Sinopis
Cerita
PATEKOAN & KAPITEIN GAN DJIE
oleh David Kwa
Gan Djie adalah seorang Kapitein der
Chineezen yang mempunyai riwayat baik dan luar biasa. Ia adalah kapitein der
Chineezen ketiga di Batavia, menggantikan Phoa Beng Gam. Istrinya adalah seorang
perempuan Bali . Perempuan inilah yang kemudian
menggantikan kedudukannya sebagai Kapitein der Chineezen selama 12 tahun setelah
ia wafat.
Gan Djie adalah seorang Tionghoa totok yang berasal dari Ciangciu, sebuah
kota keresidenan di bagian selatan
Propinsi Hokkian. Dalam usianya yang sangat muda ia datang ke Gresik mengikuti
kakak laki-lakinya yang sudah terlebih dahulu datang ke Jawa dan kebetulan
sedang pulang ke Cina dan henda kembali pula ke Jawa.
Di
Gresik ,
Ia membantu kakaknya berdagang hasil
bumi.
Gan Djie seorang yang jujur, ramah,
dan bersemangat tinggi, sehingga disukai banyak orang. Ia rajin sembahyang dan
di beberapa waktu ia juga suka melakukan pang-she ( melepaskan makhluk hidup yang
tengah menderita ) – umumnya burung atau ikan – suatu perbuatan bajik dalam
pandangan agama Budha.
Setelah bermukim lama
di
Gresik ,
ia meminta izin kepada kakaknya untuk
berjualan kelontong berkeliling di desa-desa. Ia biasa masuk ke pelosok-pelosok
desa bersama kulinya seorang Jawa yang membantunya memikul barang dagangannya.
Karena sikapnya yang baik dalam melayani pembeli, dalam waktu singkat ia memperoleh banyak pelanggan. Satu dua
tahun kemudian ia menambah kulinya dan sedikit demi sedikit ia mengumpulkan
modal.
Pada suatu sore, di sebuah desa, ia
menginap di sebuah warung. Di warung itu sebelumnya telah tiba terlebih dulu dua
tiga orang yang sikapnya tidak baik. Mereka juga menginap di warung
tersebut.
Di warung, Gan Djie mendapat sebuah
kamar sebagai tempat tidurnya untuk melepas lelah.
Sorenya, tak kala Gan Djie berjalan-jalan, ia diikuti oleh
seorang gadis, yang bekerja di
warung itu, kerabat isteri pemilik warung. Sang gadis memberi isyarat ia mau
bicara. Dengan suara berbisik-bisik sang gadis memberi tahu, di warung itu
menginap dua tiga orang yang tampaknya bukan orang baik-baik. Didengarnya, salah
seorang di antara mereka menyebut-nyebut diri si pedagang kelontong ketika
mereka mengobrol. Maka sang gadis dengan suara bersungguh-sungguh menyarankan
agar malam ini Gan Djie berjaga-jaga, bahkan kalau perlu tidak
tidur.
Gan Djie merasa sangat berterima
kasih atas nasihat itu. Malam itu ia tidak tidur, ia sengaja memasang pelita
sembari membaca buku, sementara senjatanya siang hap to ( sepasang golok kembar )
diletakkan di sampingnya.
Keesokan harinya, sekembalinya ke
Gresik, ia berangkat lebih siang. Dalam perjalanan ia diikuti oleh orang-orang
yang dijumpainya di warung. Namun mereka tidak dapat turun tangan, sebab Gan
Djie baru melanjutkan perjalanan kalau ada orang lain yang turut
bersamanya.
Gan Djie merasa sangat berutang budi
kepada sang gadis. Beberapa minggu kemudian, sewaktu datang lagi ke warung itu,
ia menyatakan kepada pemilik warung bahwa ia ingin mengambil sang gadis sebagai
istri, untuk membalas budinya.
Demikianlah sang gadis lalu
dinikahinya serta diajak pindah ke Gresik.
Dan atas anjuran istrinya, Gan Djie menghentikan berdagang
keliling dan berjualan saja di ruamh sendiri.
Batavia atas saran dari
kerabatnya.
Beberapa tahun kemudian Gan Djie menjadi saudagar besar di Gresik
. Ia lalu pindah kePindah ke
Batavia – Asal usul nama
Patekoan
Kira-kira pada tahun 1659 Gan Djie
pindah ke Batavia dan tinggal di sebuah rumah di se
sebuah jalan yang sekarang disebut Patekoan. Di Batavia ia berniaga hasil bumi.
Karena sifatnya yang baik dan suka menolong, maka dalam waktu singkat ia menjadi
salah seorang terkemuka di tempat pemungkimannya yang
baru.
Berhubung dengan usianya yang sudah
lanjut, pada tahun 1663 Kapitein der Chineezen Phoa Beng Gam, mengajukan
pengunduran diri dari jabatannya kepada Gouverneur General Joan Maetsuyker.
Sebagai penggantinya ia mengusulkan Gan Djie yang dikenalnya dengan baik. Usul
itu diterima.
Pengangkatan Gan Djie sebagai
Kapitein der Chineezen adalah karena jasanya menolong dan merawat anak Joan Maetsuyker yang terpisah secara
tidak sengaja.
Tak disangka di kemudian hari Joan
Maetsuyker diangkat menjadi Gouverneur General Hindia Belanda ( 1653 ). Sebagai
balas budi terhadap tuan dan nyonya Gan Djie, kemudian dia mengangkat Gan Djie
sebagai Kapitein “bangsa” Tionghoa.
Begitulah, sejak 10 April 1663 Gan Djie diangkat menjadi Kapitein
der Chineezen ketiga. Karena kesibukannya, pekerjaan tersebut turut dibantu oleh
istrinya.
Di depan kantor Kapitein, seringkali
berteduh orang-orang yang berdagang keliling atau mereka yang kelelahan di
jalan, maka pada waktu hawa udara begitu panas, orang yang melintas di jalan
tersebut selalu sulit mendapat air untuk melepas dahaga.
Melihat hal itu istri Gan Djie (
Nyai Gan Djie ) mengusulkan kepada suaminya agar di depan kantor disediakan air
the untuk warga masyarakat yang kehausan. Bagi orang yang berkecukupan macam
Kapitein Gan, tentu saja air the itu tidak ada artinya, tetapi bagi warga
masyarakat yang “kekeringan” penting sekali. Kapitein Gan langssung menyetujui
usal itu.
Di depan kantor, di sebelah luar
pintu, lalu dipasang meja-meja kecil. Di atas meja-meja itu setiap pagi dan sore
disediakan air the. Supaya air teh itu mencukupi keperluan warga dan tidak
setiap kali kehabisan, maka di situ disediakan delapan buah te-koan (teko/poci
teh). Perbuatan baik dari Kapitein Gan membuatnya semakin disegani oleh
masyarakat. Persediaan air teh itu
pun akhirnya menjadi suatu ciri untuk memudahkan warga mencari lokasi kantor
officer Tionghoa itu. Demikianlah, orang lalu mengatakan, dimana ada pat tekoan,
di situlah tempat tinggalnya Kapitein Gan. Lambat laun jalan dimana officer
Tionghoa itu bermungkim dinamakan Pat
Te-Koan, dikemudian hari menjadi Patekoan.
Nyai Gan Djie menjadi Wakil
Kapitein
Pada tahun 1666, setelah memangku
jabatannya selama tiga tahun, Kapitein Gan Djie wafat. Jenazahnya dimakamkan di
Molenvliet Oost – kini Hayam Wuruk – dengan upacara yang cukup megah. Usahanya
dilanjutkan oelh putranya Gan Hoo Hoat.
Lantaran sulit memperoleh
penggantinya, maka pemerintah meminta Nyai Gan Djie menggantikan jabatan
almarhum suaminya hingga nanti pemerintah mengangkat orang
lain.
Dikisahkan, selama memangku jabatan
Wakil Kapitein, banyak urusan rumah
tangga warga masyarakat Tionghoa telah bisa diatur dan diselesaikan secara damai
oleh nyonya itu.
Pada tahun 1678, setelah 12 tahun
memangku jabatannya, karena merasa dirinya sudah tua, Nyai Gan Djie mengajukan
surat pengunduran diri dari kedudukannya sebagai Waarnemend Kapitein Tionghoa.
Pengunduran itu diterima baik oleh pemerintahan. Kepadanya diserahkan
surat penghargaan dari
pemerintah.
Sebagai gantinya pemerintah
mengangkat Tjoa Hoan Giok sebagai Kapitein
der Chineezen keempat ( masa jabatan 1678-1685 ). Secara resmi ia mulai
memangku jabatannya pada 14 Juni 1678.
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.