Catatan Rinto: Banyak yang bertanya kepada saya, lebih bagus belajar mandarin di RRC atau di Taiwan. Dulu kesan banyak orang kepada RRC adalah negara yang lebih terbelakang daripada Indonesia, tujuan utama mahasiswa Indonesia untuk belajar mandarin waktu itu adalah Taiwan, namun keadaan berbalik 180 derajat sekarang. Saran saya, untuk belajar mandarin sudah seharusnya menempatkan RRC sebagai tujuan utama karena banyak faktor yang mendukung. Lagipula tak lama lagi, akan ada tes bahasa mandarin sejenis TOEFL, TOEIC bahasa Inggris sebagai standar tes bahasa mandarin dunia.


Pembelajaran bahasa mandarin ini tidak pada kaitan emosional ras atau suku bangsa, namun lebih erat kaitannya dengan daya saing seseorang ataupun sebuah negara. Bila masih ada anggapan belajar atau menggunakan bahasa asing adalah satu bentuk a-nasionalisme kepada negara, maka Indonesia hanya cuma akan makin tertinggal di belakang. Orang Jepang tak mau belajar bahasa asing karena nasionalisme? Itu cerita usang, karena generasi muda mereka sekarang mulai fasih berbahasa asing.


Rinto Jiang


---------------------------------------------------


11 Januari, 2006 - Published 17:07 GMT

Peminat Mandarin semakin meningkat

Mahasiswa Indonesia Ivan Handoyo fasih bahasa Inggris karena pernah sekolah di Australia.

Namun sekarang mahasiswa berusia 23 tahun itu berada di Beijing belajar bahasa Mandarin.

Dia ingin belajar bahasa tersebut guna di masa depan, bisa membantu bisnis orang tuanya menjual sarang burung walet.

"Saya berharap bisnis ini akan berkembang, dan berhubungan dengan warga Cina dari seluruh dunia," kata Handoyo.

Ribuana warga asing juga mendatangi Cina untuk belajar bahasa Mandarin.

Banyak yang percaya pertumbuhan ekonomi Cina akan terus berlanjut, dan mengatakan bukan saja Mandarin adalah bahasa yang menarik dipelajari, juga bahasa itu akan membuat mereka mendapatkan pekerjaan yang bagus.

Ratusan ribu

Menurut kantor berita Xinhua, di tahun 110. 844 dari 178 negara belajar di berbagai universitas Cina, ini berarti peningkatan 43 persen dari tahun 2003.

Menurut kantor berita tersebut, 30 juta orang lainnya belajar bahasa Mandarin di seluruh dunia.

Bulan Juli lalu, pemerintah memsponsori Konprensi Cina Dunia yang diadakan di Beijing dengan tujuan mempromosikan pengajaran bahasa Cina.

Mavis Li, dari sebuah lembaga swasta Beijing Mandarin School, mengatakan sektor tersebut mendapatkan dukungan besar karena masuknya Cina menjadi anggota WTO dan Olimpiade Beijing 2008.

Ini membuat banyak orang tertarik belajar bahasa Mandarin, dan perusahaan mengirimkan pegawai mereka guna mempelajari bahasa tersebut.

Siswa mancanegara

"Kebanyakan pelajar kami berasal dari Eropa dan Amerika Utara, namun dalam tiga atau empat tahun terakhir, semakin banyak berasal dari Asia, Amerika Selatan, dan Afrika," katanya.

"Cina adalah pasar yang besar. Orang asing datang untuk berbisnis, dan mereka perlu belajar Mandarin untuk berkomunikasi. Yang lainnya juga tertarik dengan negeri yang punya keunikan budaya, dan yang juga ingin bertualang dengan mengunjungi Cina." tambah Li.

Sekarang berbagai sekolah bermunculan di ibukota Beijing, dan iklan mencari murid muncul di berbagai majalah berbahasa Inggris.

Wartawan asal Taiwan Yu Senlun baru-baru ini diminta oleh sebuah sekolah bahasa yang bermarkas di Barcelona bagi kemungkinan membuka sebuah cabang di Beijing.

Dia mengatakan pasar di Cina sekarang sulit ditembus karena persaingan yang ketat.

"Menurut Kantor Pengajaran Bahasa Cina, sudah ada 400 universitas di Cina yang menawarkan pelajaran bahasa Mandarin. Kantor itu memperkirakan di Beijing saja, ada sedikitnya 30 universitas dan lebih dari 50 sekolah swasta." katanya lagi.

Dia mengatakan sekolah yang ada melebihi jumlah mereka yang ingin belajar di Beijing, namun dia memperkirakan banyak yang masih ingin datang ke ibukota Cina tersebut untuk belajar.

Banyak lembaga juga mulai melakukan berbagai eksibisi di luar negeri guna mencari mahasiswa.

Pang Ming, wakil direktur Departemen Program Internasional di Beijing Union University (BUU), mengatakan institusinya memiliki 100 mahasiswa asing bulan September 2000.

Empat tahun kemudian, mereka memiliki 177 dan tahun 2005, ada 274 mahasiswa.

Dari yang sekarang ada, 39 persen berasal dari Indonesia dan 31 persen dari Korea Selatan, dan sisanya datang dari beberapa negara termasuk Jepang, Thailand dan Inggris.

Memperluas kesempatan

Pang Ming mengatakan meluasnya hubungan bisnis Cina ke seluruh dunia menjadi alasan utama bagi semakin meningkatnya mahasiswa asing.

"Semakin banyak perusahaan asing berkiprah di Cina, sehingga penguasaan dua bahasa diperlukan. Mengetahui bahasa Mandarin akan membantu mereka yang belajar mendapatkan pekerjaan bagus. Beberapa mahasiswa belajar Mandarin di negeri mereka sendiri, namun belajar di Beijing memberikan suasana belajar dan sekaligus mengetahui budaya Cina." kata Pang Ming.

Song Juan, warga Beijing berusia 22 tahun ini bekerja paruh waktu sebagai guru bahasa Mandarin, di sela-sela waktunya sebagai mahasiswi komputer.

Dia suka mengajar dan yakin bahwa pasar untuk belajar bahasa Mandarin akan terus meningkat, sehingga dia ingin menjadi guru "tetap" setelah dia selesai tahun depan dan bukannya menggunakan keahlian komputernya untuk mencari kerja.

"Saya kira saya bisa memiliki karir bagus sebagai guru bahasa Mandarin, akan lebih bermanfaat dan berguna," kata Song Juan.

"Seluruh dunia ingin mengerti Cina. Jadi keinginan belajar bahasa Mandarin belum akan berakhir."



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke