Sobron Aidit :





O B R O L A N   M A L A M
( Dipanggil Bang Amat )

Melalui pesan seseorang yang kami kenal dan percayai - saya diminta buat 
datang ke Kramat Raya no 81 menemui Bang Amat. Ada terasa dag-dig-dug di 
hati - ada apa lagi ini! Biasanya kalau dia memanggil ingin bertemu - pasti 
ada apa-apa yang negative. Entah marahlah - entah ngomellah - entah 
mengkritik pedaslah - pokoknya saya harus siap mental menerima segala yang 
akan tiba!

Siang menjelang sore - saya datang ke Kramat Raya - kantor puat PKI yang 
ketika itu cukup megah. Saya menunggu di kamar di mana dia akan 
"meng-apa-apakan saya dengan omelan". Dia masih sibuk menerima tamu dan 
mungkin juga diskusi.
Begitu dia masuk ke kamar yang saya sedang menunggu dia - langsung dia 
memeluk saya - dan erat sekali. Dan saya sangat heran. Nggak ada terpikir 
akan begini - lah kok hangat amat - di luar dugaan - di luar penalaran. Saya 
jadi bingung dan melongo lama.....bengong..........

"Aku gembira sekali kau bisa kerja yang kecil-kecil. Katanya kau memikul 
beras dari Pasar Rumput - pernah memikul onggokan bambu buat dibawa ke 
rumahmu. Menenteng jinjingan belanjaan - ikan asin - tempe - asamjawa - cabe 
dan banyak bumbu dapur sehari-hari",- demikian kata pembukaannya. Dan saya 
belum sempat mengerti - belum memahami apa maksudnya. Semua ini yang saya 
tahu - pernah saya dilihat oleh teman-temannya. Bahkan  - orang-orang Kramat 
( maksudnya orang-orang Kantor Kramat Raya no 81 ). Bahkan ketika itu ada 
seorang pengawalnya yang mencegat saya dan menyalami saya dengan ramahnya 
dan mau membantu saya membawakan barang-barang yang saya pikul dan jinjing. 
Mungkin karena laporan semua itulah maka Bang Amat jadi tahu apa yang saya 
kerjakan selama ini.

"Bagus - bagus itu. Tidak boleh hanya tahu kerja-tekun di kamar saja - di 
ruangan saja. Tidak boleh hanya tahu jadi kutu-buku saja - membaca - menulis 
- tapi kosong kerja-badan - tidak bisa kerja-keras dan tidak bisa 
kerja-kasar. Jadi orang harus serba-bisa - berani kerja-tekun - 
kerja-teliti, tetapi juga harus berani kerja-lapangan - kerja di 
tempat-tempat yang kotor - berani kerja di medan mana saja!
Begitu kita harus jadi orang!
Apa kamu masih mengarang dan menulis di mana-mana?".
" Ya, masih dan terus",- kata saya.
"Tapi jangan hanya sajak kecil - sajak pendek - cerita pendek saja! Harus 
bikin novel dan roman besar! Pangarang Indonesia harus bikin epos besar - 
seperti Mahabarata itu - seperti Perang Besar zaman itu - dan belum ada epos 
Indonesia! Kalian harus mulai - seperti Baratayudha begitu!",-

Dalam hati saya - mak gila harapan dan permintaannya ini! Saya ketika itu 
baru bikin novellette saja dan belum bikin novel dan roman. Kata saya dalam 
hati - sudahlah - yang dia sebutkan itu bagian Pramoedya-lah itu! Yang 
besar-besar dan yang monumental - bagian Pram-lah itu. Bagian saya yang 
kecil-kecillah.......
Dan sesudah dia memeluk erat saya dengan kehangatan yang tak terpikirkan 
pada saya - nah yang bagian ini adalah bagian kritik dan omelannya.- Dalam 
hati - mendinganlah daripada semua bagian terdiri dari omelan - kritik dan 
kemarahan!

Harapannya dan kepercayaan kepada saya, sungguh sangat besar - tetapi 
kekuatan dan kemampuan saya sangat terbatas. Dia selalu mendorong saya - dia 
sangat bersikap keras kepada saya.Tetapi saya tahu - dia sangat sayang 
kepada saya.

Ketika itu saya baru berkeluarga - dan baru pindah ke Tebet. Sebuah rumah 
kontrakan yang setengahnya dari tanah dan setengahnya dari ubin. Lalu 
setengah gedek - setengah tembok. Dan kami betapa senang dan gembiranya - 
suatu waktu dia datang ke rumah kami di Tebet - gang becek yang samasekli 
tidak diaspal - tersuruk jauh di ujung kampung. Tetapi...nah ini dia - 
sebuah mobil yang bernomor B 13 mobil menteri mangkal di depan rumah kami 
yang kampungan itu. Riwayat mobil itu saya tahu benar. Dulunya mobilnya 
bernomor 15. Tetapi Pak Idham Chalid yang Ketua Umum NU itu punya mobil yang 
bernomor 13,- Lalu Pak Idham minta dan mengharap Bang Amat mau bertukar agar 
Bang Amat memakai nomor 13 dan Pak Idham nomor 15. Bang Amat tak keberatan. 
Mungkin Pak Idham tidak mau yang bernomor 13 sebab bisa celaka 13!

Sejak itulah Bang Amat menggunakan mobil menteri bernomor 13 yang 
mula-mulanya bernomor 15. Untung tak dapat diraih - malang tak dapat 
ditolak, kata orang dulu-dulu....Baru dua tiga hari Pak Idham menggunakan 
nomor 15 itu, terjadi tabrakan. Dan untung ketika itu Pak Idham-nya sendiri 
tidak berada dalam mobil itu. Tetapi sopirnya sedikit luka-luka. Dan Bang 
Amat dengan nomor 13 yang angka sial itu - sampai kejadian 
peristiwa-gelap-bangsa - tidak apa-apa dan aman-aman saja. Tetapi bahaya 
besar dan bencana besarnya akhirnya menimpa dirinya juga - kami sekeluarga 
besarnya juga. Pada suatu kesempatan lain - semoga akan saya ceritakan lagi 
pengalaman kami berdua ini!

-----------------------------------------------------

Paris,-  22 Juni 05,-






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke