----Original Message Follows---- From: "i.bramijn" <[EMAIL PROTECTED]> To: <Undisclosed-Recipient:;> Subject: Kolom IBRAHIM ISA-- REHABILITASI DULU BUNG KARNO KALAU HENDAK SUKSESKAN K.K.R. --.doc Date: Fri, 17 Jun 2005 19:41:51 +0200
Kolom IBRAHIM ISA ----------------- 17 Juni 2005 REHABILITASI DULU BUNG KARNO ! -- KALAU MAU SUKSESKAN K.K.R. Belakangan ini agak hangat lagi diskusi di media, sekitar REHABILITASI BUNG KARNO. Suatu diskusi yang hakikatnya mengenai merehabilitasi nama baik dan hak-hak kewaganegaraan serta hak-hak sipil dan politik Bung Karno. Pemicu dasar dari hangatnya kembali diskusi mengenai rehabilitasi Bung Karno ialah tersiarnya berita mengenai diterimakannya oleh Megawati Sukarnoputri, penghargaan tertinggi dari Afrika Selatan untuk Bung Karno. Penghargaan tertinggi itu berupa: " The Supreme Order of Companions Oliver R. Tambo", "Bintang Kehormatan Kelas Satu Oliver R. Tambo". Menunjuk pada arti penting peristiwa tsb Presiden Afrika Selatan Tambo Mbeki menyatakan bahwa "Penghargaan Oliver R. Tambo" sangat tepat bagi sosok Bung Karno, yang memperjuangkan rakyat Indonesia bebas dari penindasan. "Spirit Bung Karno yang tidak henti-hentinya melawan kolonialisme, menjadi inspirasi perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam menghapuskan politik apartheid," ujar Tabo Mbeki. Salah satu alasan Pemerintah Afrika Selatan menyampaikan Bintang Kehormatan Kelas Satu Oliver R. Tambo kepada mendiang Bung Karno adalah perjuangannya melawan penjajahan yang banyak memberi inspirasi perjuangan rakyat Afrika Selatan dan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk bangkit dari keterpurukan. (Gatra.Com, 27 April '05). Peneliti senior LIPI, Dr Aswi Warman Adam, pengamat Indonesia Waruno Mahdi dan belakangan Guruh Sukarnoputra turut memberikan sumbangannya dalam tukar fikiran ini. Juga Megawati Sukarnoputri memberikan pendapatnya mengenai arti penting Bung Karno bagi bangsa Indonesia. Ini diucapkannya ketika beliau berkunjung ke Afrika Selatan. Bagi penulis, kata-kata yang diucapkan Megawati di Afrika Selatan, mengenai Bung Karno dan prananannya, sesungguhnya lebih baik diucapkannya dengan lantang dan keras-keras di . . . Indonesia. Sepanjang ingatan penulis, ini untuk pertama kalinya bisa dibaca (dalam pers) fikiran Megawati yang agak panjang-lebar mengenai Bung Karno. Bukankah selama ini, apalagi ketika justru duduk ditampuk kekuasaan negara yang paling tinggi, --- Megawati diam saja mengenai 'kasus' Bung Karno. D i a m, betul-betul diam saja. Sehingga tak terhindarkan menimbulkan kesan kuat sekali, bahwa, ketika berkuasa sebagai kepala pemerintah dan kepala negara yang punya hak prerogatif untuk merahabilitasi Bung Karno, Megawati malah menarik jarak secara politik maupun ideologis dari tokoh Bung Karno. Peneliti Senior LIPI, sejarawan Dr Aswi Warman Adam, dalam uraiannya baru-baru ini mengajukan bahwa "rehabilitasi nama Soekarno masih sangat mungkin dilakukan selama ada kemauan politik dari pemerintah (huruf tebal dari Penulis I.I.). Salah satu bentuk konkret rehabilitasi itu adalah tindakan pemerintah untuk mencabut larangan yang dikeluarkan oleh Komkamtib pada tahun 1970, terkait dengan hari lahir Pancasila. Pemerintah harus secara eksplisit mengatakan bahwa tanggal 1 Juni adalah peringatan hari lahir Pancasila. Ini salah satu bagian rehabilitasi nama Soekarno." Sedangkan pengamat Indonesia Waruno Mahdi, mengemukakan bahwa "ada satu hal lagi, yang bahkan mungkin lebih mudah dilakukan, dengan konsekuensi yang moganya bahkan lebih efektif: Di Perpustakaan Nasional di Jakarta, karya-karya Bung Karno masih disimpan dalam satu kamar tertentu di tingkat atas, yang pintunya ditutup dengan kunci gantung, untuk boleh masuk atau membaca buku itu perlu minta izin khusus. Bagaimana kalau pembaca normal mendapat kesempatan bebas untuk membaca karya- karya Bung Karno tanpa harus minta izin terlebih dahulu?" Guruh Sukarnoputra, Ketua Yayasan Bung Karno (YBK), dalam rangka kampanye untuk merehabilitasi nama-baik Bung Karno sebagai pemimpin bangsa, menyatakan bahwa telah dipublikasikan sebuah buku riwayat Bung Karno dalam ceritera bergambar yang ditujukan pada anak-anak. Selain itu juga menerbitkan kembali kumpulan tulisan-tulisan politik klasik Bung Karno , berjudul DI BAWAH BENDRA REBVOLUSI dan BUNG KARNO SANG ARSITEK. * * * Siapapun tak mungkin melupakan bahwa Bung Karno, mantan Presiden Republik Indonesia, sesudah beliau disingkirkan lewat 'kup-merangkak' Jendral Suharto, telah meninggal dunia dalam keadaan sebagai tertuduh terlibat dalam kasus G30S. Status beliau (sampai sekarang) resminya masih sebagai tahanan rumah Jendral Suharto. Baik selama beliau ditahan apalagi selama periode rezim Orba, nama-baik Bung Karno telah dibusukkan dan dijijikkan dalam pelbagai kampanye Orba yang terus menerus. Kalau ditrapkan secara harafiah, menurut kata-kata yang tertera dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Jendral Amir Mahmud, No. 32 Tahun 1981, maka Megawati Sukarnoputri sebagai anak kandung mantan Presiden Sukarno yang dituduh terlibat G30S itu, jelas tergolong warganegra yang "tak bersih lingkungan". Ajaib seribukali aneh, tokh Megawati Sukarnoputri sempat menjadi Wapres, kemudian menjabat kedudukan Presiden Ke-5 Republik Indonesia. 'Anak mantan tapol' menjabat kedudukan tertinggi negara. Bapak kandungnya masih tergolong "tak bersih lingkungan". Alangkah sulit dan rumitnya memahami logika politik penguasa dan masyarakat kita? Menurut ketentuan kekuasaan negara, orang yang tergolong "tak bersih lingkungan" jadi lurahpun tak boleh! Itulah sebabnya, maka kiranya pada tempatnya untuk mempertanyakan lagi, suatu hal yang teramat penting. Untuk melakukan penggalian sampai ke akar dasar, ke ulu hati nurani dan logika politik elementer masyarakat kita. Teristimewa pada para politisi dan elite yang duduk dalam pemerintahan, badan-badan legeslatif ataupun lembaga yudikatif, -- serta seluruh cendekiawan kita. Betapapaun masaalah ini harus dipertanyakan dengan tak henti-hentinya sampai ditemukan jawaban yang sesuai dan benar. Karena, masalahnya, bukan saja menyangkut masalah formal dan hukum semata, tetapi erat sangkut-pautnya dengan masalah keadilan, masalah hati nurani bangsa, dengan masalah kearifan atau mentalitas. Apakah memang benar bahwa mentalitas k e m u n a f i kan yang bersemayam dalam pemikiran masyarakat kita? Bisa diperkirakan akan tidak mudah untuk menemukan jawaban yang jujur, terus terang dan benar. Pertanyaan pertama, yang penulis hendak ajukan adalah: Apa sebabnya <di satu fihak>, sudah sejak periode Orba, di Jalan Pengangsaan Timur 56, lokasi dimana hampir 60 tahun yang lalu diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, di halaman muka alamat tsb, tegak berdiri dengan megahnya dua sosok patung dalam ukuran beberapa kali lipat lebih besar dari ukuran manusia biasa, patung Sukarno dan Moh. Hatta. Hal mana menunjukkan penghormatan dan penghargaan tertinggi bangsa ini kepada kedua tokoh pimpinan nasional Indonesia itu. Selain itu, setiap orang yang mendarat di lapangan terbang internasional Jakarta, akan menyaksikan, bahwa nama lapangan terbang internasional Jakarta, adalah "BANDARA INTERNASIONAL SUKARNO-HATTA". Lagi-lagi menunjukkan suatu penghormatan tinggi nasion ini kepada kedua tokoh nasional, Sukarno dan Moh Hatta. Padahal, di lain fihak, mengenai tokoh proklamator pertama, yang utama, yaitu Bung Karno, ketika beliau meninggal dunia, masih berstatus sebagai pesakitan? Status yang ditentukan oleh penguasa ketika itu. Bagaimana sikap penguasa dewasa ini? Penguasa kini masih belum mengubah status pesakitan yang ditimpakan kepada Bung Karno. Pertanyaan kedua: Apa keterangannya bahwa, di satu fihak, dua tahun yang lalu dengan besar-besaran seluruh negeri memperingati peristiwa yang dianggap teramat penting, yaitu peringatan "SEABAD BUNG KARNO". Sampai-sampai masyarakat Indonesia di luarnegeri, dalam hal ini masyarakat Indonesia di Belanda dengan bekerjasama dengan KBRI Den Haag, turut memperingatinya. Bahwa Gedung Pegangsaan Timur 56, selama berhari-hari menjadi tempat pameran kegiatan hidup Bung Karno sebagai pejuang kemerdekaan, proklamator Republik Indonesia, dan sebagai pemimpin bangsa yang dihormati. Entah berapa ratus ribu bahkan berapa juta warga kita yang mengunjungi pameran riwayat hidup Bung Karno tsb. Pergilah ke Blitar. Kunjungilah makam Bung Karno, akan anda saksikan, entah berapa ratus ribu, berapa juta orang Indonesia yang berziarah ke situ. Termasuk mantan Presiden Abdurrahman Wahid, mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, dan banyak tokoh-tokoh nasional lainnya yang telah berziarah ke makam Bung Karno. Namun, di lain fihak, mengenai status resmi tokoh Bung Karno, masih belum ada perubahan, yaitu tetap adalah seorang warganegara yang tertuduh terlibat atau bahkan dalang G30S, dan sebagai pesakitan. Ingatkah pembaca bahwa, bebrapa waktu yang lalu ramai dibicarakan suatu ide yang 'anéh', yang dilontarkan oleh para elite politik. Anéh, karena mengusulkan agar dosa-dosa dan kesalahan mantan Presiden Suharto 'dimaafkan'. Agar beliau diberi "amnesty" oleh presiden yang sekarang, SBY. Alasan yang dikemukakan ialah, bahwa bila ditimbang-timbang antara dosa-dosa dan kesalahannya dengan 'jasa-jasanya', maka 'jasanya' lebih banyak, ketimbang 'dosa-dosanya'. Dikatakan anéh, karena belum lagi ada suatu lembaga hukum yang menjelaskan apa dosa-dosa dan kesalahannya itu, apa hukumannya, --- kok, sudah ada fikiran hendak memaafkan dan memberikannya amnesty. Dua masaalah ini, masalah rehabilitasi Bung Karno, yang menyangkut langsung masalah PELURUSAN SEJARAH,-- dengan ide para elite politik untuk "memberikan maaf" bahkan "memberi amensty" kepada mantan presiden Suharto, --- tampaknya tidak ada hubungan apa-apa. Tetapi tidak mustahil bahwa sesungguhnya kedua masalah tsb sangat erat kaitannya. Bagi penulis, tidak ada suatu penghinaan yang lebih besar terhadap kemampuan berfikir, rasa keadilan dan hati nurani, selain, ketika pada saat masalah rehabilitasi Bung Karno belum tampak mencapai suatu titik akhir yang seharusnya, muncul ide-ide absurd untuk memaafkan atau memberikan amnesty pada mantan Presiden Jendral Suharto dan para pelaku pelanggaran HAM lainnya dari rezim Orba. Fikiran-fikiran yang mengajukan agar Suharto diberikan amnesty oleh presiden dewasa ini, dan dimaafkan oleh seluruh bangsa, ---- atau itu bertolak dari angan-angan bahwa mayarakat, khususnya para korban Orba, sudah demikian dungu dan linglungnya, lalu akan menyetujui "prakarsa" tsb. Bisa juga dengan fikiran sebagai suatu usaha untuk memper-'dagangsapi'-kan kasus Sukarno dengan kasus Suharto. Fikiran pokok yang menjelujurinya ialah sbb: Ya, 'bolehlah Bung Karno direhalitasi, tapi imbalannya, --- Suharto harus dimaafkan dan diberi amnesty"--. * * * Salah satu alasan Pemerintah Afrika Selatan menyampaikan Bintang Kehormatan Kelas Satu Oliver R. Tambo kepada mendiang Bung Karno adalah perjuangannya melawan penjajahan banyak memberi inspirasi perjuangan rakyat Afrika Selatan dan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk bangkit dari keterpurukan. (Gatra.Com, 27 April '05). Bung Karno, Sukarnoisme, pertama-tama adalah inspirator bangsa Indonesia sendiri dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah air. Sejak masa mahasiswanya Bung Karno tidak henti-hentinya menginspirasi dan mendidik bangsa untuk bangkit sebagai suatu bangsa yang bebas mandiri, berdiri sederajat dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya di dunia ini. Bung Karno tidak saja kampiun perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme, tetapi juga kampiun persatuan bangsa. Ajaran Bung Karno mengenai persatuan antara penganut dan pengikut Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme adalah pilar-pilar Sukarnoisme yang telah membawa bangsa dan tanah air kita ke era kemerdekaan nasional. Seperti terucapkan oleh Presiden Tabo Mbeki, Bung Karno sebagai inspirator perjuangan kemerdekaan, telah melampaui batas-batas nasional. Tidak sedikit bangsa-bangsa terutama di Asia dan Afrika yang mengenal tokoh Bung Karno sebagai inspirator perjuangan pembebasan. Bung Karno bukan saja tokoh nasional tetapi seorang tokoh internasional. Ini jelas dari seruan beliau mendukung dan memajukan lahirnya "The New Emerging Forces". Seruan Bung Karno, GO TO HELL WITH YOUR AID, adalah seruan yang bergema di mancanegara, mendengungkan keberanian dan kepahlawanan rakyat berjuang melawan hegemoni negara-negara kaya yang imperialistis. Tetapi kaum imperialis dan kalangan tertentu konservatif dengan sengaja memelintir seruan Bung Karno ini sebagai suatu sikap yang menolak bantuan asing. Mengenai pembangunan ekonomi nasional konsep Bung Karno ialah agar dalam pembangunan ekonomi nasional, Indonesia berorientasi dan bersandar pertama-tama pada kekuatan bangsa dan tanah air sendiri. Sedangkan faktor asing, bantuan luar, dalam bentuk modal dll, harus diperlakukan sebagai faktor suplementer. Agar tidak menjadikan pinjaman dan bantuan luar negeri, penamanan modal asing, dll dari luar, sebagai sandaran dan faktor utama dalam pembangunan ekonomi nasional, seperti berlangsung selama era Orba dan masih diteruskan sampai sekarang. Sudahlah tiba waktunya, meskipun sudah amat terlambat, bangsa kita -- apapun keyakinan politik dan religinya, dalam hal ini, pertama-tama pemerintah Indonesia dewasa ini menyadari bahwa sudah mendesak sekali untuk MEREHABILITASI NAMA BAIK DAN HAK-HAK POLITIK dan KEWARGANEGARAAN BUNG KARNO. Sesuatu yang seharusya dilakukan begitu Suharto turun panggung. Usaha besar untuk membina dan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa, dengan jalan mengadakan pelurusan sejarah, mencari kebenaran, mengusahakn rekonsiliasi nasional,--- akan mencapai hasil, bila, dengan pertama-tama merehabilitasi nama-baik, hak-hak kewarganegaraan dan hak-hak politik Bung Karno sebagai bapak dan pembina serta pejuang kemerdekaan bangsa. Karena, ditumbangkannya Presiden Sukarno, dirusak dan dihitamkannya Bung Karno dan Sukarnoisme, -- adalah pemula dari bencana yang diderita bangsa Indonesia selama periode rezim Orba hingga kini. *** ============================================ .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/