perbedaan atas etnis keturunan chinesse dng yg bukan
terkadang memang kelihatan jelas.....dan itu jadi
rahasia umum.......
dalam hal ini, siapa yg harus disalahkan?....warga
keturunan kah??...atau warga "pribumi"?....kalo
menurut aku, semuanya harus kembali pada pribadi
masing2, tp bagaimana cara untuk menyadarkan mereka
(segelintir org yg membuat perbedaan itu)....????
terus terang aja, aku bukan warga keturunan langsung,
walaupun sebagian org mengira kami sekelurga seperti
warga keturunan  (mungkin ada sedikit ...:)..)
tp kakak saya menikah dng warga keturunan, dan dari
dia, saya bisa tau dng jelas, bahwa "perbedaan" itu
ada

--- HKSIS <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>      
>
http://kompas.com/kompas-cetak/0507/28/daerah/1933012.htm
>       Kamis, 28 Juli 2005  
>      
>      
>      
> 
>       Pendidikan Multikultur untuk Reduksi Potensi 
> 
> 
>       Pontianak, Kompas - Pendidikan multikultur
> patut diimplementasikan untuk mereduksi potensi
> konflik di Kalimantan Barat. Berbagai konflik di
> Kalbar sering mengatasnamakan etnis, sehingga
> masyarakat harus diperkenalkan pada bermacam kultur,
> agar saling memahami.
> 
>       Demikian rangkuman pertemuan Sosialisasi
> Pendidikan Multikultur 2005, Rabu (27/7) di Hotel
> Santika, Pontianak. Acara dibuka Deputi Sejarah dan
> Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
> Hari Oentoro dan dihadiri Wakil Gubernur Kalbar LH
> Kadir.
> 
>       Selain Pontianak, dua kota lain yang dipilih
> untuk memasyarakatkan pendidikan multikultur adalah
> Palu dan Mataram. Pemilihan ini didasarkan pada
> sejarah konflik suatu daerah.
> 
>       Menurut Hari, masyarakat juga perlu dikenalkan
> pada manajemen konflik, sehingga ketika terjadi
> konflik, ada kanal-kanal untuk meredakan ketegangan.
> 
>       Hari berharap, pendidikan multikultur dapat
> mengurangi dominasi kelompok etnis tertentu,
> sekaligus mengurangi ketakutan kelompok etnis lain.
> 
>       Sedang LH Kadir menyatakan prihatin karena
> dengan terpilih sebagai tempat sosialisasi berarti
> ada kelemahan Kalbar. Dia mengakui, adakalanya
> solidaritas intraetnis di Kalbar keterlaluan.
> 
>       Dia menyayangkan lambannya hukum positif dalam
> meredam riak konflik, sehingga kadang telanjur
> membesar sampai di luar nalar. Seharusnya,
> tambahnya, jeda waktu penerapan hukum positif, dapat
> diisi dengan hukum adat, karena masing-masing adat
> mengatur pelanggaran-pelanggaran pemicu konflik yang
> kadang-kadang sepele.
> 
>       Salah seorang narasumber, William Chang,
> mengatakan, Yang utama, konflik adalah sesuatu yang
> kekal. Persoalannya, bagaimana cara memanajemen
> konflik itu. Salah satunya, tentu dengan
> menghilangkan penggeneralisiran, seolah-olah terjadi
> pertikaian antaretnis. (ryo)
>      
> 



                
____________________________________________________
Start your day with Yahoo! - make it your home page 
http://www.yahoo.com/r/hs 
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to