Hayyo2.. yang dah punya tabungan nikah, tabungan beli rumah, beli
mobil, persiapan ini dan itu.. Tahun ini tabungan qurbannya dah bisa
di'pecahin' lom? :)
 Wassalam, 

Mardiah








From:Dedfriady_Masta 
Sent: Tuesday, November 24, 2009 10:09 AM
Subject: SENANDUNG IEDUL QURBAN
 
 
SENANDUNG
IEDUL QURBAN
Oleh
: Bondan Lukita
 
Tak
terasa waktu sudah setahun, ketika pengurus mesjid di perumahan kembali
menyodorkan formulir untuk ber qurban kepadaku. Padahal setahun yang lalu, 
ketika
dia menyerahkan formulir itu, dengan cepat kujawab, bahwa aku tidak ikut
berqurban, dengan alasan tidak mempunyai uang. Walaupun pada saat itu, aku
sangat menyesal karena tidak ikut berkurban. 
 
Padahal
memang kalau dihitung secara matematika, gajiku sebagai kepala bagian sebuah
percetakan di daerah pinggiran kota Bogor, dengan masa kerja 5 tahun dan
mempunyai 2 orang anak hanya habis untuk keperluan sebulan, itupun
kadang-kadang harus nombok (berhutang), jika ada undangan perkawinan/sunatan
atau anak sakit.
Ach,
manusia memang sombong dan kikir, dalam hati kecilku,...
 
Pada
saat hari raya Iedul Qurban, aku dan keluargaku shalat ied. Setelah shalat ied,
anakku merengek ingin melihat pemotongan hewan qurban. Akupun dengan anaku
pergi melihatnya, sesampainya disana banyak orang, baik orang tua mapun anak,
lelaki maupun perempuan untuk melihatnya.
"Assalamualaikum,
pak Bondan"
"Wa'alaikum
Salam, ..." jawabku
 
Ternyata
yang memberi salam adalah pak Manan, anak buahku di percetakan. Pak Manan baru
bekerja 2 tahun dan belum pegawai tetap, karena ditempatku setelah 3 tahun baru
diangkat pegawai tetap.
Dia
memang satu perumahan denganku hanya lain blok dari rumahku. Dia masih
mengontrak dan mempunyai 1 orang anak.
"Mau
kemana, pak Manan ? tanyaku basa basi " Ini lho pak Bondan, anak saya mau
melihat pemotongan hewan qurban", jawabnya. Ach, sama dong, ... tapi ini
hanya dalam hatiku.
 
Kamipun
terlibat pembicaraan yang sangat mengasyikan, sedangkan anak-anak kami biarkan
untuk melihat pemotongan hewan qurban. Dari masalah pekerjaan sampai menghadiri
sholat Iedul Adha pagi itu.
Tiba-tiba,
panitia qurban memanggil : "Bapak Manan, ..... qurbannya kambing warna
hitam, diharap kedepan untuk menyaksikan pemotongan hewan qurbannya"
"Ma'af
pak Bondan, .. permisi sebentar", begitu pak Manan pamit kepadaku, untuk
menyaksikan hewan qurbannya disembelih.
 
Selang
beberapa detik, aku mengucap Astagfirullah, ........ dan kemudian aku duduk
dipinggir mesjid untuk menyendiri. Tak terasa aku bergumam : "Ya, Allah,
aku sangat malu kepadaMu, Ya Allah, ...."
"Ampunilah
hambaMu ini yang sombong dan kikir ini , yang tak mensyukuri rezeki yang telah
kauberikan" 
"Hanya
dengan seekor kambing untuk berbagi sesama, hambaMu tidak mau berbagi "
"Ya,
Allah, nikmat dariMu manalagi yang aku dustakan, bukalah hati ini untuk berbagi
sesama, Ya, .. Rabb"
Tak
terasa mataku basah, dan segera kuusap mataku, ketika anaku dengan datang
membawa satu bungkus daging di tas kresek tiba-tiba mengajak pulang.
 
Diperjalanan
aku berkata dalam hati :, "Terima kasih Ya, .. Allah, melalui pak Manan,
Engkau beritahu hambaMu ini" 
"Melalui
Pak Manan, Engkau membisikan nurani untuk berkaca diri"
"Melalui
pak Manan, Engkat sadarkan hambaMu dari keterpurukan hati ini "
Sore
hari, setelah shalat Ashar, aku duduk diberanda di muka rumah, tak terasa aku
berpikir tentang pak Manan dan bergumam "
"Dari
mana dia mendapatkan uang itu membeli hewan qurban, pikirku ?" Entah
mungkin setan yang lewat dan membisiki telingaku dan aku sempat berpikir
jangan-jangan dia mengambil barang di gudang percetakan dimana kami bekerja dan
kemudian menjualnya atau hanya sekedar gengsi untuk berkurban supaya di lihat
tetangga padahal uangnya boleh pinjam.  
 
Tapi
pikiran itu kubuang jauh-jauh, dan aku berujar "Astagfirullah, .... 
Ma'afkanlah
hambaMu terlalu berburuk sangka terhadap orang". Dan aku mulai menerka
mungkin pak Manan, mendapat obyekan yang cukup besar sehingga ia dapat membeli
hewan qurban atau ia mendapat warisan dari orang tuanya. Sore itu aku bertekad,
bahwa ba'da Maghrib, aku akan kerumah pak Manan, mungkin aja dia mau mengajaku
mengerjakan pekerjaan/obyekan sehabis pulang kerja atau pada hari libur.
Sehabis
sholat Magrib, aku berpamitan dengan istri dan anakku dan sambil bergurau dengan
istriku, aku mau mencari obyekan dengan pak Manan. 
 
Didepan
pagar rumah pak Manan, aku mengucapkan salam, tak lama kemudian munculah pak
Manan dengan pakaian rapih dan bersih. Walaupun pakainnya tidak mahal, dia
terlihat cerah tidak seperti orang susah, ( mungkin dia baru dapat rejeki dan
obyekan gol, pikirku), tidak seperti di tempat kerjanya, selalu mandi keringat
dan berdebu.
"Assalamualikum,
.. " salamku
"Wa'alaikum
Salam, ..." jawabnya
Aku
berkata :"Wach, ... rapih sekali pak Manan", "Mau pergi ya, ..
?", karena memang aku baru pertama kali melihat dia seperti itu. Setelah
kami duduk, dia tersenyum dan berujar "Yach, beginilah pak Bondan, tempat
tinggal saya, tetapi walaupun begini saya masih bisa bersyukur, karena saya
masih diberi kenikmatan untuk bersujud dihadapanNya denggan pakaian bersih dan
rapih"
Memang
aku pernah membaca sebuah hadist, jika kita hendak sholat, berpakaianlah dengan
rapih dan bersih.
 
Tak
terasa aku mulai mengagumi jiwa pak Manan, dengan perilaku kehidupannya, yang
menurutku sesuai dengan tuntunan kitabullah. Ada perasaan sejuk di hati ini
ketika kami mengobrol tentang makna sholat terdengar sayup-sayup dari tape
tetangganya lagu "tombo ati". Tidak lama setelah kami berbincang,
munculah istrinya sambil membawa dua cangkir teh manis ditambah sepiring ubi
goreng. "Silahkan pak Bondan, dicicipi gorengannya ubinya, ini gorengan
ternikmat di dunia buatan istri saya" katanya sambil melirik istrinya.
 
Memang
gorengan itu terasa nikmat, mungkin saya sudah lama tidak makan gorengan, apa
lagi malam itu cerah sekali langit dan angin semilir menerpa beranda yang kami
duduki. Istrinyapun pamit untuk masuk kedalam rumah dan tak lama kemudian
anaknya muncul sambil membawa sebuah kotak persis seperti kotak amal di mesjid.
Terlihat kotak itu sudah lama sekali, itu terlihat dari warnanya yang sudah
kusam.
Anaknya
dengan gaya lucunya bertanya :"Pak, ... kunci kotak ini disimpan dimana
?"
"Dimas,
mau nabung untuk Idul Qurban, nanti " ujarnya sambil memegang uang
selembar ribuan. "Oh, itu nak, kuncinya di atas dekat kotak haji, sekarang
ambil kotak hajinya ya, .." jawab pak Manan.
 
Anaknyapun
masuk kedalam rumah dan kembali dengan kotak yang lain persis sama dengan kota
yang pertama dibawa, yang menurut pak Manan kotak untuk Iedul Qurban"
Setelah kedua kotak itu ditaruh diatas meja, pak Manan mengambil kunci yang
yang berada diatasnya dan mengunci kotak yang satu lagi, kemudia anaknyapun
masuk kedalam rumah.
Dihadapan
kedua kotak itu pak Manan menerangkan kepadaku "Yach, ... beginilah
kehidupan saya, pak, setelah gajian saya dipotong untuk infaq, saya harus
menyisihkan keperluan rumah tangga, kontrakan rumah, anak sekolah dan untuk
berqurban saya harus menabung sehari minimal dua ribu rupiah, tetapi walaupun
begitu saya sangat ikhlas dan bahagia"
"Semoga
saja Allah memberikan rumah di surga kelak untuk saya dan keluarga saya"
ujar Manan dengan suara yakin dan tenang. Aku bertanya : "Kalau sehari dua
ribu, bagaimana cukup untuk membeli kambing qurban pak Manan, terus 
kekurangannya
dari mana ?"
"Saya
sangat yakin, pak Bondan, bahwa Allah akan memberi ridzki dari sumber dan waktu
yang tak terduga-duga" ujarnya. "Pak Bondan ingatkan waktu sebelum
bulan puasa, pak Bondan menyuruh saya untuk  mengecat rumah pak Bondan
?"
"Dan
setelah itu pak Bondan, memberi uang kerja kepada saya sebesar dua ratus ribu
rupiah, nach, .. dari situlah ridzki dari Allah kepada saya melalui tangan pak
Bondan ", "Subhana Allah, pak Bondan uang itu masih ada sisanya
seratus ribu rupiah, untuk keperluan lebaran keluarga " : terang pak Manan
dengan hati berbinar.
 
Aku
tertegun dan menerawang ke diri saya : "Ya, Allah betapa hinanya diri saya
ini, yang tak tahu berterima kasih padaMu, yang hanya disaat susah saja aku 
memohon
kepadaMU, berapa banyak rezeki yang telah kau berikan, berapa banyak limpahan
kenikmatan yang telah Kau beri pada hambaMu ini". Aku mengingat mundur
selama setahun ini, barang dan kenikmatan duniawi yang telah keperoleh, hand
phone telah ganti 2 kali (walaupun HP yang lama masih baik dan ada cameranya
tapi karena kulihat iklan aku tergiur untuk menggantinya) , ada tambahan motor
walaupun dengan kredit, PC pentium 3 dirumah sudah ditukar tambah denga dengan
Pentium 4, setiap sehabis gajian selalu kerestoran, sebulan sekali jalan-jalan
ke mall, uang bonus sudah kubuat pergola di rumah, sepeda gunungku sudah
bertambah satu, setiap ada obyekan diluar pekerjaan kantor selalu makan enak,
Yaa, .. Allah ampunilah hambaMu...
 
Aku
teringat suatu ayat di surat Ar Rahmann, yang artinya "Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan ?" Aku terjaga dari lamunanku, karena
pak Manan berkata :"Dan kotak satu laginya, ini saya bercita-cita
untuknaik haji, karena saya menyadari bahwa dengan kondisi ekonomi saya seperti
ini tidak mungkin pergi haji sekali bayar, maka kotak ini tempat mewujudkan
cita-cita saya itu "
"Di
kotak ini saya menabung seminggu lima belas ribu rupiah, dan bertambah jika ada
obyekan dari luar pekerjaan saya dan setiap 6 bulan sekali saya setor ke
tabungan haji saya", ujar pak Manan.
"Alhamdulillah,
pak sudah berjalan 3 tahun, Saya yakin pak Bondan, Allah pasti akan mendengar
hambanya yang memohon dan saya juga tidak lupa akan keluarga saya, saya masih
punya 1 kotak lagi untuk tabungan keluarga saya": tambah pak Manan
 
Dalam
hati aku berucap, "Subhanaallah, ..Seorang pak Manan, yang rumahnya masih
mengontrak di dunia ini, sedang membuat pondasi istananya di surga" Adzan
Isya, berkumandang, aku bersama pak Manan ke mesjid di perumahan untuk
menunaikan shalat Isya berjamaah.
Setelah
shalat Isya di mesjid, aku pamit pak Manan dan pengurus lainnya untuk
 pulang duluan. Aku menyusuri jalan pinggir kali yang melewati perumahan,
jalan itu memang lebih jauh dari rumah dan kupilih agar aku dapat merenung di
perjalanan menuju rumah.  Renungan dari seorang sahabat yang dapat kuambil
hikmahnya hari itu adalah sahabat yang tak lupa akan duniawi, kewajiban dia
sebagai seorang bapak, kewajiban dia sebagai suami tetapi dia tak lupa akan
akherat. Aku teringat sebuah hadist ;"Jika kamu bergaul dengan pandai
besi, maka dirimu akan tercium bau besi, Jika kamu berteman tukang minyak wangi
maka dirimu akan tercium aroma minyak wangi" dan satu renungan lagi yang
kuambil hikmahnya adalah :"Bahwa untuk mencapai sesuatu yang mulia semua
berasal dari kebiasaan yang baik, seperti bayi yang baru belajar berjalan dia
tidak langsung berjalan, dia terus belajar akan merangkak, kemudian belajar
berdiri, kemudian dia akan berpegangan sesuatu, dan akhirnya dia akan belajar
berjalan. Dan ini yang membuatku hatiku tergerak, kisah Nabi Ibrahim dan
pengorbannya anaknya Nabi Ismail, walaupun kisah ini sudah diceritakan oleh
guru/ustadz berulang kali dan membaca buku berpuluh kali, baru kali aku
menyadari betapa besar pengorbanannya.
 
Tak
terasa aku sampai di teras rumah dan istriku menyambut dengan ramah.
"Assalamualaikum, .. " salamku,  "Wa'alaikum Salam,
..." jawabnya.
Aku
bertanya :"Dimana Setya, ". ( Anakku bernama Setya) 
Istriku
menjawab: "Dia tertidur, dia tadi menunggu lama bapaknya, karena bapaknya
berjanji untuk mengajak shalat Isya di mesjid"
"Astagfirullah,
... aku lupa telah berjanji dengan anakku": ucapku
Aku
melihat anaku teritdur pulas dikamarnya dan kutatap dia sejenak keperhatikan
bahwa dia merupakan tongkat di hari tuaku, anaku yang akan menolongku di alam
sana nanti dengan doa-doanya kemudia aku keluar kamar menuju halaman luar rumah
dan kutatap langit yang dipenuhi bintang, tak terasa didalam hati aku berujar
dari surat Ar Rahmann :"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan ? ", udara malampun semakin dingin aku memasuki rumah dan
menguncinya.
 
---
--- ---
 
"Assalamualaikum,
.. Pak, Bondan, Pak, ,,, Pak Bondan ": ucap pengurus mesjid "Ya, ...
Ya... "Wa'alaikum Salam, ..." jawabku. Rupanya aku ingat peristiwa
satu tahun lalu, dimana kejadiannya sama hanya beda tahunnya. Waktu itu dia
menawarkan formulir untuk berqurban dan waktunya sama menjelang Maghrib. Pada
waktu itu aku menolaknya dengan alasan tidak punya uang, tapi hari ini aku 
menerimanya
dengan senang hati. Alhamdulillah, semua sudah kupersiapkan jauh hari, aku
sudah mempunyai 3 tabungan dirumah dan salah satunya adalah tabungan iedul
qurban. Walaupun jumlahnya tidak banyak, tetapi ini membuatku optimis,
menghadapi masa depan yang sesuai dengan tuntunan kitab dan sunah rasul. "
Baik pak, sini aja formulirnya, nanti setelah saya isi, saya antarkan ke mesjid
"
"Baik
pak, kalau begitu :ucap pengurus mesjid.
"Assalamualaikum
": ucap pengurus mesjid
"Wa'alaikum
Salam, ..." jawabku.
 
Aku
teringat kembali dengan bekas anak buahku pak Manan, tiga hari yang lalu ia
berkunjung kerumahku, mengabarkan bahwa dia mengundang aku dan anak istriku
kerumahnya yang baru untuk acara syukuran. Dia mengucapkan terima kasih, karena
telah dibantu untuk mendapatkan rumah yang baru dengan harga yang murah. Lima
bulan yang lalu ia telah pindah pekerjaan, dia ditawarkan ke pabrik lain,
walaupun masih satu grup dengan perusahaanku dan tentunya ia telah naik
jabatan. Dan Insya Allah tahun depan ia akan berangkat naik haji karena memang
namanya sudah terdaftar untuk keberangkatan haji tahun depan. Dia mengingatkan
aku untuk berqurban tahun ini. Memang seorang sahabat, adalah menemani kita
jika mengalami keterpurukan dan mengingatkan kita jika lupa akan kebaikan.
 "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? ",
aku kembali teringat kembali akan ayat dari surat Ar Rahmann.
 
Langit
didepan rumah mulai redup, pelangi di ufuk timur mulai tak terlihat, karena 
Maghrib
akan segera datang, begitu juga kehidupan manusia. Dunia akan terus berputar dan
kita semua akan kembali kepadaNya. Dari mesjid terdengar suara adzan Maghrib,
mengajak manusia untuk bersujud dihadapanNya. Aku menutup pintu pagar dan masuk
kedalam rumah, untuk mengajak keluargaku shalat Maghrib berjamaah untuk memohon
ampun dan ridhoNya.
Amin.
 
***
*** ***
The
End
 
Tips:
Jangan lupa, kalau tahun ini nggak bisa qurban, supaya tahun depan bisa qurban,
mari kita ikutin langkah Pak Manan, kita dirumah harus punya tiga kotak, kotak
ke satu untuk pembelian hewan qurban tahun depan, kotak ke dua buat naik haji,
dan kotak ketiga buat tabungan keluarga. Mudah2an Allah swt memudahkan jalannya
bagi kita agar dapat berqurban tahun depan, Amiin.
 
Wassalaamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
     


-- 
deen



      

Kirim email ke