Ci A-Lien dia punya seorang babu, Imah namanya, yang diperoleh dari yayasan.
Ternyat babu ini memang bodoh, maklum gak lulus SD, baca tulis sih bisa,
namun gak fasih banget. Orangnya gak neko-neko manggut-manggat aja walau
sering dihina ci A-Lien.

Hari ini ci A-lien marah lagi, karena Imah salah tangkap apa yang disuruh ci
A-Lien, "I-mahhhh.... yang dikeluarin dari kulkan bukan ikan Bandeng !!!
tapi ikan Kakap !!! Dasar Fan Po, Tien Ma !!, masa gitu aja gak ngerti !!!!"
Memang Ci A-Lien gak pernah sampai main tangan, kalo marah sama Imah
babunya, Ia tau konsekuensinya jika sampai main tangan. tapi kata-kata kasar
itu sudah menjadi makanan se hari-hari bok Imah.

Hari itu, ko A-Cit kesel lagi, tokonya didatangi 3 orang pemuda Himpunan
Remaja Codet II, yang minta uang sumbangan tahun baru. "Dasar Fan Kui !!
mintanya sumbangan melulu, mending dikasih go ceng mau, mintanya go ban,
partisipasi lah. Inilah itulahm Emang toko gue Yin Fang (Bank) yang bisa
bagi2 duit, padahal kemaren, baru dateng kepala RT minta sumbangan Tahun
baru juga, dan pasti besok bakalan dateng Himpunan Remaja Codet III yang
bakalan minta sumbangan untuk hal yang sama pula." Begitu gerutunya sama
pegawai-pegawainya yang juga Huana. 

Memang ritual sumbangan itu sudah menjadi kebiasaan di daerah Codet. Setiap
17 Agustus-an, Tahun Baru, dan lebaran pasti banyak yang minta sumbangan.
Puncaknya menjelang lebaran. Dalam satu hari bisa 3 orang yang minta
sumbangan. Ada yang bisa ditolak baik-baik, ada yang pakai acara adu mulut
dulu, ada juga yang kalau ditolak bisa ngamuk (yang ini terpaksa dikasih,
kalau tidak toko bisa dirusak.)

Pulanglah ko A-Cit menemui istrinya ci A-Lien, menceritakan kekeselannya,
"Memang Huana ini pada Tien Ma - Tien Kui semua, males kerja tapi minta
sumbangan melulu." Ditumpahkan lah kekesalan mereka pada bok Imah, yang pas
tadi pagi salah tangkep maksud ci A-Lien, puluhan kata-kata kasar harus
didengar bok Imah sambil nyuci cucian setumpuk.

Sore itu pulanglah A-Cong, anak mereka. Dari mana Cong? Tanya si Ayah. Dari
Rumah Rudi pa..... jawabnya. Rudi itu orang kita bukan? (Maksudnya Tiko apa
Tengleng).Bukan Pa, jawab A-Cong. "Jangan sering-sering main sama Huana,
nanti lu diperes, dimintain duit." Nasehat sang Ayah. "Ya Pa, gak sering kok
pa, Cuma pas ada perlu aja." Jawab A-Cong yang sudah bisa menebak arah
pembicaraan bapaknya.

Saat mau masuk kamar, Acong kembali ditanyai Mamanya. "Acong, Dari mana?".
"Dari rumah Rudi, Ma" jawab A-cong. "Jangan sering-sering main sama Hua-na,
apalagi pacaran, gak bakal mama kasih !! Huana itu males-males, pada miskin,
ntar lu diperes, dimintai duit, buat biayain keluarganya, tau gak?" Nasehat
Ci A-Lien Galak. "I ya ma, gak kok, A-cong belum pacaran koq" Jawab A-Cong.

Dalam hatinya A-Cong bingung, mengapa orang Cina begitu membenci Pribumi.
Begitu pula mengapa Pribumi begitu membenci orang2 Cina. (Tionghua menurut
beberapa anggota milis).

A-Cit punya sebuah rumah, yang ingin dikontrakan, dihargai 4 juta pertahun
saja. Banyak pribumi yang mau ngontrak rumah itu, tapi semua ditolaknya.
Ternyata tulisan dikontrakkan di depan rumah itu maksudnya hanya
dikontrakkan untuk yang keturunan Cina saja. Dalam hatinya Acong tidak
setuju sikap ayahnya itu, baginya pribumi maupun Cina sama saja, ada yang
baik, ada juga yang jahat, tapi ia diam saja, toh akhirnya ada juga orang
Cina yang mengontraknya.

Saat merenung A-Cong teringat saat kecil ia sering main bersama
teman-temanya, baik yang Pribumi maupun yang Cina. Salah satu permainannya
adalah suit Cangkeloeng. Permain suit biasa. Namun ada lagunya.

CANGKELOENG KETIMUN BONTENG KUDA LARI DIATAS GENTENG, 
CAP GO CI CINA BONDOL MAKAN BABI KELUAR NOMOR.
CAP CIP CUP LANGIT KUNCUP

Begitulah lagu yang sering dinyanyikan bersama teman2 nya. Saat itu, Ia
tidak tau mengapa lagu itu sangat dibenci orang tuanya, dan diminta jangan
pernah dinyanyikan lagi. Saat itu, A-cong kecil tidak berani menyanyikan
lagu itu didepan papa-mamanya namun tetap ia mainkan bersama teman-temannya.

Setelah dewasa, akhirnya A-Cong mengerti, namun ia hanya merasa geli saja
jika ia mengingat lagu itu.

Ya Tampaknya sifat rasisme ini tampaknya akan terus ada, A-Cong sepenuhnya
menyadari hal ini. Ia hanya bisa berdoa semoga rasisme semakin hari makin
hilang dimuka bumi ini.

Catatan : Semua orang di cerita ini fiktif belaka, namun ceritanya
menggambarkan kejadian real di Indonesia.

Salam reformasi,
Arjuna (Generasi muda Cino Indonesia)







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/t7dfYD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to