Bung JD, Mayat yth,
 
    Kalau boleh saya ikut mengajukan sedikit pemikiran akan "identitas-Tionghoa" yang masih melekat pada peranakan Tionghoa di Indonesia ini. Satu masalah yang baik untuk dibicarakan, agar terdapat saling peengertian sebaik-baiknya didalam masyarakat untuk mencapai kehidupan harmonis, kebersamaan dengan segala perbedaan yang ada.
 
    Saya setuju dengan penekanan bung JD, tidak seharusnya mempertentangkan kedua identitas, "identitas-Tionghoa" dan "Warga-negara Indonesia" yang ada pada dirinya. Indonesia yang sejak awal Proklamasi Kemerdekaan, 60 tahun yl. itu, sudah berazaskan Ius Soli, yang menganggap tempat lahir seseorang sebagai dasar warga-negara, berarti barang siapa saja yang lahir di Indonesia adalah Warga-negara Indonesia. Dan, ... sejak Maklumat Politik tahun 1946, Pemerintah RI menjanjikan untuk secara konsekwen menjadikan indo-Asia dan Indo-Eropah sebagai warga Indonesia sejati, patriot dan demokrat Indonesia. Juga UUD 1945 dengan tegas hanya mengakui satu macam warga-negara Indonesia yang sepenuhnya sama hak dan kewajibannya. Maka jelas, warga-negara Indonesia yang hanya satu macam itu, harus diperlakukan sepenuhnya sama tanpa membeda-bedakan dengan adanya perbedaan ras, etnis, suku, agama dan pendangan ideologi-politik yang ada. Setiap orang yang lahir di Indonesia baik indo-Asia dan indo-Eropah, baik dari suku Minang, suku Bugis, suku Sunda atau Jawa, harus diperlakukan sebagai warga-negara Indonesia yang sama hak dan kewajibannya.
 
    Oleh karena itu, tepat sebagaimana pidato Presiden Soekarno didepan Kongres BAPERKI tahun 1963, mengangkat masalah etnis Tionghoa sebagai salah satu suku dari sekian banyak suku yang ada didalam Bangsa Indonesia. Jadi, masalah etnis Tionghoa di Indonesia hanyalah satu suku yang tidak beda dengan suku Batak, suku Ambon atau suku Jawa, yang juga berhak mempertahankan ciri-ciri khusus ke-Tionghoa-annya, baik nama Tionghoa, adat-istiadat maupun agama asal mereka!
 
    Itulah sebabnya apa yang dikatakan bung JD, asimilasi didunia, khususnya di Indonesia yang selama 32 tahun lebih dilaksanakan pemerintah Orba harus dinyatakan gagal! Usaha melting-pot, yang menghilangkan segala yang berbau "Tionghoa" untuk menjadi sesuatu yang baru didalam bangsa Indonesia, adalah tidak mungkin. Sesuatu yang baru sama sekali dan tidak lagi mengandung ciri-ciri dari segala perbedaan yang ada, terutama ciri-biologies adalah sesuatu yang tidak mungkin, sekalipun dengan paksaan-kekerasan yang menjurus pada genocide yang kejam dan merupakan pelanggaran HAM-berat. Orang masih bisa dipaksa menghilangkan adat-istiadat yang berbau Tionghoa, orang bisa dituntut ganti nama dengan nama-nama yang mirip dipakai yang katanya Indonesia "asli", orang bisa terpaksa tidak lagi menjalankan ibadah kepercayaan Tionghoa karena di-larang Pemerintah, tapi bagaimana mungkin menghilangkan ciri-biologi yang Tionghoa itu dalam 2-3 generasi?
 
    Jadi, yang lebih tepat seharusnya seperti salad-bowl, mencapai sesuatu yang baru deengan rasa yang lebih lezat tapi tidak menghilangkan ciri-ciri yang berbeda-beda itu. Setiap jenis sayur, dari gubis sampai wortel masih bisa nampak jelas dan juga rasanya, tapi setelah dijadikan satu menjadi salad-bowl membentuk rasa baru yang lebih lezat. Inilah seharusnya yang kita capai dalam membangun masyarakat Indonesia yang majemuk, sebagaimana pejuang Kemerdekaan RI pada saat itu mengajukan semboyan: BHINEKA TUNGGAL IKA, deengan tidak menghilangkan segala perbedaan yang ada, tapi kita semua bersatu secara harmonis didalam perjuangan membangun masyarakat adil dan makmur. Baik ciri-ciri setiap suku, termasuk suku-Tionghoa di Indonesia, tradisi dan adat-istiadat yang dianggap baik harus dikembangkan yang sekaligus memperkaya budaya bangsa Indonesia,  bukan dan jangan sampai terjadi sebaliknya dihapus atau diusahakan untuk dimusnahkan.
 
    Sayapun setuju, pada saat etnis Tionghoa menghadapi kenyataan dirinya didiskriminasi dan terjepit sebagai golongan minoritas, tidaklah seharusnya terlalu membesarkan seolah-olah hanya dirinya atau golongannya yang ter-diskriminasi, karena kenyataan pemerintah RI yang hanya mengutamakan isi-perut pejabat-pejabat tinggi di pusat, masih saja mengabaikan kepeentingan daerah, seperti Aceh, Papua yang lebih menderita lagi sekalipun bumi-alam yang terkandung kaya-raya. Dengan demikian, perjuangan melawan diskriminasi rasial, harus terpadu dalam perjuangan nasional, tidak berdiri sendiri.
 
Salam,
ChanCT
 
----- Original Message -----
Sent: Wednesday, November 30, 2005 11:01 AM
Subject: [HKSIS] Fwd: Masalah identitas WNI keturunan Tionghoa

--- In [EMAIL PROTECTED], "mayatperempuan"
<[EMAIL PROTECTED]...> wrote:

Dirgahayu

Terima kasih untuk bung JD karena telah menyisihkan waktunya untuk
memberikan penjelasan yang singkat tapi sangat padat untuk saya
perihal masalah `identitas tionghoa'.

Sebenarnyalah, saya sudah lama sekali mengetahui sosok xifilsuf
alias JD ini yang menurut informasi dari sindikat cina-orde baru
thang obeng dan gan ti olie adalah putra dari Bpk. Kristoforus
Sindhunata, mantan ketua umum LPKB.

Ya, saya melihat `kontradiksi identitas' terkait dengan identitas
etnik dan identitas warga-negara. Tetapi saya tidak mengatakan
bahwa `krisis identitas' ini berasal dari internal mind-set orang-
orang tionghoa.

Tetapi `kontradiksi identitas' ini lebih disebabkan oleh rekayasa
politik dan external coersif factor dengan tujuan untuk
mendeskreditkan golongan tionghoa yang dibantu oleh proxy forces
dari segelintir sindikat tionghoa itu sendiri.

sayangnya, karena ketidak-mampuan para tokoh organisasi tionghoa
saat ini dalam mengartikulasikan permasalahan yang dihadapi, opini
publik seakan melihat gerakan anti-diskriminasi tionghoa sebagai
gerakan yang cengeng. Kalangan tokoh ngetop tionghoa itu agaknya
perlu membatinkan apa yang dikatakan oleh bung JD: "kembangkan kasus
diskriminasi tersebut menjadi wacana GENERIK atas SALAH SATU CONTOH
kasus penindasan terhadap salah satu suku bangsa di Indonesia dalam
rangka penegakan IDENTITAS ke-Indonesia-an!" supaya "jangan sok
eksklusif merasa diri sendiri yang paling jadi korban di Indonesia!"
yang pada akhirnya dapat menjadi boomerang bagi orang tionghoa
secara umum.

Hal ini bertambah berat pada saat golongan tionghoa bersuara atas
ketidak-adilan atas dirinya, sebagian kelompok rasis ini akan
kembali menyerang golongan tionghoa dengan tuduhan `ekslusif' karena
hanya merengek-rengek "menggolongkan kasusnya sendiri sebagai kasus
tersendiri yang UNIK sebagai 'nasibnya si Cino di Indonesia'".

Padahal, golongan etnik lain yang juga tertindas seperti aceh,
papua, dayak, ambon dsb itu juga tidak pernah bersuara untuk membela
tionghoa. Tetapi tampaknya, bung JD bermaksud mengatakan bahwa
golongan tionghoa harus berinisiatif untuk memelopori gerakan anti-
diskriminasi secara lebih luas lagi. Sebuah anjuran yang pantas
dipikirkan oleh golongan tionghoa yang rada-rada kuper.

INDONESIA NEGARA RASIS

Saya tidak terlalu setuju dengan omongan si wong cino yang
bertendensi mengatakan bahwa indonesia adalah negara rasis. Paling
tidak, perilaku rasialis sepanjang sejarah Amerika itu jauh lebih
beringas dan keji daripada yang selama ini terjadi di Indonesia.

Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat kelompok-kelompok
rasis yang berkeinginan untuk menyingkirkan golongan tionghoa dari
bumi Indonesia. Kelompok-kelompok rasis ini menamakan diri KENSI, PP-
10, Inpres No.14/1967, ekonomi benteng, afirmatif action dengan
penekanan rasial, sms ganyang cina dsb. Mereka juga bermain dalam
tatanan perundang-undangan kewarga-negaraan untuk memperkecil jumlah
WNI beretnik tionghoa.

Sedangkan, pasca BAPERKI, golongan tionghoa tidak mampu lagi berbuat
banyak dalam menghadapi arus rasialis anti-tionghoa ini.

Kelompok rasis ini mengganti sejarah positif tionghoa dalam proses
perkembangan nusantara menjadi catatan korupsi, kejahatan ekonomi,
ketamakan dan ke-ekslusif-an tionghoa yang dibuat-buat.


INTEGRASI

Konsepsi INTEGRASI tidak pernah gagal. Bahkan bung JD sebenarnyalah
merupakan pendukung kuat konsep INTEGRASI yang pernah diusung oleh
Siauw Giok Tjhan dan BAPERKI di masa lalu dengan mengatakan ".Tapi
cara pengikisan itu pun tidak bisa melalui jalur ASIMILASI di mana
si Cino dibuat MENJADI dan DIPAKSA jadi 'Indonesia nan abstrak'; si
Cino sebaliknya harus dibiarkan eksis dan KO-eksis dengan suku-suku
lainnya!".

Bagi saya, konsep INTEGRASI BAPERKI ini adalah sebuah proyeksi ideal
yang berfungsi sebagai landasan perjuangan anti-diskriminasi rasial.
masalah tidak tercapainya kondisi ideal hubungan antar ras dan etnik
lebih disebabkan karena pertarungan politik global dan lemahnya SDM
pengusung konsepsi INTEGRASI itu sendiri. Bukankah, golongan
tionghoa amat jarang melahirkan tokoh-tokoh sebesar Siauw, Tan Ling
Djie, Liem Koen Hian, Dr. Tjoa Sik Ien, Kwee Keng Beng dsb

Tetapi sebagai proyeksi ideal, INTEGRASI yang diusung Siauw dan
BAPERKI itu tidak pernah memiliki kesalahan secara prinsip. Sehingga
sudah mesti diperjuangkan kembali.


Mayat



Sorry, karena repot saya lama tidak menanggapi thread ini. Eniwe,
supaya
singkat dan padat saya bikin jawabannya titik per titik.

1. Identitas kecinaan tidak konfrontatif dengan identitas ke-
Indonesia-an
Dari tulisan si mayatperempuan kelihatan jelas bahwa dia melihat
adanya
konfrontasi di antara identitas saya misalnya, sebagai 'keturunan
Cina'
di satu pihak dengan status politik saya sebagai 'Warga Negara
Indonesia' di sisi lain. Ini adalah konfrontasi palsu yang tidak
perlu
diungkit-ungkit. Secara jelas saya punya dua identitas, yaitu (satu)
sebagai keturunan Cina yang lahir dan besar di Indonesia dan dus
(dua)
saya warga negara Indonesia. Kedua *sumber identitas* ini sifatnya
adalah saling melengkapi sebagaimana identitas Jawa-Indonesia atau
pun
Batak-Indonesia; dan sama sekali tidak bersifat konfrontasional
seperti
identitas Jawa lawan identitas Indonesia, atau pun identitas Batak
lawan
identitas Indonesia, di dalam rangka Republik Indonesia! Di dalam
negeri
saya sangat merasa 'Cina', tapi anehnya, di luar negeri saya justru
merasa sangat Indonesia! Bagaimana kita mendamaikan kedua sumber
identitas ini agar tidak konflik sendiri di dalam diri kita dan
kemudian
menjadi asal usul semua sakit jiwa? Kuncinya cuman satu: damaikan
mereka, dan jangan dikonflikan!

2. Krisis identitas Cino di Indonesia itu jelas dan nyata
Tapi ini MURNI bukan cuman problemnya si cino kayak saya dan sebagian
dari Anda; tapi juga problemnya si Batak-Indonesia, si Dayak-
Indonesia,
si Jawa-Indonesia! Singkatnya, problem si cino model saya ini
HANYALAH
satu prototype kecil dari problemnya SETIAP orang Indonesia karena
SETIAP orang Indonesia sendiri otomatis punya identitas ganda; yaitu
identitas dalam kerangka ke-Indonesia-annya dan dalam kerangka
ke-suku-annya. Kalau saja saya ini tukang kotbah, maka dari dulu saya
sekali secara konsisten saya telah mengartikulasikan hal ini
sedalam-dalamnya, yaitu: 'Cino Indonesia, jangan sok eksklusif merasa
diri sendiri yang paling jadi korban di Indonesia! Tapi, kembangkan
PENGALAMAN Anda sebagai Cino di Indonesia itu untuk MERANGKUL
pengalaman
sesama kita di Indonesia dari suku-suku lainnya yang juga SAMA-SAMA
menderita!

Saya sering mengambil contoh fiktif begini. Saya dengan muka Cino
saya
nyerempet mobilnya tentara di jalanan, si tentara pun turun dengan
garangnya dan langsung ngaploki saya. Okey! Nah, dalam konteks begini
Cino GOBLOG bakal langsung bilang si tentara itu RASIS dan ngaploki
saya
SEMATA-MATA hanya karena muka saya muka Cino! Ini adalah reaksi
goblog
yang buta tuli sama kenyataan!? Tahu kenapa? Karena, KALAU SAJA muka
saya sama-sama coklatnya dan sama-sama huananya sama mukanya si
tentara,
maka tentu saja saya bakal tambah mampus disiksa si tentara dalam
konteks kejadian yang serupa, yaitu 'nyrempet mobilnya si tentara'.
Gara-gara muka saya muka muka Cino, maka si tentara pun masih mikir
'kalau-kalau' muka saya yang Cino ini kenal dengan atasannya!? Tapi,
coba saja muka saya ini mukanya si kulit coklat, maka nggak cuman
ditampar, muka saya pun diinjek-injek sama si TNI/ABRI bajingan itu!

Anda para Cino di sini HARUS sadar atas realitas itu!

Kita itu ditindas BUKAN karena KITA CINO atau pun karena Indonesia
itu
secara 'de facto' rasis model tulisannya si tolol Wong Chi No di
milis-milis, tapi karena Negara Indonesia itu memang yang masih
sangat
represif dan sangat barbar!

Singkatnya, JANGAN secara eksklusif menggolongkan kasus Anda sebagai
kasus tersendiri yang UNIK sebagai 'nasibnya si Cino di Indonesia';
tapi, kembangkan kasus diskriminasi tersebut menjadi wacana GENERIK
atas
SALAH SATU CONTOH kasus penindasan terhadap salah satu suku bangsa di
Indonesia dalam rangka penegakan IDENTITAS ke-Indonesia-an!

3. Integrasi si Cino, atau pun Asimilasi si Cino ... sudah terbukti
GAGAL
Dan bukan cuman di Indonesia toq proses begituan GAGAL! Di Perancis
pun
itu gagal sebagaimana bisa kelihatan jelas di TV-TV belakangan ini!
Juga
di Amerika! Karena itulah, di Amerika pun mereka meninggalkan
kebijakan
asimilasi alias 'melting pot' dalam aksen Inggrisnya dan
memprioritaskan
'affirmative action'.

'Affirmative action' sukses besar bukan cuman di Amerika, tapi juga
di
Singapore. Di Singapore dan di Amerika muka-muka Cino tanpa
sungkan-sungkan pacaran dengan muka-muka India atau pun Melayu;
bukannya
kayak di Indonesia di mana Cinonya malah merasa paling tinggi
sendiri,
paling jadi korban sendiri dan paling beradab sendiri! Mentalitas
Cino
goblog nan feodal kayak mentalitasnya para Cino di Indonesia inilah
yang
perlu kita kikis habis!

Tapi cara pengikisan itu pun tidak bisa melalui jalur ASIMILASI di
mana
si Cino dibuat MENJADI dan DIPAKSA jadi 'Indonesia nan abstrak'; si
Cino
sebaliknya harus dibiarkan eksis dan KO-eksis dengan suku-suku
lainnya!

4. Singkatnya
Singkatnya, Cino di Indonesia memang adalah si minoritas atau pun si
suku yang secara kultural maupun sukuis KEBETULAN sekali memang lebih
dari pada suku-suku yang lain. Orang Indonesia dari suku mana saja
yang
mau tutup mata sama fakta ini yach lebih baik memperbaiki kaca
matanya
biar bisa melihat lebih jelas.

TAPI, itu jangan lantas dilihat sebagai alasan untuk MERASA SUPERIOR
dan
LEBIH dibandingkan dengan suku-suku lainnya!

Cino Indonesia itu 10000000000 kali masih lebih untung nasibnya
dibandingkan, misalnya, orang Aceh atau orang TimTim dulu. Faktanya,
orang Aceh atau TimTim itu secara bajingan sekali disiksa sama si
tentara-tentara Indonesia anjing itu jauh lebih buruk dari pada
perlakuan terhadap suku Cino-Indonesia.

So, berpikirlah secara luas dan obyektif model:
a. Cino-Indonesia didiskriminasi? Iya, memang! Tapi suku-suku lain
pun
juga didiskriminasi secara sistematis oleh wacana ke-Indonesia-an ini
dan lebih buruk lagi, suku-suku lain itu BETUL-BETUL disiksa DI TANAH
KELAHIRAN mereka sendiri, nggak kayak si Cino yang disiksa karena dia
sukunya suku asing!
b. Cino-Indonesia diperlakukan tidak adil? Iya, memang! Tapi suku-
suku
Indonesia lainnya pun juga didholimi oleh para penguasa di negara
fasis
Pancasilais ini! So, jangan sok eksklusif merasa diri sendiri yang
jadi
korban model tulisannya cino-cino goblog kayak si Wong ChiNo itu!

Kita keturunan Cino di Indonesia ini punya satu keunggulan yang TIDAK
dimiliki oleh suku-suku lainnya di Indonesia. Yaitu: kita punya
dukungan
internasional. Waktu perempuan Cino disikat sama tentara-tentara
bajingan, maka Cino huaqiao sedunia pun langsung teriak-teriak
menekan
si Indonesia!

Tapi coba waktu si perempuan Aceh atau TimTim tempeknya dijejelin
bedilnya tentara Indonesia; maka si perempuan itu yach membujur
sendirian jadi mayat kesepian! Tidak ada satu orang pun yang sudi
berteriak atas kematiannya; nggak ada satu orang pun yang merasa
keberatan dengan fasisme si TNI/ABRI bajingan di Indonesia itu!

Betapa beruntungnya jadi Cino!

So, Cino Indonesia, HORIZONTAL-KAN pengalaman Anda itu! Artinya, Anda
disiksa? Okey, tapi lihat juga tetangga Anda si Aceh, si Dayak, si
Bali,
si Maluku yang juga disiksa! Pengalaman Anda itu sebagai Cino di
Indonesia itu jangan malah diekspose sendirian menjadi SEOLAH-OLAH
saja
satu kasus yang terpisah dan unik dari kasus-kasus lainnya di dalam
bingkai ke-Indonesia-an sialan ini!

Sekali Anda bisa begitu, maka Anda pun bisa langsung berdamai dengan
identitas Anda! Anda jadi Cino di Indonesia, sekaligus jadi orang
Indonesia juga?

Ngerti nggak?



JD

--------------------------------
mayatperempuan wrote:

> Dirgahayu
>
> saya kira, beberapa kalangan tionghoa tidak
> pernah memiliki 'krisis identitas' seperti
> yang dituduhkan beberapa kalangan. beberapa
> kalangan tionghoa ini pun tidak pernah punya
> semacam 'loyalitas ganda' terhadap negara.
>
> sebut saja kalangan BAPERKI dan tokoh-tokoh
> seperti LIEM KOEN HIAN, SIAUW GIOK TJHAN, YAP
> THIAM HIEN, GO GIEN TJWAN, TAN LING DJIE dsb.
> mereka-mereka ini agak berbeda dengan ketokohan seperti
> Injo Beng Goat yang pernah mendukung kolonialisme
> belanda tetapi bersikap sangat heroik pasca
> kemerdekaan 17 agustus 45 atau berkelakuan
> seperti Junus Jahja yang kalo udah ngomong
> 'lebih pribumi dari pribumi'.
>
> beberapa kalangan leluhur tionghoa yang datang
> ke nusantara ini pun telah "berdamai dengan
> hati dan pikiran" mengenai 'identitas tionghoa'.
>
> ya, kami beretnis tionghoa dan berbudaya lain
> dengan saudara-saudara jawa, batak, sunda, madura.
> tetapi kita tetap bersaudara. dan 'bersaudara'
> tidak berarti kehilangan identitas tionghoa kita.
> seperti layaknya, seorang saudara sepupuh tidak
> meminta saudar sepupuh lainnya untuk berganti nama
> yang identik dengan namanya atau apalagi berganti
> kelamin. tetapi tetap mereka bersaudara dalam
> satu keluarga besar. antara etnik tionghoa dan
> suku-suku lain tetap bersaudara di dalam keluarga
> indonesia.
>
> identitas tionghoa dan budaya tionghoa lebih
> tepat dikatakan 'DIPERMASALAHKAN' oleh golongan
> rasis anti-tionghoa yang berkehendak menyingkirkan
> golongan etnik tionghoa dari muka tanah indonesia,
> negara yang turut diperjuangkan oleh segolongan
> tionghoa dengan wadah PARTAI TIONGHOA INDONESIA dan
> juga didukung oleh TIONGHOA HWE KOAN (THHK) dan
> harian SIN PO yang sama-sama menentang imperialisme
> dan kolonialisme eropa sekalipun dengan konsep yang
> berbeda.
>
> sehingga yang tampaknya harus
> 'berdamai dalam hati dan pikiran' adalah mereka-mereka
> yang sampai saat ini merasa canggung dengan keberadaan
> tionghoa di Indonesia. ingatlah, seorang tionghoa bangka
> yang bernama Tony Wen turun merobek bendera belanda
> di hotel orange yang legendaris itu.
>
> akibat politik 'mempersalahkan tionghoa' mungkin
> menjadi salah satu penyebab munculnya milis budaya
> tionghoa ini.
>
> tetapi peringatan bung JD mengenai betapa luasnya
> budaya tiongkok itu perlu dan mesti dihayati oleh
> teman-teman yang mengorganisir milis budaya tionghoa
> ini.
>
> benarlah apa yang dikatakan oleh bung JD. bahwa begitu
> banyak budaya yang dihasilkan oleh peradaban yang berusia
> 5000 tahun itu. dan hendaknya kawan-kawan BT tidak
> menjadi subjektif dan partial hingga menjadi chauvinistik
> dalam menentukan apakah seseorang itu tionghoa atau
> setengah tionghoa. jangan meniru kalangan 'baba'.
>
> ada satu hal yang lebih mengikat kalangan tionghoa
> yaitu DARAH.
>
> Mayat
>
>
>, "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]...> wrote:
> >
> > Budaya tionghoa ada, yaitu budaya Cina rantau yang berdiam di
> Indonesia
> > dan menyebut diri suku Tionghoa, hehehe. Istilah nya budaya Cina
> > Peranakan, kalau di singapur/Malay dibilangnya budaya Nonya/Baba,
> disini
> > namanya budaya Tionghoa, hihihi. Rada maksa ngga apa-apa lah,
> pokoknya
> > ada, lain dari yang beda.
> >
> > Saya baru tahu ada perbedaan antara huaqiao dengan huayi, ooo,
> ternyata
> > saya ini huayi, bukan huaqiao toh. Lha kalau yang disebut chinese
> > overseas itu yang huaqiao atau yang huayi atau dua duanya? Kalo
> cina
> > diaspora smaa chinese overseas sama atau beda?
> >
> > Menarik sekali. Beberapa literatur pun menyebutkan bahwa masalah
> orang
> > tionghoa pada dasarnya adalah masalah 'identitas'
> >
> > Koh, apa maksudnya tuh berdamai dengan identitas

--- End forwarded message ---






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/vJUKhA/lbOLAA/a8ILAA/wDNolB/TM
--------------------------------------------------------------------~->

Berita dan Tulisan yang disiarkan HKSIS-Group, sekadar untuk diketahui dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili pendapat dan pendirian HKSIS.
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/HKSIS/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to