Pak
Rinto,
Terima
kasih atas ilmu yang diberikan. Maaf response dari saya agak lama karena ada
sesuatu hal.
Pak
Steve juga sudah japri saya dan memberikan
pencerahan.
Sekali lagi terima
kasih.
Salam, Christine
ps: maaf barusan itu tadi ke klik send. Kesalahan ada
pada jari saya:(
Christine menulis:
Dear Bapak/ibu,
Apakah ada
yang tau bagaimana menyusun buku turunan? Keluarga kami (dari pihak suami)
punya buku turunan yang sudah tua umurnya. Turunan tsb diawali dari
generasi pertama sejak kedatangan nenek moyang (kalo ga salah ingat)
namanya Tantin dari kampung (kalo ga salah ingat) namanya Kulamtaw tahun
berapa yah? saya lupa harus nyontek buku turunan dulu. Tetapi buku tsb
tidak diteruskan lagi sejak +/- 30 tahun yang lalu, dan saya berniat
meneruskannya tetapi tidak tau caranya.
Mohon penjelasan dan
pencerahan.
Terima kasih dan
salam, Christine
Rinto Jiang:
Buku silsilah
sebenarnya tidak ada bentuk yang tetap atau standar, artinya tiap keluarga
boleh memiliki buku silsilah dengan gaya mereka sendiri. Untuk kasus seperti
Christine-jie yang ingin melanjutkan catatan buku keturunan ini, saya kira
sudah mudah karena tinggal mengikuti cara pencatatan yang telah ada di dalam
buku tersebut. Kebetulan buku keturunan ini memang di-update beberapa puluh
tahun sekali, jadi 30 tahun lalu tidak termasuk terlalu lama atau jauh untuk
melanjutkannya.
Pertama, mungkin yang paling dasar adalah penguasaan
bahasa Mandarin. Bila generasi kita telah sulit karena ketiadaan waktu
mempelajarinya, mulai dorong anak2 kita untuk belajar bahasa Mandarin, bukan
untuk chauvinis, namun anggap saja itu sama pentingnya dengan bahasa Inggris
di masa depan. Setelah bisa Mandarin, ada 2 opsi untuk melanjutkan buku
keturunan ini, apakah akan ditulis dalam bahasa Mandarin atau diteruskan dalam
bahasa Indonesia saja. Saya kira sedapat2nya dituliskan dalam 2 bahasa, bila
tidak bahasa Indonesia saja juga tak apa2.
Yang ketiga, pengumpulan
informasi dan pencatatan data 2 generasi ke atas, karena buku keturunan
keluarga suami Christine-jie itu baru putus 30 tahun lalu, saya kira generasi
kakek-nenek pasti sudah ada tercatat di sana, jadi tinggal memasukkan saja
generasi suami. Mengenai generasi seterusnya, anak2 karena mungkin masih akan
ada penambahan (misalnya dari generasi suami masih ada yang belum menikah
sehingga belum punya anak) maka cukup dicatat dulu, namun tidak usah dibukukan
dahulu. Pembukuannya tunggu mereka punya generasi selanjutnya baru dibukukan
saja, jadi tidak usah terlalu banyak pengeditan dalam jangka waktu
tertentu.
Data2 yang menurut saya perlu dicatat: 1. Biografi singkat
masing2 anggota keluarga, dicatat saja dalam bahasa Indonesia atau bilingual
bila memungkinkan. Singkat saja juga boleh, nama Tionghoa/Indonesia,
tempat/tanggal lahir, pernikahan, tempat tinggal terakhir, tempat/tanggal
meninggal bila telah mendiang. 2. Puisi generasi keluarga, buat nama
generasi (karakter kedua dari nama Tionghoa). 3. Pesan leluhur. Ini kalau
perlu saja, karena ada beberapa keluarga yang leluhurnya punya prestasi tinggi
biasanya akan mencantumkan pesan2 moral untuk generasi berikutnya. 4. Letak
(peta) lokasi makam atau tempat abu leluhur. Supaya dapat dengan mudah tercari
oleh generasi2 berikutnya.
Sementara ini saja dulu dari saya. Bila
ingin referensi atau saran lebih lanjut mungkin dapat menghubungi Steve-heng
yang merupakan anggota keluarga marga Gan yang juga telah berhasil menyusun
buku silsilah yang memuat 5000-an keturunan Gan Peng (mandarin: Yan Bin) yang
datang dari Hokkian 300 tahun lalu dan sekarang tersebat di seluruh
dunia.
Rinto
Jiang
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
YAHOO! GROUPS LINKS
|