Correct me if I am wrong...
 
Izinkan saya berkomentar mengenai festival hantu yang dikaitkan dengan Ulambana.
 
Suatu ketika, siswa pertama Sang Buddha (Moggallana) melakukan meditasi dan beliau melihat salah satu saudaranya (kalau tidak salah 'Ibu', pada salah satu kehidupan beliau) kesakitan, kelaparan dan memohon bantuan kepada Moggalana. Moggallana dengan welas asih ingin membantu dengan memberikan makanan melalui kekuatan bathinnya, tapi setiap 'makanan' dan bantuan yang diberikan tidak mampu diterima dengan baik oleh sang 'Ibu' walaupun Moggallana pada saat itu telah mencapai suatu tingkat kesucian tertentu.
 
Lalu, beliau mendatangkan Sang Buddha dan bertanya mengapa bisa demikian.
Sang Buddha lalu menjelaskan bahwa cara yang benar untuk menolong mereka yang ada di alam penderitaan itu adalah melakukan kebajikan (misalnya: berdana, sumbang makanan, dll) agar jasa kebajikan itu bisa dilimpahkan dan diterima oleh mereka.
 
Saya rasa hikmah dari Festival hantu ini sama saja,
pada saat bulan 7 tanggal 15 penanggalan bulan, pintu Neraka terbuka dan semua makhluk yang ada di alam tersebut keluar dan mencari makanan atau bantuan. Beruntung sekali mereka yang bisa ketemu siapa saja (termasuk sanak saudara) dari kita-kita yang melakukan kebajikan atau mempraktekkan dhamma sehingga mereka bisa mendengarkan sedikit kebenaran dan bisa memiliki kesempatan untuk meninggalkan alam tersebut.
 
Ehm.... Itu dulu
 
Salam,
Yen
 
 


Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Harry Alim menulis:

festival hantu dilingkungan komunitas tionghoa di jawa tengah dan jawa timur
biasa disebut sembahyang rebutan.

disebut demikian karena pada saat sembahyang ini, komunitas tionghoa sekitar
kelenteng tertentu biasanya akan menyumbang kue ke kelenteng sehari
sebelumnya , dan kue kue hasil sumbangan komunitas pada malam harinya ini
akan disusun menjadi gunungan gunungan kue. besoknya pada sekitar jam 12
siang gunungan kue ini akan dipersembahkan melalui ritual tertentu.

setelah selesai disembahyangi di kelenteng akan diperebutkan oleh yang
hadir.

[deleted]

menurut saya pribadi acara ritual seperti ini bukan berasal dari agama
buddha, tetapi sudah ada terlebih dahulu sebelum datangnya agama buddha ke
tiongkok, ritual ini menurut saya mungkin lebih berkaitan dengan satu cycle
ritual penduduk yang agraris, pada bulan ketujuh ini banyak panenan yang
pertama dilakukan dan ritual ini seperti bentuk ucapan terima kasih yang
pertama dari satu cycle agraris.

sebab jika berasal dari agama buddha tentunya ritual ini juga ada di india
ataupun negara yang beragama buddha lainnya.

atau bisa juga bahwa ritual inipun di india juga sudah ada sebelum adanya
agama buddha dan kemudian mendapat arti yang baru kemudian.



Rinto Jiang:

Sembahyang rebutan sebenarnya dalam kepercayaan tradisional Tionghoa sebenarnya ada sedikit menyimpang dari makna sebenarnya. Pada prakteknya, sering yang merebut makanan persembahan itu adalah orang2 kaya yang sebenarnya tidak perlu dan tidak kurang akan makanan tadi. Inti dari sembahyang rebutan ini sebenarnya adalah makanan yang setelah dibuat sebagai perembahan disediakan buat di-"rebut" oleh para fakir miskin, yang tidak berkecukupan, dalam arti dibagi2-kan. Ini lumrah di zaman Dinasti Song dan seterusnya. Masih ingat Kay-pang yang sering disinggung dalam novel cerita silat, walau Kay-pang sendiri adalah fiktif namun memang ada organisasi pengemis kecil2an dan bersifat lokal di Tiongkok di zaman dahulu. Pengemis2 inilah yang kemudian menjadi subjek makanan persembahan tadi.

Praktek merebut makanan persembahan yang kemudian ada adalah dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa makan makanan persembahan tadi akan terberkati selama setahun berikutnya. Alhasil, para fakir miskin yang seyogyanya menjadi subjek makanan persembahan jadi tambah kelaparan dan esensi dari peringatan bulan 7 ini menjadi pudar.

Pengaruh Buddhisme kemudian memang ada di dalam peringatan festival hantu ini, ditandai dengan adanya kepercayaan tentang hantu2 kelaparan yang memang bersumber dari upacara Ulambana di dalam Buddhisme. Mengapa? Karena sebelumnya, festival hantu ini cuma sebuah upacara penghormatan buat leluhur. Jadi, memang benar bahwa festival hantu bukan berasal dari Buddhisme, namun ia sendiri ada dipengaruhi oleh Buddhisme di kemudian hari.

Satu lagi, banyaknya perayaan (festival) di dalam kebudayaan Tionghoa tidak berarti bahwa kebudayaan Tionghoa itu sarat dengan nilai2 religius. Saya akhir2 ini membaca bahwa banyak tradisi pernak-pernik di dalam kebudayaan Tionghoa mempunyai kontribusi perputaran roda ekonomi yang tidak kecil di zaman dulu bagi Tiongkok selain daripada memberikan suasana hiburan psikologis. Lupa baca di mana tapi masih ingat buku berbahasa Inggris yang artinya bukan ditulis oleh orang Tionghoa, GDP Tiongkok sampai akhir zaman Ming masih 1/3 GDP dunia. Nilai ini kemudian turun seiring kebangkitan Eropa dari renaissance.


Rinto Jiang


Start your day with Yahoo! - make it your home page

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesian languages Indonesian language learn Indonesian
Dari


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke