Setuju pak. Ritual memang tak terhindarkan dalam kehidupan ini. yang 
utama, ialah, agar manusia jangan sekadar mengambang dalam permukaan 
riak air rutinitas, namun, menyelam lebih dalam kedasar. Jangan 
sampai sekedar berdoa,melafalkan mazmur atau mantram secara mekanis, 
namun dihayati dengan sadar.

Demikian pula dengan menyambut hostia, bagi saudara saudara berumat 
Katholik atau Protestant, tidak sekedar ritual yang automatis, namun 
dihayati dalam, bahwa disaat itu, kita memohon persatuan dengan Yang 
Tertinggi.

Ritual seringkali disusun untuk men-systematiskan sebuah ibadah. 
dalam ibadah Katholik juga pernah disederhanakan, yakni setelah 
konsili Vaticanum II.

Bagi mas Rijadi, memang hidup ini seringkali juga rutin,misalnya 
mengerjakan langkah langkah di perkerjaan kita, karena seringnya. Ini 
bisa memudahkan pekerjaan, namun, seringkali justeru timbul 
kekeliruan waktu berkerja, karena pikiran tidak mengontrolnya 
(misalnya ada kasus yang agak menyimpang).

Salam

Danardono




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tirta D. Arief" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> Rekan-rekan yang baik,
> Inilah yang disebut sepuluh orang 'menyapu' hasilnya sepuluh 
macam..... 
> seratus orang memberi sedekah, amalnya pun seratus macam.....seribu 
orang 
> memberi hormat, seribu macam juga hasilnya! Untuk orang banyak, 
atau 
> massa, ritual penting agar ada 'keseragaman', namun bagi individu 
ritual 
> perlu penyesuaian dengan kondisi individu yang bersangkutan. Kita 
harus 
> hati-hati benar dalam menyimpulkan karena mata bisa salah, kuping 
bisa 
> menipu, rasa bisa keliru.........:-)
> 
> salam,
> tirta
> 
> On Tue, 15 Feb 2005, RM Danardono HADINOTO wrote:
> 
> >
> >
> > Demikianlah, pak, dibanyak agama, pengalaman agama yang rutin itu
> > tenggelam menjadi ritual.
> >
> > Saya perhatikan umat disekitar saya kalau ke gereja (Protestantkah
> > atau katholikkah), apakah di di Indonesia ataukah (apalagi) di 
Eropa,
> > terjadi semacam automatisme. Umat melaksanakan ritual itu, secara
> > automatis, mungkin karena sudah hafal, termasuk menerima hostia.
> >
> > Lalu mendengar khotbah sambil me-lamun2 atau memikirkan yang lain,
> > ada yang menguap.
> >
> > Waktu berdiri, berdiri, waktu berlutut, berlutut, dan semua mazmur
> > alias mantra keluar dari mulut secara automatis.
> >
> > Keluar dari gereja, kembalilah siumat menjadi manusia se-hari2, 
buat
> > lagi hal hal yang baru saja ditregur dalam khotbah.
> >
> > Menyedihkan, kalau ritual penerimaan hostia, dianggap suatu 
langkah
> > menuju kesurga. Tuhan harus kita terima kedalam diri kita melalui
> > amal dan perilaku kita ("dengan pikiran, perkataan dan 
perbuatan").
> > Namun, banyak yang menerima seolah hostia itu adalah suatu syarat
> > tiap hari minggu, kalau tidak, maka berdosa..
> >
> > Tak heran, dengan demikian banyaknya gereja, mesjid dan rumah2 
ibadah
> > lainnya, kemaksiatan dinegeri ini tak berkurang.
> >
> > Yang dikejar adalah ritual. Bukan amal.
> >
> > Salam hormat dalam ketidaktahuan
> >
> > Danardono
> >





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to