Istilah Tiongkok dan Tionghoa Resmi Dipakai oleh Jawa Pos Group

Harian Jawa Pos Memelopori Untuk Meniadakan Sebutan Yang Merendahkan
Tionghoa.
Untuk menghormati dan memenuhi harapan orang Tionghoa, CEO Jawa Pos
Dahlan Iskan mengikuti jejak BM. Diah dengan menyebut Tiongkok dan
Tionghoa menggantikan sebutan "China" atau "Cina" di seluruh media
yang tergabung dalam grup Jawa Pos.

Kalau diperhatikan berbagai media cetak maupun elektronik masih banyak
menggunakan kata "Cina" yang terdengar merendahkan / melecehkan untuk
menyebut Tiongkok maupun orang Tionghoa, sebenarnya masyarakat
Tionghoa sudah menyatakan keberatannya selama puluhan tahun, namun
selalu tidak mendapat respon positif. Masyarakat Tionghoa meminta
untuk memulihkan sebutan Tiongkok / Tionghoa, Indonesia dan Tiongkok
telah memulihkan hubungan diplomatik hampir 15 tahun lamanya, namun
sebutan yang merendahkan itu malah makin nyaring terdengar.

Tidak adanya respon positif ini banyak faktornya, salah satunya adalah
wacana anti Tionghoa tidak dapat seketika dihilangkan (perlu waktu),
kemudian pemegang kekuasaan waktu itu dalam jangka panjang memang
sengaja menyebar-luaskan sebutan itu. Namun alasan lain karena
Tiongkok sendiri menyetujui komunitas Internasional menggunakan kata
"China" (baca: Caina) untuk menyebut Tiongkok (Zhongguo), sedangkan
kata China ini dalam pelafalan bahasa Indonesia lebih mudah dibaca
sebagai "Cina".

Dalam kenyataannya, seseorang yang mengerti bahasa Indonesia tentu
paham, banyak nama negara dalam bahasa Indonesia seperti Inggris
(England), Prancis (France), Belanda (Holland), Mesir (Egypt), Jepang
(Japan), Yunani (Greek), Spanyol (Spain) sampai Amerika Serikat (USA),
saat media di Indonesia menyebut nama negara, tidak seluruhnya
mengadopsi nama dalam bahasa asingnya. Contoh lain perubahan Burma
menjadi Myanmar diputuskan oleh Myanmar sendiri, tidak perlu
mempertimbangan pendapat dari negara lain.

Untuk kondisi spesifik seperti di Indonesia, Tiongkok sebaiknya
mempertimbangkan untuk memulihkan sebutan seperti di era Presiden
Soekarno silam, yaitu Tiongkok untuk menyebut negara, dan Tionghoa
untuk menyebut orang Tionghoa.

Istilah "Cina" adalah sebutan merendahkan (menghina) yang dipakai oleh
kaum / kelompok ultra kanan Jepang dari dulu yang fasis dan sejak awal
memang anti Tionghoa, kemudian istilah ini mulai dipakai oleh kelompok
/ rejim anti Tionghoa di Indonesia dan disebar-luaskan. Berawal pada
tiga puluhan tahun silam saat rejim Soeharto menggunakan TAP MPRS guna
mulai menyosialisasikan sebutan "Cina" di Indonesia untuk merendahkan
Tiongkok dan Tionghoa, pada saat itu seorang tokoh pers nasional
Indonesia yaitu BM. Diah (pemilik surat kabar "MERDEKA") dengan tegas
menolak serta tidak menaati keputusan rejim Orba itu dan tetap
menggunakan sebutan Tiongkok atau Tionghoa.

Saat ini, kita sangat bersyukur melihat CEO Jawa Pos Group Bapak
Dahlan Iskan telah mengikuti jejak Bapak BM. Diah, sehingga seluruh
media yang bernaung di bawah Jawa Pos Group telah beralih menggunakan
istilah "Tiongkok" dan "Tionghoa" menggantikan istilah "China" atau
"Cina", masyarakat Tionghoa merasa bersyukur karena telah terpenuhinya
harapan dan isi hati mereka selama puluhan tahun ini.

Mari kita berseru gembira !
Mari kita berikan hormat setinggi-tingginya kepada Bapak Dahlan Iskan !

Lin Mingshan
Dikutip dan diterjemahkan dari Harian Qian Dao Ri Bao terbitan
Surabaya edisi 20 Januari 2006. 










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke