Pak Asahan,
Menurut saya, jika kita sedang berdiskusi, lebih
baik selalu memperhatikan konteks masalahnya, kita harus menjaga agar
pembicaraan kita tidak terlalu jauh keluar dari rel.
Fokus pembicaraan saya
adalah tentang Eksklusifme dari Milis, mencoba
menarik garis tegas antara watak eksklusif Topik dan
watak Eksklusif anggotanya. saya mengoreksi anda yang
sering membaurkan keduanya!
Saya menegur bukan karena tersinggung. saya hanya
menekankan, kita sedang tidak membicarakan topik
mengenai eksklusifme satu bangsa. untuk masalah ini, kita boleh membuka topik
baru, kali ini saya tidak berminat menanggapi dulu.
salam,
ZFy
----- Original Message -----
Sent: Tuesday, August 30, 2005 1:19
AM
Subject: Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw:
[budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
Saudara Zhou Fy yang baik.
Terima kasih atas respon saudara yang
berterus terang dan jujur . Seperti yang pernah juga saya katakan pada
surat-surat jawaban saya di milis ini, hati saya terbuka lebar untuk
semua kritik yang betapapun tajamnya.Tapi di pihak lain seperti juga pernah
saya katakan, itu akan terpulang bagaiamana cara setiap orang
menyampaikan kritiknya kepada saya. Serius, saya hadapi dengan serius
umpamanya seperti yang saudara lakukan sekarang. Tapi ketika saya dikasari,
tentu saya sebagai manusia biasa bisa saja menjawab kasar meskipun
tidak mesti begitu. Menghadapi orang yang jujur dan berterus terang seperti
saudara, sayapun merasa menyesal telah mengasari orang yang mengasari saya.
Saya bisa berbuat lain seperti umpamanya bersikap "gentlemen" seperti
yang mungkin juga saudara harapkan dari saya.Tapi hal itu tidak
terjadi karena efek yang saya terima sudah tak mungkin membuat saya
bersikap demikian dan yang ada adalah seperti yang saudara simpulkan sendiri
bahwa saya "telah langsung naik pitam" dan juga menurut saudara
saya telah"mencoreng" wajah sendiri. Tapi dengan tidak bermaksud
semata-mata hanya ingin membela diri sendiri, satu kenyataan juga dalam
milis ini tidak sedikit orang-orang yang naik pitam dan juga saling mencoreng
muka dua bangsa: muka Cina dan muka Indonesia.Tentu saja dalam milis ini, juga
banyak kaum cerdik cendekianya yang berpandangan luas dan tidak picik seperti
saya dan sayapun mau belajar dari contoh-contoh yang mereka
berikan. Tentang mencoreng muka sendiri, yah, saudara Zhou Fy, sekali-sekali
bila kita terperosok di kubangan, apakah mudah untuk memelihara muka sendiri
agar tidak kena coreng noda lumpur dari kubangan itu.Tentang
eksklusivisme. Mengapa kata itu begitu di-tabukan bagi masyarakat Cina. Saya
sungguh tidak mengerti. Sifat eksklusif jelas ada pada etnis Cina.
Itu sudah menjadi pengalaman internasional, bukan saja dikenal di
Indonesia saja. Saya pernah bilang, setiap bangsa mempunyai kelemahan dan
kelebihannya sendiri-sendiri. Cina itu memang punya sifat eksklusif, dan
itu sangat sulit dibantah kecuali dengan berangsur-angsur secara sedar
mengurangi sifat yang demikian. Mengapa harus merasa tersinggung dan
membantahnya sepanjang masa dan dijadikan perdebatan yang tak
habis-habisnya. Bukankah kelebihan etnis Cina tidak sedikit dan banyak yang
menonjol seperti sifat ulet, rajin bekerja , hemat, setia
sesama etnis yang luar biasa kuatnya dan juga sebagai bangsa yang cerdas,
banyak menemukan bermacam penemuan yang mengabdi kemanusiaan. Kelemahan
manusia Indonesia, umpamanya, sebagai bangsa munafik , punya sifat iri
dengki , sukar menepati janji dan macam-macam lagi, apakah orang
Indonesia harus marah bila sifat-sifat negatifnya itu disebut orang lain. Yang
mau marah boleh-boleh saja, tapi itulah kenyataannya dan kalau tidak mau
disebut begitu, ubahlah mental diri sendiri agar tidak begitu. Demikian pula
halnya dengan etnis Cina. Apakah Cina itu segala-galanya super?. Tidak
ada cacat celanya dan semuanya berwatak nabi-nabi?.Tentu tidak demikian bukan?
Dan sudah pasti tidak demikian. Ada keunggulannya dan ada
kekurangannya.
Saya pribadi umpamanya, saudara sendiri
mengatakan, saudara bisa menghargai tulisan-tulisan saya dan juga tidak anti
pati terhadap tulisan saya. Tapi ternyata anda temukan kepicikan saya dan anda
katakan secara terus terang. Mengapa saya harus marah kalau memang saya
ternyata manusia picik. Artinya saya masih harus memperluas wawasan saya agar
tidak picik. Saya sama sekali tidak merasa hina bahwa kepicikan saya ditemukan
orang lain. Saya diberi kesempatan untuk mengubah diri. Tapi kalau saya selalu
merasa hebat tapi ternyata bodoh dan tidak tahu apa-apa, maka inilah kehinaan
yang sesunguhnya. Saudara Zhou Fy, sekali lagi terima kasih atas kritik
saudara yang tulus ihlas. Salam yang sehangat-hangatnya dari
saya.
asahan alham aidit.
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
YAHOO! GROUPS LINKS
|