----- Original Message -----
From: Han Hwie
Song
Sent: Sunday, May 01, 2005 4:00 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Ibu, Menulis tentang
ibu.esay.doc Menulis
tentang kebijaksanaan ibu, revisited
Beberapa
penulis ternama Tiongkok menulis tentang ibunya, seperti ibu dari Kong Fu Zi
(Confucius), Mengke (Mencius), juga ibu dari Chiang Kai-Shek, Hu Shih dan masih
banyak lagi. Ini karena mereka mendapatkan pendidikan dan kecintaan terutama
dari ibunya, dan kebanyakan dari penulis-penulis ini juga karena ayahnya
meninggal sewaktu mereka masih muda. Dari cerita-cerita ini menunjukkan
bagaimana ibunya membuat baju untuk anak-anaknya dari baris ke baris sampai jauh
malam, agar anaknya tidak kedinginan; atau sambil menunggu anaknya yang sedang
bepergian berbulan-bulan belum pulang. Dari cerita
cerita ini menurut aku yang paling mengesankan dan terkenal ialah ibu dari
Mencius, untuk mendapatkan pendidikan dan pergaulan yang baik beliau harus
pindah rumah tiga kali. Yang terakhir ialah pindah ke rumah tidak jauh dari
sekolahan. Dengan demikian Mencius kecil berkumpul dengan anak-anak yang
bersekolahan sehingga beliau juga senang belajar. Tidak berkelebihan aku menulis
disini bahwa sewaktu ujian penghabisan AMS/SMA di Surabaya pada tahun 1951,
sesudah penyerahan kekuasahan dari pemerintah Belanda ke pemerintah Indonesia;
karena kami tidak pernah mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia kami harus
membuat karangan dan memilih berbagai judul dan aku memlih sebagai judul
Ibuku. Waktu aku
kecil sampai aku menjadi dokter aku selalu tidur dengan nenekku, Beliau sering
bercerita tentang cerita-cerita kuno. Nenekku pernah mengatakan padaku waktu
malam, kami bersama-sama tidur, Beliau berkata:”Hwie-Song aku katakan padamu,
sebagai manusia kita harus percaya pada tuhan, pada arwah-arwah keluarga kita.
Tetapi kalau kau perlu minta pertolongan yang paling mendadak, kau harus minta
pertolongan pada ibumu.” Dia bernapas lalu melanjutkan: “Ibu cinta pada
anak-anaknya tidak ada batasnya, hubungan ibu dengan anak erat sekali karena ibu
mengandung kau selama 9 bulan didalam perutnya. Kau boleh minta tolong
pada tuhan ini harus, namun jangan melupahkan ibu, karena yang minta pertolongan
pada tuhan itu ratusan juta banyaknya pada setiap waktu. Ibu bisa menolongnya
dengan cepat, katakanlah pada ibu semua kesulitan sewaktu kau keluar pintu!”
Karena “wejangan” ini yang aku menerima sejak kecil, maka telah masuk
dalam-dalam di jiwaku, secara sadar dan tidak sadar aku kerjakan perkataan nenek
ini, juga sewaktu aku mendapatkan operasi yang besar dan chemoterapi ini.
Sebetulnya perkataan nenek ini adalah “agama atau cultur Tionghoa” yang memuja
arwah-arwah keluarga yang pernah mendidik dan membesarkan kita. Memujah ibu
disini mungkin dapat aku hubungkan dengan agama katolik yang memuja Ibu
Maria. Dari
cerita ibuku, aku ingat ibu dari Mencius yang dengan kebijaksanaannya mendidik
Mencius menjadi seorang filosof yang besar sesudah Confucius. Mencius adalah
pengikut Confucius dan memperkembangkan pikiran Confucius selanjutnya. Karena
kebesarannya maka oleh filosof filosof Barat nama Meng-ke (Meng Zhi) seperti
Kong Fu-Zhi (Confucius) di latinkan menjadi Mencius. Zhi dalam arti bahasa
Tionghoa berarti orang yang pandai dan bijaksana. Mencius bersifat baik dan
jiwanya halus, beliau mengajar pada kita bahwa manusia itu pada dasarnya adalah
baik. Namun karena kepandaiannya dan berani mengritik penguasa, maka beliau
seperti “gurunya” tidak diminta untuk bekerja sebagai perdana menteri atau
menteri. Raja-raja di jaman “Peperangan antar Negara” dijaman dahulu. Raja-raja
Tiongkok lebih baik memakai murid-murid dari filosof filosof yang besar ini,
karena mereka umumnya lebih menghormati sang raja dan ragu untuk mengritiknya.
Lain halnya dengan Socrates yang oleh
Rajanya dihukum mati dengan minum racun. Pemandangan raja-raja Tiongkok jaman
dahulu tidak berani menghukum Confucius atau Mencius, karena sang raja takut
kalau di sejarah namanya ditulis bahwa dia adalah raja yang menghukum Confucius
atau Mencius.Maka dapat dikatakan bahwa Confucius atau Mencius adalah raja tanpa
mahkota. Han Yu seorang intelektual yang terkenal pada jaman Tang dynasti
mengatakan bahwa kepandaian Confucius “diturunkan”kepada Mencius, meskipun
beliau dilahirkan beberapa generasi sesudah
Confucius. Meng Ke, nama asli dari
Mencius dilahirkan pada tahun 372 Sebelum Masehi, adalah turunan dari keluarga
ternama dari kerajaan Lu. Karena penghidupan yang miskin keluarga Meng
pindah ke kerajaan Zou. Seperti Confucius ayah Mencius meninggal dunia sewaktu
beliau baru berumur tiga tahun. Ibu Meng Ke dan anaknya semula tinggal
dipinggiran gunung, tidak jauh dari kuburan. Meng kecil se-hari-hari bermain
main dengan teman-temannya seperti mengadakan upacara penguburan jenazah. Ibu
Meng-Ke, berfikir kalau kita tidak pinda rumah, maka anakku ini kelak hanya bisa
mengurus upacara penguburan orang. Mereka pindah
rumah kekota dan letaknya tidak jauh dari pasar. Meng kecil melihat se-hari-hari
orang berjualan dipasar. Disini Meng-ke bermain- main dengan teman–temannya
seperti orang dagang sambil menjerit-jerit untuk menjual barangnya dan
teman-teman kecilnya pembeli barang apa yang dijualnya. Ibu Meng-Ke sekali
lagi mengajak anaknya pindah rumah, beliau mengatakan pada Meng-ke :” kalau kita
tidak pindah kelak kau hanya tahu menjual babi.” Ini kali
ibunya mencari rumah dengan teliti dan menyewah rumah dekat dari sekolahan.
Mengetahui bahwa anaknya sekarang sering mengatakan tentang Confucius, ibunya
baru merasa puas atas lokasi rumah yang beliau sewah itu. Untuk ongkos hidup ibu
Mencius menenun kain sutra. Disini Mengke mulai belajar dengan giat dan banyak
membaca buku dari Confucius. Namun tidak
lama kemudian Meng-Ke mulai malas belajar dan sering ribut dengan ibunya.
Meng-Ke mengatakan pada ibunya bahwa belajar sangat membosankan. Dengar anaknya
berkata demikian ibunya mengambil gunting dan didepan anaknya kain sutra yang
setengah ditenun itu diguntingnya. Meng-Ke kaget melihat ini, karena hasil dari
penenunan ibunya adalah penghidupan mereka. Meng-ke akan menghalangi tindakan
ibunya namun kain itu telah digunting menjadi dua. Ibunya dengan sedih tetapi
dengan mengeraskan hatinya berkata:”kau belajar hanya setengah-tengah, seperti
guntingan kain sutra ini, achirnya sama saja tidak berguna.” Meng Ke
menangis berkata pada ibunya:”ibu, aku menerima kebijaksanaan ibu, selanjutnya
aku akan memperhatikan pelajaran dengan baik, dan aku tidak akan mengecewakan
Anda.” Sedari itu Meng Ke belajar dengan giat dan waktu beliau dewasa, Meng Ke
pergi ke kerajaan Lu ditempat mana Confucius mempelajari murid muridnya.
Dan disini beliau menjadi murid dari
muridnya Zi Si, cucunya Confucius. Di Tiongkok kebijaksanaan ibu Meng Zhi
menjadi teladan dari kebesaran ibu yang untuk mendidik anaknya berani
mengorbankan segala dan tidak segan segan pindah rumah sampai tiga
kali. Mengapa karangan mengenai
ibu begitu disukai oleh pengarang Tionghoa kuno ? Aku kira ini disebabkan
karen kecintaan ibu pada anaknya tidak ada batasnya, bahkan berkelebihan dari
kemampuannya. Disampingnya itu juga karena ayah berhubungan erat dengan
masyarakat disekitarnya, sehingga kebijaksanaan ayah orang luar dapat
mengenalnya dari tingkah lakunya diluar. Kebijaksanaan ibu hanya dikenal dalam
keluarga saja dan untuk mengenalkan kebijaksanaan dan kecintaan ibunya tidak ada
lain jalan adalah menulisnya dalam esay. Dr. Han Hwie-Song
Breda, 30 April 2005 The
Netherlands .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links
|
Title: Menulis tentang ibu