Rencana tindaknya tidak di-publish karena nanti diketahui "lawan" dari gerakan 
ini. De-Nun bisa datang hari minggu nanti di DKM jam 10.

DL

--- Pada Sen, 19/7/10, deNun Forza <daeng.c...@gmail.com> menulis:

Dari: deNun Forza <daeng.c...@gmail.com>
Judul: Re: [blogger_makassar] Laporan Pewarta Warga: Kopdar Facebooker Peduli 
Benteng Fort Rotterdam
Kepada: "AM" <blogger_makassar@yahoogroups.com>
Tanggal: Senin, 19 Juli, 2010, 5:26 AM







 



  


    
      
      
      














Wah baru tahu jika ada kopdar.
Lalu apa rencana tindaknya, Daeng?

Oh ya, thanks infona... :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  mus mimin <primus022002@ yahoo.com>
Sender:  blogger_makassar@ yahoogroups. com
Date: Mon, 19 Jul 2010 20:00:00 +0800 (SGT)To: <blogger_makassar@ yahoogroups. 
com>ReplyTo:  blogger_makassar@ yahoogroups. com
Subject: [blogger_makassar] Laporan Pewarta Warga: Kopdar Facebooker Peduli 
Benteng Fort Rotterdam

 



    
      
      
      Kopdar Facebooker Peduli Benteng Fort Rotterdam
http://regional. kompasiana. com/2010/ 07/18/kopdar- facebooker- 
peduli-benteng- fort-rotterdam/

Hari Minggu, sekitar pukul 10 pagi waktu Makassar, satu per satu
facebooker memasuki gedung DKM (Dewan Kesenian Makassar) yang terletak
didalam kompleks Benteng Fort Rotterdam, Makassar. Rupanya di gedung
DKM akan dilangsungkan kopi darat (kopdar) para facebooker yang peduli
dengan rencana revitalisasi Benteng Fort Rotterdam.
Inisiator pertemuan itu adalah Syahrial Tato seorang budayawan dan 
Triyatni (dosen Arsitektur UNHAS) melalui group di facebook. Satu per
satu facebooker memperkenalkan dirinya dipandu seorang wartawati,
Aisyah. Ragam latarbelakang para fabooker itu dan lintas generasi. Ada
berlatar swasta, dosen, LSM, media, dan mahasiswa. Mereka bertekad satu
tujuan: menyelamatkan keberadaan Benteng Fort Rotterdam dan
gedung-gedung tua di seantero Kota Makassar.
Pertemuan pertama facebooker Komunitas Peduli Gedung Toea juga
dihadiri seorang warga Indonesia yang tinggal di Belanda bernama
Sunarti Tutu. Sunarti yang alumnus Sastra Prancis UNHAS dan pernah
beraktifitas di Pramuka UNHAS membawa peta sejarah Makassar dari
Leiden, Belanda dan banyak menyingkap sejarah Kota Makassar, seperti
adanya terowongan dari benteng Fort Rotterdam ke Lapangan Karebosi,
keberadaan Vredenburg dan banyak informasi terselubung lainnya.
Setelah pertemuan, sekitar enam orang facebooker lainnya
mengelilingi sudut-sudut Benteng dipandu oleh bapak Syahrial Tato. Satu
per satu gedung, tempat dan sudut benteng dijelaskan sejarahnya,
seperti nama Bastion yang berarti tempat penjara yang biasa digunakan
kolonial Belanda melakukan penyiksaan terhadap pejuang pribumi. Di
dalam benteng terdapat beberapa bastion, seperti Bastion Bone dan
Bastion Amboina yang berarti penjara bagi orang Bone dan orang Ambon.
Banyak lagi cerita-cerita lainnya dari bapak Syahrial yang sifatnya
off the record dilontarkan setelah mengelilingi seantero Benteng
menyangkut kehidupan bangunan-bangunan tua, termasuk bangunan Societat
de’harmoni tempat para seniman Makassar beraktifitas, yang  kini
setelah dirobohkan untuk revitalisasi namun tidak kunjung dibangun
kembali dengan alasan klasik: ketiadaan dana yang cukup dari pemerintah.



    
     

    










    
     

    
    


 



  





Kirim email ke