Irawan-heng,

Terakhir saya ke Semarang waktu ada perayaan Ma-cou Thian Siang Seng 
Bouw di pantai Marina itu. Waktu itu kami sempat berkeliling 
kelenteng-kelenteng, sampai ke Gunung Kalong, Ungaran segala. Secara 
umum, saya mengagumi kelenteng-kelenteng di Semarang, utamanya Tong 
Phek Bio di Gang Pinggir yang, walaupun kecil, terawat sangat baik, 
bersih dan indah. Apalagi Kelenteng See Hoo Kiong di Lengkong Se'ong 
(Sebandaran I) yang lagi punya hajat. Saya rasakan sangat berbeda 
dengan kelenteng-kelenteng di Jakarta yang terkesan kotor, mesum dan 
kurang terawat.

Namun, ada satu hal yang membuat saya "heran tak habis mengerti". 
Dalam rangka menyambut Perayaan Kedatangan Kongcou Sam Po Tay Djin 
The Hoo (San Bao Daren Zheng He) Agustus nanti, maka kota Semarang 
sudah berbenah menyambut perayaan yang akan diadakan besar-besaran 
itu. Akan tetapi, waktu kami ke Tay Kak Sie, nyata benar bedanya 
antara Tay Kak Sie dan Kong Tek Soe di sebelahnya. Tay Kak Sie begitu 
terawat dengan atap Buntut Walet dihiasi Liong yang megah (saya 
sempat membuat fotonya), kali sepanjang halaman depan kelenteng Gang 
Lombok diberi lan-kan marmer yang sengaja didatangkan dari Tiongkok, 
sebuah hio-louw marmer ditambahkan di depannya, tetapi Kong Tek Soe 
seolah dibiarkan merana!!!

Saya minta izin untuk masuk ke dalam Kong Tek Soe, termasuk sayap 
kiri dan kanannya yang dipakai oleh Tjie Lam Tjay dan (dahulu) Kong 
Tong (Kong Koan). Yang menjaga kebetulan seorang "cek" tua dengan 
cucu perempuannya mengizinkan. Sungguh saya terkagum-kagum melihat 
konstruksinya yang begitu impressive, ukirannya yang begitu indah, 
namun sayang warnanya pudar karena lama tidak dicat ulang sehingga 
keindahannya tidak terpancar!  

Mengapa Kong Tek Soe dibiarkan merana, tidak seperti Tay Kak Sie? 
Apakah karena statusnya hanya "Rumah Abu," sehingga pengurus pun 
seakan tidak peduli? Saya tidak tahu jawabannya. Sayang sekali, salah 
satu heritage Semarang---yang bernilai begitu tinggi dari segi 
arsitektur bukan hanya bagi komunitas Tionghoa Semarang, tetapi juga 
bagi kota Semarang secara keseluruhan---ditelantarkan begitu saja... 
Adakah yang peduli, utamanya dari pihak Komunitas Tionghoa Semarang 
sendiri?

Kiongtjhioe,
DK
 
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Semarang, 02-06-2005.
> 
> Salam,
> 
> Menurut penuturan orang tua, di Tay Kak Sie dahulu
> memang ditinggali oleh bhiksu sampai dengan bhiksu
> terakhir meninggal dunia ( tahunnya lupa )sampai
> dengan sekarang ini sudah tidak ada lagi bhiksu yang
> menetap di sana.
> Ruang sembahyang sekarang ini dahulu ada yang pernah
> dijadikan tempat abu para bhiksu, yang sekarang ini
> dipindah ke Kong Tik Sioe sayap kiri.
> 
> Ngomong-ngomong, siapa yang sering ke Semarang ? kita
> kontak untuk tukar pengalaman ya ! Trims.
> 
> Salam.
> 
> 
> 
>               
> ___________________________________________________________ 
> How much free photo storage do you get? Store your holiday 
> snaps for FREE with Yahoo! Photos http://uk.photos.yahoo.com





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke