Pak Hadinoto yang baik,

Terima kasih atas sanjungan Bapak yang terlalu tinggi, saya tidak 
sanggup menerimanya, saya juga masih banyak belajar pada rekan-rekan 
lainnya yang lebih senior. 

Di dalam budaya Sunda, juga ada yang disebut kirata, konon singkatan 
dikira-kira tapi nyata. Misalnya, kata dasi diberi kirata, "dipasang 
dina dada, ngarah aksi" (dipasang di dada supaya keren), 
korsi "cokor di sisi" (cokor = kaki untuk binatang besar; sisi = 
tepi) (ini yang mengada-ada) dan masih banyak yang lainnya. Bahkan 
nama makanan di Sunda pun banyak yang merupakan kirata. Contoh, 
comro = oncom di jero (oncom di dalam), misro (amis di jero), 
colenak (dicocol enak) dst. Maaf Pak Moderators, jadi OOT nih.

Pepatah kuno mengatakan "Selama gunung masih hijau, jangan takut 
kekurangan kayu bakar" (hutannya masih hijau, kayunya belum dicuri 
maling kali ye, he he he, just kidding). Jadi, lain kali tentu masih 
banyak kesempatan untuk bertemu.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Selamat ketemu lagi pak David. saya janji,akan upayakan lebih lagi 
> untuk dapat ketemu, kalau lagi mudik, ya Pak? Padahal rumah kita 
> berdekatan. Ya namanya belum kharmanya untuk ketemu darat ya Pak?
> 
> Terutama Anda adalah salah satu guru saya disini, disamping 
sahabat 
> sahabat lain. 
> 
> Dari uraian pak David ini, saya jadi ingat sifat hakekat orang 
Jawa 
> yang sangat spesifik. Kita namakan "uthak uthik". Ini mirip waktu 
> kita jadi anak kecil laki laki yang bengal. Kita main dengan jam, 
> ujung ujungnya, berantakan, bagian bagiannya terserak. Nah, kita 
si 
> buyung bengal lalu dengan asyiknya mencoba men-cocok-cocokkan 
bagian 
> bagian jam itu, supaya menjadi utuh lagi. Biasa sih, pak, jam itu 
> tetap berantakan..ya kan?
> 
> Nah demikianlah, orang jawa ini suka sekali mencoba men-cocok 
> cocokkan pengertian pengertian melalui bunyi lafal, lalu 
mengeluarkan 
> kesimpulan , bahwa begini begitu.
> 
> Pak David tahu kan tokoh Semar? Nah, dikatakan Semar itu berasal 
dari 
> samar, jadi tokoh ini adalah dewa yang menyamar dalam kehidupan se-
> hari hari. Padahal nobody tahu apak itu kata Semar.
> 
> Begitu juga dengan jimat para Pendawa, kalimosodo. Entah apa ini. 
> Tetapi lalu dikatakan, ini berasal dari kalimat syahadat. Jadi 
> dielakangnya idee ini, adalah rekayasa.
> 
> Dalam penyelidikan linguistik, banyak kita jumpai kesamaan lafal, 
> yang sebenarnya kebetulan, dan tak ada hubungan. 
> 
> Ya, seperti pak David katakan, kalau penonton Ca Bau Kan 
menganggap 
> isi film ini authentik, lalu menilainya sebagai sumber sejarah, ya 
> ciloko. 
> 
> salam berguru
> 
> Danardono






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to