Tergeletik oleh berita2 tentang ulah para imigran, etnis minoritas  dinegara2 Barat, negara Barat sebagai host dari imigran2 ini rupanya sekarang jadi kalang kabut menghadapi pendatang2 ini.
 
Sudah 2 minggu lamanya terjadi rioting di banyak kota di Paris. Bahkan sekarang mulai merembet keluar perbatasan Perancis, ke Belgia dan terachir ke Jerman.
 
Rioting di terjemahkan oleh yang melakukan huru hara ini ,sebagai pengejawantahan perasaan yang mereka terjemahkan sebagai pelepasan amarah  atas tindakan diskriminatip terhadap pendatang, baik oleh pemerintah maupun oleh penduduk asli host country itu sendiri . Banyak pengangguran dan akibatnya tingkat kejahatan naik di kalangan pendatang2 ini.
 
Terlepas dari soal diskriminasi ataupun tindakan tidak adil lterhadap mereka (etnis pendatang minoritas) ini, aku tertarik akan etnis Tionghoa, yang tersebar diseluruh dunia. Etnis Tionghoa, disegala penjuru dunia akan anda temui kemana anda pun pergi.
Etnis Tionghoa sebagai diaspora ras Tionghoa ini rupanya tidak bertingkah laku seperti etnis minoritas lain yang berdiam di negara2 Barat, contohnya ulah etnis tertentu misalnya  di negara Perancis.
 
Bahkan dalam era kelam era Orba, dimana suku Tionghoa mengalami diskriminasi yang berat, tapi bagaimana sikap mereka? Mereka dalam pasivitasnya terus bekerja keras. Walaupun mereka mendapat hambatan mengekspresikan kebudayaannya, tapi  mereka tetap menjunjung tinggi2 nilai kebudayaan Tionghoanya. Etnis Tionghoa tetap kerja dan belajar keras dalam sikon dan himpitan kesukaran. Alhasil mereka tetap bisa memelihara jenjang tingkat kehidupan yang relatip tinggi ketimbang etnis lain. Ini bukan suatu ungkapan chauvinistis atau rasa keunggulan rasial tapi ini adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah.
 
Apakah ini karena kebudayaan orang Tionghoa yang telah ribuan tahun lamanya dan filsafat hidup Confusianisme?  Confusianisme yang menggembleng watak orang Tionghoa agar menjaga dan selalu berusaha memperbaiki nasib nya dan keluarganya dalam segala macam kehimpitan sekalipun. Bila memperhatikan situasi keadaan etnis Tionghoa terutama di era Orba, sekalipun ada diskriminasi berat mereka tidak berbuat anarchis. Malahan jalan yang mereka tempuh sesuai dengan dasar filsafat Confusius mereka berusaha keluar dari himpitan ini dengan jalan kerja keras belajar keras dan berkiprah memajukan nilai2 kehidupannya.
 
Bagaimana di luar negara Indonesia? Bukan rahasia lagi bahwa juga diaspora etnis Tionghoa ini dimanapun mereka bernaung, mereka menjadi teladan, teladan sebagai manusia yang sukses baik materiil /maupun  intelektualitasnya. Bukan sebagai rahasia lagi otak2 cemerlang di negara2 Barat dipegang oleh orang2 Tionghoa.
Bahkan dalam acara pop macam "The Brainiest Kid" yang diselenggarakan oleh Channel 10 di Australia . Yang keluar sebagai juara pertama adalah gadis cilik mungil seorang etnis Tionghoa, mengalahkan saingan2nya dari pelbagai etnis disini. Etik untuk maju dan menjadi andalan ortu dan keluarganya mendarah daging bagi orang Tionghoa.
Orang Tionghoa tidak neko neko dalam memperjoangkan nasibnya, apalagi mengambil jalan anarchistis  dalam memperjoangkan nasibnya sebagai minoritas, sebagai diaspora, mereka kerja keras dan belajar keras. Mereka tidak menuntut ini itu walaupun secara sosial, hukum dan politis mereka dikesampingkan.
 
Mereka menjalani kehidupannya di luar negara asalnya , mereka sebagai etnis diaspora cukup  dirangkum dengan kata kata : inilah etnis yang perlu ditiru caranya membawakan diri, membawakan diri sebagai tamu (imigran) di negara orang lain. Kerja keras, belajar keras dan menghormati  hukum host country dan menjunjung tinggi nama baik keluarganya adalah ciri chas imigran Tionghoa.
 
Harry Adinegara.


Do you Yahoo!?
Messenger 7.0: Free worldwide PC to PC calls

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke