Saya baru sekali ke Selayar sekitar tahun 1998, muntah-muntah di Fery. Di hibur dengan musik apapun, bawaannya mau muntah mulu.
*Sory bagi yang sedang makan malam, jangan ingat muntah* --- Pada Sel, 11/5/10, Fajrin Thamrin <jri...@gmail.com> menulis: Dari: Fajrin Thamrin <jri...@gmail.com> Judul: Re: [blogger_makassar] sahabat setiaku itu... Kepada: blogger_makassar@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 11 Mei, 2010, 1:35 AM pilihan lagu yang bagus dan tepat sesuai sikonnya...mantap daeng 2010/5/11 deNun <daeng.c...@gmail. com> Sahabat Setia Itu The Corrs dan Linkin Park Antara tahun 2000-2003, saya melakukan perjalanan dari Selayar ke Makassar minimal dua kali dalam sebulan. Jika tidak naik bus (lalu naik fery dari Pamatata hingga Bira menuju Makassar), saya naik kapal malam dari Kota Benteng menuju Pelabuhan Lappe di Bulukumba. Biasanya saat musim timur ganas menyerang dari laut Flores. Nah, tentu sangat suntuk dan melelahkan melakukan perjalanan jauh dengan tumpangan yang buat gerah seperti itu. Bus tanpa AC, kapal fery yang sumpek dan kapal malam yang panas tanpa ventilasi memadai. Hingga pada satu kesempatan di terminal Mallengkeri (dikenal juga Parangtambung, Makassar) saya pergoki satu kaset The Corrs, band yang sudah beberapa kali saya nonton klipnya di televisi. Band yang diisi wanita-wanita cantik dengan suara emas. Yang saya ingat penampilan mereka selalu dibalut warna hitam dan antik. The Corrs, seperti yang saya comot dari Wikipedia adalah band beraliran folk rock asal Dundalk, Irlandia, terdiri dari tiga perempuan dan lelaki dari keluarga Corr: Andrea (vokal, tin whistle); Sharon (violin, vokal); Caroline (drum, percussion, bodhrán, vokal); dan Jim (gitar, keyboard, vokal). Mereka mulai dikenal pada akhir 1990-an. The Corrs tampil pada 1996 di Olimpiade Musim Panas, Atlanta, Gorgia. Mereka telah mengeluarkan lima album studio dan mendapatkan platinum di banyak negara. “Talk on Corners”, adalah album tersukses mereka, yang mendapatkan multi platinum di Australia dan Kerajaan Inggris. Tanpa pikir panjang saya beli kaset senilai sepuluh ribu rupiah itu. Kaset melenggang ke kotak walkman. Saya suka lagu “Would You Be Happier?", liriknya asik. Juga “Breathless”. Suara para wanita tersebutlah yang selalu menemani dalam perjalanan bolak balik itu. Duduk bersandari di bus dengan headset terpasang membuat perjalanan terasa nyaman. Kerap kali saya bolak-balik kasetnya hingga 6 kali dari Benteng ke Makassar. Band kedua sulit dilupakan adalah Linkin Park. Group band modern ini, menganut aliran neomusic dengan perpaduan rap dan rock. Mereka pula yang kerap menemani perjalanan itu. Saya punya koleksi kaset album “Hybrid Theory (pertama) dan Meteora (kedua) dengan gambar sampul mask”. Dua kaset ini yang silih berganti menemani saya saat di perjalanan. Di Benteng, Selayar, di pulau-pulau dalam kawasan Taman Nasional Taka Bonerate hingga tahun 2003. Lagu Faint dan Numb adalah koleksi Linkin Park yang asik didengar. Linkin Park, grup musik beraliran nu metal dari Aguora Hills, California, di Amerika Serikat. Nama Linkin Park merupakan plesetan dari nama sebuah taman di Los Angeles, Lincoln Park. Sebelum Chester Bennington menjadi vokalis Linkin Park, Mark Wakefield lebih dulu menjadi vokalisnya. Namun, ia keluar dari Linkin Park untuk menjari proyek lain. Bassis Dave Farrell alias "Phoenix" juga pernah keluar sebentar dari Linkin Park untuk mengikuti tur bersama band lamanya, Tasty Snax. Sedangkan 4 personil lainnya – Brad Delson, Mike Shinoda, Joe Hahn, dan Rob Bourdon – selalu bertahan di Linkin Park sejak awal pembentukannya (Wikipedia). Lagu The Corrs disetel kala angin berhembus di sela-sela kaca bus di sekitar Jeneponto dan Takalar. Lagu-lagu Linkin Park digeber saat naik fery dan berlayar di atas perairan Bulukumba. Menyenangkan bukan? -- ____________ _ www.denung.wordpres s.com www.denun.net -- Fajrin Thamrin Patu visit me @ www[dot]carienaknya saja[dot] blogspot[ dot]com