Ya, betul kata "perfek" bukan kata yang berasal dari kata Indonesia sama halnya dengan kata "sori" dalam  kalimat anda dalam tanggapan anda yang sekarang. Kata itu juga bukan dari bahasa Indonesia bukan?. Dan  kalau mau ditulis dengan bahasa Inggris yang betul tentu ia harus ditulis dengan "sorry" yang ditulis dengan rr dan y . tapi anda menulisnya dengan sori.  Sayapun menulis kata yang jadi perhatian anda itu dengan "perfek" dan bukannya "perfect" seperti yang seharusnya menurut anda. Jadinya saya dan anda sama-sama-sama memilih penyederhanaan dalam menggunakan kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pengucapan Indonesianya. Hal yang  sama kita lakukan itu tidak hanya terjadi dalam bahasa Indonesia saja tapi banyak terjadi pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. Bahasa itu kadang-kadang luwes dan juga memberikan toleransi tertrentu. Gejala demikian dalam ilmu perbahasaan atau linguistik disebut sebagai gejala alternatif. Artinya orang bisa memilih yang ini atau yang itu selama  belum ada ketentuan dari komisi istilah atau pendapat umum yang luas . Gejala alternatif itu jadi tidak berlaku bila sudah ada ketentuan harus menggunakan yang satu dan tidak lagi  boleh memilih yang lain meskipun sama arti. Umpamanya dalam bahasa Belanda kata "bureau" (pinjaman dari bahasa Perancis) pernah ditulis dengan "buro" untuk penyederhanaan dan hal itu masih saya alamai ditahun delapan puluhan ketika saya mulai belajar bahasa Belanda dan di sekolah bahkan di koran-koran atau majalah setiap orang boleh menuliskannya dengan "bureau" atau "buro" dua-duanya tidak salah. Tapi sekarang tidak lagi boleh ditulis dengan "buro" tapi sudah harus "bureau" karena sudah ada ketentuan begitu, jadi toleranssi alternatif suduh tidak berlaku. Nama anda umpamanya, ditulis dengan Rudy  yang nama itu berasal dari nama Belanda Ruud yang pengecilannya atau panggilan akrabnya menjadi Rudy. Tapi tidak sedikit orang Indonesia yang bernama demikian tapi menuliskannya dengan Rudi . Itu juga termasuk gejala alternatif yang setiap orang bisa memilih  cara menuliskan namanya sendiri menurut keinginannya dan kita tidak bisa protes mengapa umpamanya tidak ditulus dengan Rudy seperti cara anda menuliskan nama anda. Demikian pula yang terjadi dengan nama belakang saya yang Aidit. Nama itu bukan dari nama Indonesia asli tapi dari nama Arab karena latar belakang keluarga saya yang Islam. Dalam bahasa Arab nama itu ditulis dengan Aidid (ditulis dengan huruf d pada huruf terahir). Tapi kami lalu merubahnya dengan huruf t dari d yang terahir ( Hingga tahun lima puluhan ayah kami tetap menuliskan namanya dengan Aidid sesuai dengan ejaan Arab aslinya tapi juga lalu merubahnya menjadi Aidit. dan hingga sekarang belum ada orang Arab manapun yang hidup di Indonesia yang memprotes atau mengoreksi nama Arab yang sudah kami tukangi sendiri itu. Nama manusia bukankah juga sebuah gejala bahasa?. Terima kasih atas perhatian dan catatan anda dan semoga penjelasan saya ini bisa memuaskan anda. Tapi saya juga punya sedikit catatan untuk anda. Anda bilang anda belum membaca hingga habis tulisan saya. Saya anjurkan sebelum anda mengomentari sebuah tulisan orang lain atau mungkin anda ingin mengajukan pertanyaan, sebaiknya anda menguasai dulu apa yang ditulis orang lain dan membacanya hingga habis karena kalau anda tidak menguasai tema yang dibicarakan atau anda tidak sampai habis membaca tulisan yang anda komentari anda bisa terjerembab sendiri dengan  komentar dan pertanyaan anda yang bermaksud merubuhkan tulisan orang lain. Ingatlah selalu, dengan komentar pendek atau timbrungan liar tanpa menguasai apa yang akan disasar, orang tidak mungkin meruntuhkan tulisan yang manapun yang dibuat orang lain secara serius dan bermaksud baik. Lalu jangan cepat terkejut sebelum menguasai masaalah.
Take you easy baby!
asahan.aa
 
----- Original Message -----
From: Rudy
Sent: Monday, August 15, 2005 6:29 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik

Sori,, saya belum baca sampai habis, tapi melihat judul ‘Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik’  , saya sedikit kaget juga melihat kalimat pertamanya ‘Tiada manusa yang perfek atau sempurna’ ..

Setahu saya, kata ‘perfek’ bukanlah Bahasa Indonesia, dan kalaupun mau pakai Bahasa Inggris, seharusnya adalah ‘perfect’.

 

 

 

rudy

 

-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of BISAI
Sent: 13 Agustus 2005 4:42
To: BUDAYA TIONGHUA; WAHANA
Subject: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik

 

 

 

        ASAHAN ALHAM AIDIT:

 

 

                                                          Biasakan dan berusahalah

                                                               berbahasa yang baik 

 

 

         

   Tidak ada manusia yang perfek atau sempurna. Juga dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi verbal antara sesamanya. Tapi dalam berbahasa manusia juga cenderung menggunakannya dengan baik, bahkan indah sehingga ada jenis bahasa sastra dimana sastrawan biasanya memperagakan kepandaian atau bakatnya dalam menggunakan bahasa dalam menyampaikan pikirannya, pertuturannya, fantasinya dalam sebuah karya sastra. Tapi dalam bahasa sehari-hari, bahasa lisan atau bahasa tulisan yang bukan bahasa sastra, biasanya bukan pada keindahan yang diberi tekanan tapi pada betul atau tidaknya bahasa itu digunakan. Menguasai bahasa diartikan menggunakan bahasa dengan benar, menurut standar bahasa tertentu, menguasai gramatika atau tata bahasanya, fonetikanya, bahkan bila penguasaan itu meningkat lebih jauh lagi juga menguasai semantika,stilistika, morfologi, sintaksis, etimologi dan macam-macam lagi yang kita kenal dalam bidang perbahasaan dan ilmu bahasa. Tapi yang terahir itu tentu saja tidak akan dibicarakan dalam tulisan sekecil ini.

Yang saya maksud berbahasa yang baik disini adalah berbahasa yang benar menurut standar bahasa tertentu yang dalam hal ini adalah dalam bahasa Indonesia. Benar dulu barulah cenderung ke arah menggunakan bahasa yang baik. Benar berarti tidak salah gramatikanya, tepat pengucapannya atau fonetikanya, benar orfografinya atau menuliskannya menurut peraturan bahasa Indonesia dan juga bila mungkin benar aksennya menurut aksen standar bila hal itu telah diakui sebagai aksen bahasa Indonesia  yang standar( untuk sementara tidak atau belum penting untuk Indonesia yang berpenduduk multi etnis yang masing-masing  etnis atau suku bangsa mempunyai bahasa daerahnya masing-masing).Tuntutan atau kebutuhan untuk menggunakan bahasa yang baik tidaklah terlalu tinggi terutama dalam berkomunikasi verbal biasa atau sehari-hari dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kesedaran atau kemauan untuk menggunakan bahasa secara baik dan membiasakan diri untuk berbahasa yang baik adalah teramat penting terutama untuk perkembangan dan mutu bahasa yang kita gunakan. Tanpa kesedaran dan kemauan untuk itu, tidak akan pernah ada keseriusan atau kesungguh-sungguhan berbahasa yang baik dan betul apalagi sampai indah atau mahir.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to