sayang filemnya tak "semeledak" postingan blognya Pada 16 Juli 2009 16:43, n t a n™ <in...@baidoeri.com> menulis:
> > > Ntan™ likes this. > > Dapet first sentences-nya > *barusanku baca email panjang sampai selesai* > ^^ > > Makasih de-Bat > ;) > > ntan™ sent from her RocknRollBerry® > > ------------------------------ > *From*: Amril Taufik Gobel > *Date*: Thu, 16 Jul 2009 15:26:45 +0700 > *To*: <blogger_makassar@yahoogroups.com>; <cim...@googlegroups.com>; < > cikarangb...@yahoogroups.com> > *Subject*: [blogger_makassar] Kiat Menulis Kreatif ala Raditya Dika > > > Dibawah ini sebuah tulisan menarik dari Raditya Dika (penulis blog serta > buku "Kambing Jantan" dan pemain film "Kambing Jantan, The Movie") yang saya > ambil dari > blognya.<http://radityadika.com/tiga-elemen-penulisan-kreatif-dalam-blog/> > > Semoga bermanfaat untuk anda.. > > --------------------- > > Tiga Elemen Penulisan Kreatif dalam Blog > by Raditya Dika > > > Dalam menulis sebuah entry blog yang asyik, kita dapat menggunakan > elemen-elemen penulisan kreatif yang kebanyakan dipelajari untuk membuat > sebuah karangan fiksi. Di bawah ini saya mencoba untuk memberikan tiga > elemen penulisan kreatif yang bisa diaplikasikan dalam membuat sebuah entry > blog yang menarik. > > *1. First Sentences yang Menarik* > * > *Let’s face it. Di dalam ranah dunia internet, kita semua somewhat terkena > ADD (attention disorder deficit). Pembaca punya attention span yang rendah. > Jika mereka tidak suka dengan blog kita mereka bisa dengan mudah langsung > pindah ke website lain dengan satu kali klik. > > Nah, inilah mengapa kita perlu first sentence yang punya dahsyat di dalam > entry kita. > > Di dalam dunia perbukuan dan menulis, semua buku yang baik punya first > sentences yang engaging untuk membawa pembaca larut ke kalimat-kalimat > selanjutnya sampai buku tersebut habis. Di dalam dunia blog, entry Anda juga > harus punya first sentences yang cihui agar orang tercantol dalam waktu > singkat. > > Apa yang terjadi jika Anda tersasar ke sebuah blog dan kalimat pertama yang > Anda baca seperti ini: > “Gue pagi ini bangun terus gue mandi. Ke sekolah lagi. Males deh.” > Kemungkinan besar, Anda berpikir “Yeah, diary anak sekolahan lagi. Biasa > banget. Males ah.” Lantas Anda menutup browser tersebut. > > Bandingkan jika Anda tersasar ke sebuah blog dan rangkaian kalimat yang > pertama Anda baca seperti ini: > “Untuk pertama kalinya saya akan bercerita tentang sejarah “Seratus” dalam > hidup saya. Bukan karena cerita itu teramat penting dan besar, tapi justru > karena keremehannya yang luar biasa.” > > Saya, begitu membaca first sentences barusan akan berpikir, “Apa sih > ‘seratus’ ini? Seberapa remeh dia?” Selanjutnya, saya membaca tulisan > tersebut sampai habis. Tulisan yang kedua, saya kutip dari blog Dewi > Lestari. > > Kecermatan dan kepiawaian kita untuk membuat first sentences yang menarik > akan membuat pembaca tergelitik untuk membaca kalimat-kalimat berikutnya. > Setelah itu, Anda hanya perlu konsisten untuk membuat kalimat-kalimat > berikutnya bisa sebaik kalimat yang pertama Anda buat. > > Ingat, tulisan Anda harus punya hook. Anda harus punya sesuatu yang > merangsang rasa penasaran sekaligus keinginan pembaca yang tiba-tiba > tersasar. Tanyakan ini pada diri Anda sendiri: “Jika gue nyasar ke blog gue > sendiri dan ngebaca kalimat pertama ini, gue bakal mau baca sampe abis gak > ya?” > > *2. Buatlah Tulisan yang Ekonomis* > > Robert McKee, seorang lecturer dalam bidang penulisan, pernah berkata “90% > of first drafts is shit”. Ini berarti, kebanyakan, tulisan yang pertama Anda > buat pertama kali adalah jelek. Tulisan dalam sebuah first draft adalah > tulisan yang tidak terstruktur, patah-patah, dan lepas dari otak Anda begitu > saja. Kemungkinan besar, tulisan di draft pertama Anda juga adalah tulisan > yang verbosal, yaitu tulisan yang terlalu boros kata-kata dan tidak > ekonomis. > > Nah, sebelum Anda mengklik tombol “post” itu, coba cek kembali apa yang > telah Anda tulis. Apakah penggunaan kalimatnya sudah logis? Cek kembali > logika kalimat yang salah. Cek kembali ejaan, atau terminologi yang benar. > Bunuh semua kata yang tidak perlu. Tulisan yang baik adalah tulisan yang > tight: kencang dan sempit. Perhatikan pacing tiap kalimat. Kata demi kata. > Apakah tulisan Anda punya tempo yang enak untuk diikuti? Tulisan yang baik > adalah tulisan yang seperti musik, ada tempo teratur, ada jeda untuk menarik > napas, ada nada yang mengalir. > > Baca kembali first draft Anda sebagai seorang pembaca, cek dulu apakah > diksi yang Anda gunakan tidak redundan. Misalnya, Anda menemukan kalimat: > “gue pergi ke rumah gue pas adek gue pulang dari kampus malem-malem”, ini > jelas redundan. Coret semua kata “gue” hingga kalimatnya lebih efektif dan > ekonomis, menjadi: “Gue pergi ke rumah, pas adek pulang dari kampus.” > > Seperti yang kebanyakan orang bilang, first draft ditulis hanya untuk > “mengeluarkan apa yang ada di kepala”. Draft kedua ditulis untuk > “memperbaiki apa yang sudah ditulis.” Dan draft ketiga untuk “membuat > tulisannya bersinar”. Jangan terburu-buru dalam menulis sebuah tulisan, > buatlah menjadi semenarik mungkin. > > *3. Menemukan dan Menggunakan Voice Anda Sendiri* > > > Pernahkah Anda mengangkat telepon, dan hanya dari mendengar suara orang > tersebut Anda mengenali siapa yang sedang berbicara dengan Anda? Setiap > manusia diciptakan dengan warna suara yang berbeda-beda. Apa yang cempreng, > ada yang berat/husky, ada yang kayak orang kejepit. Apa pun itu, warna suara > dapat membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. > > Seperti halnya dengan dunia penulisan, setiap penulis yang baik pasti punya > “voice”-nya sendiri. Anda tahu bagaimana gaya khas Hilman Hariwijaya dalam > menulis. Anda tahu, bagaimana tulisan Gunawan Muhammad ketika Anda > membacanya. Atau bahkan, Anda bisa menebak diksi (kosakata) apa yang > biasanya ada dalam esai-esai politik Eep Saefuloh Fatah. Gaya menulis Djenar > Maesa Ayu, gaya Ayu Utami, mereka punya gaya yang khas. Semua penulis tadi > punya voice yang begitu khas sehingga orang tahu, begitu membaca tulisan > mereka, itu adalah tulisan mereka. > > Cara paling gampang untuk tahu apakah Anda sudah punya voice atau belum: > jika ibu Anda membaca tulisan Anda, tanpa diberitahu bahwa itu adalah milik > Anda, dan dia bisa bilang, “Wah, ini tulisan anak saya.” Berarti selamat, > Anda sudah punya voice. > > Voice yang khas membantu kita untuk mendeferensiasikan diri dari penulis > yang lain. Dalam menulis blog, voice yang khas juga akan membuat kita > terlihat berbeda dari penulis blog-blog yang lain. Punya voice akan > memisahkan kita dari “blogger lainnya” menjadi “blogger yang itu tuh, yang > tulisan begini nih…”. Ndoro Kakung, misalnya masuk ke dalam contoh blogger > yang punya voice yang sangat khas. > > Lantas, bagaimana cara menemukan voice kita sendiri? Jawabannya sederhana: > banyak membaca dan berlatih. Dengan membaca banyak buku yang ditulis penulis > lain, sambil menganalisa-nya, kita akan dengan sendirinya mengadaptasi > gaya-gaya mereka untuk memperkuat personality dan voice kita sendiri. > Mengadaptasi, tentu saja, bukan berarti mencuri. > > Layaknya Nidji yang mengagumi britpop, terutama Coldplay, sampai akhirnya > bisa menemukan kekhasan aliran lagu miliknya sendiri, mereka berhasil > membuat voice yang khas pada karya-karyanya. Atau layaknya Tohpati yang pada > awalnya mendengarkan pilihan-pilihan nada yang dimainkan gitaris John > Scofield, pada akhirnya Tohpati memelajari dan mengadaptasi permainan gitar > orang lain hingga akhirnya dia menemukan sebuah gaya yang uniquely his. > > Pelajari bagaimana kekuatan Haruki Murakami dalam mengkonstruksi sebuah > dialog, pelajari narasi Chuck Palahniuk yang minimalistik dan maskulin, > pelajari bagaimana Hilman Hariwijaya menggiring orang untuk tertawa. Satukan > apa yang telah Anda pelajari, tanamkan dalam-dalam dalam diri Anda, dan > keluarkan personality Anda sendiri. Keluarkan voice Anda. > > Dengan banyak membaca Anda akan mendapatkan banyak referensi. Di samping > itu, dengan banyak berlatih Anda akan tahu cara penyampaian seperti apa yang > paling asik untuk Anda. Anda akan memilih diksi yang paling mewakili gaya > tulisan Anda. Menulis dan berlatih, dan jadilah berbeda dari orang-orang > yang lain. > Tentu saja, tiga elemen di atas hanya sebagian kecil contoh bagaimana kita > menggunakan elemen penulisan kreatif untuk membuat postingan blog kita > menjadi lebih baik. Masih banyak elemen-elemen lain: komposisi narasi vs > dialog, deskripsi yang efektif, setting dan konteks, dan lain-lain. > > Hope that helps! > > > ATG > -- > www.daengbattala.com > update : > "Biter Hamen dan Ketangguhan Menghadapi Persoalan" > www.daenggammara.com > > > >