Memang, kawin silang ras, suku, dan etnis
yang berbeda didalam masyarakat sering terganjel apalagi yang namanya silang
agama, lebih gawat lagi halangan. Barangkali juga orang didalam hidup
terlalu terpaku oleh yang namanya steriotipe, mudah menggebyah-uyah kan semua
orang yang dari ras A begini dan ras B begitu, tanpa ada kecuali. Genjelan tentu
menjadi lebih berat untuk si muda-mudi melangsungkan perkawinannya, kalau ras-A
menganggap lebih tinggi derajatnya ketimbang ras-B. Bisa ditentang habis-habisan
oleh keluar A, padahal perkawinan itu belum tentu tidak akan membawa
kebahagiaan, karena cinta yang murni dan sungguhan.
Ada cerita sungguhan yang lucu dan menarik
sekali, seorang sahabat kelahiran Surabaya mendapatkan kerja di Srilanka,
eh jatuh cinta dengan gadis Srilanka. Pada saat mau melangsungkan perkawinan
lebih 25 tahun yl. kedua belah pihak keluarga menantang habis-habisan. Dan
karena ditentang kedua belah pihak orang-tuanya, sahabat ini bertekad tidak
kawin untuk selanjutnya, dengan siapapun. Yang menarik, tanpa ada hubungan
terlebih dahulu, dalam waktu yang hampir bersamaan, orang tua yang diSurabaya
pergi keperamal, untuk menghitung ramalan jodoh putranya yang di Srilanka itu.
Tanpa disangka, peramal meramalkan kalau putranya akan kawin dengan suku
lain yang berkulit kehitam-hitaman, dan, ... itulah jodoh hidupnya yang paling
cocok. Sebaliknya, begitu juga orang-tua di Srilanka itu, ada juga peramal dan
menyatakan bahwa putrinya akan kawin dengan seorang putra suku lain yang
berkulit kekuning-kuningan, dan itulah jodo hidupnya yang paling cocok. Kontan
saja, keduabelah pihak orang tuanya jadi menyetujui perkawinan mereka, dan,
.... sahabat itu kawin dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan sampai
sekarang dengan 2 anak yang cakep dan pinter-pinter.
Ada lagi cerita pengalaman juga sungguhan,
justru anak yang disetujui perkawinannya oleh orang-tua, karena kebetulan
sama-sama Tionghoa, bahkan sesama Hokian, belum lewat 6 tahun harus berakhir
dengan perceraian. Sebaliknya, anak perempuan berikut, yang pacaran dengan
pemuda Jepang bukan saja mendapat halangan ibunya, dituntut untuk memutus
hubungan, tapi karena memang yang namanya cinta itu mahadahsyat, segala halangan
akan diterjangnya juga. Si ibu sampai nangis-nangis berusaha mencegah perkawinan
mereka itu, hanya karena si Ibu kuatir putrinya tidak mendapat
penghargaan dari pemuda Jepang itu. Begitulah pengertiannya, bangsa Jepang
memandang rendah kaum wanita, jalan bersama saja tidak boleh sejajar, harus
berada dibelakang suami, katanya. Tapi, setelah tertunda beberapa tahun,
akhirnya perkawinan silang Tionghoa-Jepang, dilangsungkan juga tanpa restu
orang-tua. Tapi, ternyata justru perkawinan putri yang ditentang
habis-habisan inilah yang mendapatkan kebahagiaan, sampai sekarang setelah
lewat lebih 20 tahun perkawinan diberkahi 3 anak dan, ... orang-tuanya terpaksa
mengakui perkawinan mereka setelah lahir anak pertamanya berusia hampir setahun.
Bagus dan sangat bagus bisa damai melihat kenyataan kebahagiaan hidup putrinya,
ternyata pemuda Jepang juga bisa memberikan perhatian dan kasih-sayang yang
hangat pada putrinya itu.
Itulah, perkawinan silang, baik antar ras,
suku, etnis yang beda sebetulnya tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan. Juga silang agama. Dan tidak seharusnya orang-tuanya terlalu
mencampuri, apalagi melarang. Cukup dengan memberikan nasehat-nasehat yang harus
dipertimbangkan lebih baik dan lebih matang lagi. Keputusan akhir harus
diserahkan pada anak itu sendiri, demi kebahagiaan mereka berdua yang sudah
dewasa itu.
Salam,
ChanCT
----- Original Message -----
Sent: Tuesday, October 11, 2005 1:11
PM
Subject: Re: AW: [budaya_tionghua] Re:
Perkawinan campur
Komentar :
hehehe....itu namanya Mang Ucup kembali ke selera asal...:) karena disaat
orang Indon rame2 pengen dapat bule Mang Ucup nyari yang pribumi.
Yah...itu tergantung orangnya juga sih...cuma sayang aja napa Mang Ucup
dulunya gak nyoba cari second wife yang bule lagi....belum tentu Mang Ucup
tidak bahagia bahkan bisa lebih bahagia dari sekarang..hehehe..:)
Tapi kalo saya sendiri lebih menyukai Chinese Woman (CW) aja, karena
menurut saya CW lebih moderat. Artinya bahwa dia bisa mengkombinasikan antara
pola tradisional (adat istiadat) dan dunia modern ( teknologi, rekayasa
dan sebagainya), sehingga menurut "wa", CW lebih serasi untuk jadi
mother di abad ini.
Soal perjuangan untuk merid lintas suku/ras/etnis memang bukan perkara
mudah, karena bukan hanya menuntut fleksibilitas dan style
tertentu, tetapi juga butuh kesabaran. Kalo ga..hehehe.bisa-bisa layu
sebelum berkembang....:-). Waktu itu ada keluarga kami ( woman) mau
dilamar sama salah seorang dari salah satu suku asli Indonesia (berkulit gelap
asli) .Dari awal aja udah mulai alot karena banyak family yang menentang.
Bukan hanya koko sepupu saya yang nolak, tapi wa juga nolak, karena dalam hati
causin saya yang pretty begitu mau-maunya dilamar sama pri...yah..mending kalo
prinya yang punya..wong orangnya juga suka drink pokoknya jeleklah.
selain itu causin saya ini juga seorang dokter....cik cik cik..herannya causin
saya koq mau git....so what gitu lho..:))
tapi akhirnya causin saya sendiri yang mendesak keluarga dan
kami semua karena katanya love akhirnya pernikahan terlaksana..yah
love emang buta dan kadang susah ditebak...itulah mungkin jalan hidup cuasin
saya.
Eh...sekarang mereka bahagia dan katanya husbandnya baik dan sayang
istri...:-) yah gitulah..!!
Jadi intinya bahwa untuk merid lintas ras, diperlukan penanganan khusus
oleh kedua belah pihak harus siap korban...asalkan jangan korban BOM
Bali aja...:)
mmmm.......Kalo man (teng lang) melamar gadis pribumi, kesulitannya
mungkin tergantung pada daerah masing-masing ato dimana man mau ngelamar
gadis, misalnya di Nias, Dayak, Manado, Ambon,Toraja dan lain-lain.
Dan kesemuanya itu kecuali Ambon (umumnya imut= item
mutlak..:) rata-rata berkulit putih dan mirip-mirip Teng Lang la.
Kaya-kayanya kalo di daerah itu no problemla setidak2nya masih bisa menghela
napas. Atau mungkin di Jawa ( pada umumnya ) dimana masyarakatnya lebih
liberal/fleksibel dan kadang tidak terlalu mempersoalkan ras+agama yang
penting bahagia.
MANG UCUP <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Aneh bin nyata
kalau saya mau kawin sama bule mantan istri pertamanya mang Ucup orang
Jerman
Tidak pernah
dipermasalahkan, bahkan keluarga turut bangga, karena anaknya bisa ngawinin
bule,
Tetapi kebalikannya
kalau kita kawin sama wanita pribumi ini baru menjadi
masalah
Padahal berdasarkan
pengalaman saya pribadi saya lebih bahagia mempunyai istri pribumi daripada
bule
Si Wied istrinya
mang Ucup yg sekarang ini pribumi 100%
Salam
Mang
Ucup
-----Ursprüngliche
Nachricht----- Von:
budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Im Auftrag von
ulysee Gesendet:
maandag 10 oktober 2005 9:32 An:
budaya_tionghua@yahoogroups.com Betreff: RE: [budaya_tionghua] Re:
Perkawinan campur
Hihihi, gue bukan sepuh, tapi mau ikut
ngomong, boleh ya....
Tergantung keluarganya apa menganut garis fundamental
atau ngga (hihi istilah yang
baru dipelajari neh). Kalau keluarganya agak-agak
liberal ya nggak ada masalah,
kalau keluarganya masih fundamental ya butuh perjuangan.
Pengalaman pribadi, keluarga gue menganut garis liberal,
tapi family rata rata menganut
fundamental (alias totok gitu). Waktu kejadian mau kawin campur itu perjuangannya seruuuuuuuuu. Waktu Acek
gue mau nikah sama wanita muslim
dan pindah agama menjadi Islam, dan waktu cici
misan gue mau nikah sama pemuda
Batak (yang antero familinya fundamental juga hihihi) tapi ndak pake masalah agama berhubung sama-sama
kristen.
Dua duanya pada
mulanya dapet penolakan dari keluarga (catat:
keluarga bukan masyarakat)
Masyarakat ( tetangga di tempat
mereka tinggal) sih kayaknya ngga masalah tuh. Sekarang setelah sekian lama sih sisa-sisa penolakan
keluarga itu tinggal kenangan,
gak masyalah lagi.
Saran...... kalau udah yakin sama pasangan bisa rukun
saling dukung sampai aki nini,
ga usah pusing sama embel-embel keturunan siapa,
suku apa atau agamanya apa.
(apalagi agama khan hak asasi
pribadi, ortu tidak berhak, pasangan juga ga berhak maksa pindah agama, kalau rela sih lain urusan)
Orang bilang sebaiknya yang
"sama"-"sama" itu khan untuk menghindari konflik, tapi namanya orang kawin, konflik selalu ada
ngga peduli kawin sama anaknya
siapa, jadi yang penting adalah komitmen, kemauan
untuk berusaha, bagaimana
memanage potensial konflik yang akan timbul. Kalau udah tahu potensial konfliknya, resikonya dan cara
mengatasinya, tancap sajaaaahh,
maju terus pantang bingung, heheh.
Masalah prasangka/ prejudice seringkali muncul karena
stereotype. Kecenderungan
stereotype ada di dalam diri, jadi perjuangannya
harus terus dan terus dan
teruuuusss. Seringkali diri sendiri lebih kejam
dari 'masyarakat'. Jadi, positip
thinking aja terus. Dan berjuanglah terus.
(ngomong gampang, prakteknya syusyaaaahhh boooo!
Huehuehue) yang masih
berjuang, *ul
-----Original Message----- From: twsoemodinoto [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday,
October 06, 2005 9:55 PM To:
budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Perkawinan
campur
Menyambung ide pru,
saya ada suatu pemikiran bagaimana kalo sebaliknya, dimana seorang gadis tionghoa menikah dengan
putra pribumi, sama seperti
pandangan pru bahwa penolakan dari masyarakat dari dua belah pihak. Terutama kalo gadis tionghoa ingin
pindah agama. Sayapun mohon
saran2.
Terima kasih
banyak.
--- In
budaya_tionghua@yahoogroups.com, "pru239" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote: > halo
semuanya, > para sesepuh
budaya tionghua, mohon tanya tentang bagaimana pandangan > orang tionghua terhadap kawin campur, terutama bila
seorang tionghua > menikah
dengan putri pribumi. Saya melihat kok sepertinya masih ada
> rasa penolakan dari
masyarakat? > Mohon saran2
dalam menghadapi semua ini. >
> >
Terimakasih.
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok
:.
.: Kunjungi website
global : http://www.budaya-tionghoa.org
:.
.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua
:.
.: Jaringan pertemanan
Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups
Links
SPONSORED
LINKS
Yahoo!
Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
SPONSORED LINKS
YAHOO! GROUPS LINKS
|