Umumnya kita selalu melihat orang berdasarkan labelnya. Perbedaan label ini juga yang menimbulkan perbedaan antara KITA (yang berlabel sama) dan MEREKA (yang berbeda label). Perbedaan ini membuat kita tidak bisa obyektif dalam melihat permasalahan yang ada.

 

Kalau kita menemui orang2 berkelakuan buruk yang kebetulan berbeda label, kita akan terus mengingat bahwa MEREKA adalah orang yang berkelakuan buruk. Sebaliknya kalau ada orang berbeda label yang baik, kita tidak mengingatnya sebagai kebaikan dari MEREKA.

 

Jika terjadi perselisihan antara KITA dan MEREKA, kita cenderung untuk membela pihak KITA dan menyalahkan pihak MEREKA, walaupun kita tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah gerakan separatisme yang kebetulan melibatkan beberapa label. RMS dan OPM akan dilihat sebagai Kristen dan pemerintah Indonesia sebagai Islam. GAM dilihat sebagai Islam dan pemerintah Indonesia sebagai sekuler. MNLF dan Abu Sayyaf dianggap Islam dan pemerintah Filipina sebagai Katolik. Gerakan kemerdekaan Cheznya dilihat sebagai Islam dan pemerintah Rusia sebagai komunis. Separatisme di Xinjiang (Turkistan Timur) dilihat sebagai Islam, di Tibet dilihat sebagai Buddhis, dan pemerintah RRC sebagai komunis.

 

Seorang yang selalu membedakan KITA dan MEREKA akan mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia bertindak represif terhadap agama Kristen, karena Pemerintah Indonesia berusaha menghentikan upaya2 separatisme OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang Kristen. Padahal kita tahu bahwa alasan dilakukannya tindakan oleh pemerintah RI adalah karena OPM bermaksud untuk memisahkan diri dari negara RI (separatisme).

 

Tentang penduduk di sekitar Borobudur, setahu saya di dekat Borobudur memang sebagian besar penduduk beragama Islam. Tetapi cukup banyak yang beragama Buddha. Di beberapa dusun/desa penduduk beragama Buddha adalah mayoritas, bahkan bisa mencapai angka di atas 80%. Mereka ini adalah penduduk etnis Jawa di desa2 miskin dan terpencil di kabupaten Semarang, Demak, Jepara, Boyolali, Magelang, Klaten, Gunung Kidul, dll.

 

salam,

KH



nana sutrisna <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Walaupun borobudur adalah rumah ibadah orang Buddha tapi itu kan dulu. sekarang hanya jadi tempat wisata aja lagi pula udah ratusan tahun kok penduduk disekitar borobudur beralih ke agama islam. kalau mau belajar agamanya jangan dikomunitas beragama lain dong, sebaiknya dilingkungan sendiri gitu loh.
 
Kalau masalah penindasan bukankah negara China bertindak represif terhadap penduduk muslim uyghur di Xinjiang. lihat juga penindasan Thailand terhadap muslim Patani, lihat juga penindasan Myanmar terhadap suku yang beragama islam, lihat juga Sri Lanka yang melakukan penindasan terhadap muslim. semua negara - negara yang menindas itu beragama Buddha dan penindasan itu diketahui dunia internasional, sedangkan yang anda katakan ada penindasan terhadap orang Buddha di Borobudur itu kan baru gosip belaka belum diketahui secara umum. jangan - jangan itu hanya usaha mendiskreditkan islam aja


Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




Yahoo! Groups Links

Reply via email to