrol omongan.
Sebab, katanya, Alifian dan Rizal juga tidak suci-suci amat, tidak
bersih-bersih amat, dan tidak cerdas-cerdas amat," katanya.

Pernyatan Rizal dan Alifian dinilai sudah jauh dari tim sukses calon
presiden. Tapi jauh lebih tepat sebagai pernyataan orang yang sedang
mengidap amnesia.
Hasanuddin lalu meminta masyarakat Sulsel tetap jaga diri. Jangan mau
terprovokasi dua putra Sulsel bersaudara yang sudah lupa diri.

Menurut dia, orang bicara atau memberi pernyataan harus ada dasarnya. Tapi
pernyataan Alifian tersebut, bagi Hasanuddin, tidak ada dasarnya. "Apa
kriterianya sampai dia menyatakan seperti itu. Apa dia tahu kriteria
pemimpin itu," kata Hasanuddin.

Menurut Hasanuddin, orang bisa menjilat ke mana-mana. Tapi jangan sampai
mendiskreditkan orang lain. Hal itu, kata dia, sama dengan menzalimi orang
lain.
Hasanuddin lantas merinci kriteria pemimpin dalam falsafah Bugis. Yakni To
Warani (Orang berani). Dalam arti berani mengambil keputusan dan berani
menanggung risiko dari apa yang diputuskannya.

Kedua, to acca (orang pintar), tapi bukan gelar. Ketiga To Sugi (orang
kaya). Bukan kaya harta, tetapi memiliki jaringan yang luas (networking) dan
punya akses terhadap semua kelompok.
Kriteria berikutnya adalah panrita (teguh memegang agama). Dengan kriteria
tersebut, beber Hasanuddin, sangat banyak orang Sulsel yang memenuhi
kriteria.

Jika dibawa ke kriteria kepemimpinan umum, lanjutnya, maka pertama adalah
fisik (bukan ganteng). Tapi kebutuhan fisik sesuai bidangnya. Misalnya kalau
pilot, tentu tidak bisa pakai kacamata.
Berikutnya, punya pengetahuan dan pengalaman luas. Lagi-lagi ini tidak bisa
diukur dengan deretan gelar seseorang, tapi tahu banyak aspek dalam hal
kepemimpinan dan masalah yang akan dipimpinnya.

Kriteria lain bahwa calon pemimpin harus yakin bahwa di bawah
kepemimpinannya masalah bisa teratasi dengan baik. Pemimpin juga harus adil,
objektif, kuasai teknik komunikasi, human relationsnya bagus, bisa jadi
bapak, jadi guru, dan lain sebagainya.

"Melihat kriteria itu, mana yang tidak dipenuhi sama JK. Demikian juga SBY
dan Mega. Hanya kadarnya saja yang tentu berbeda," ujarnya.

Hasanuddin mengatakan, sejauh ini, ia tidak pernah menemukan ada petunjuk
bahwa etnis tertentu belum bisa memimpin dalam kurun waktu tertentu. Karena
itu, pernyataan Alifian tersebut sama saja dengan menzalimi.

Salah satu kelebihan yang dimiliki orang Sulsel, katanya, cepat dan berani
mengambil keputusan. Demikian juga etnis lain tentu punya kelebihan, baik
Jawa, Manado, dan etnis lainnya. Jadi tinggal disinergikan.

Menurut dia, semua suku bangsa punya putra terbaik dan kemampuan tertentu.
Apakah pantas orang Bugis yang membuat pernyataan demikian" Hasanuddin
mengatakan, dari zaman dulu, memang selalu ada orang yang memiliki karakter
seperti itu. Orang-orang yang mau makan sendiri. (bahar moenta)


sumber:
http://www.facebook.com/l/;http://www.fajar.co.id/index.php?option=news&id=63186
-- 
www.daengbattala.com
update :
"Biter Hamen dan Ketangguhan Menghadapi Persoalan"
www.daenggammara.com

Reply via email to