Setelah membaca dan mengikuti banyak tulisan argumentasi dan diskusi soal ethnicity terutama yang berdiam di negara2 yang sedang berkembang, ada satu tulisan kontroversiil soal ini yang ditulis oleh alm Amy Chua. Amy Chua adalah pakar ekonomi menjabat sebagai professor di Yale Uni dan associate prof di uni2 lain di Amerika.
 
Amy Chua meninggal secara kontroversiil juga, beberapa bulan yll(dimajalah TIME) ,diberitakan bahwa Amy Chua meninggal akibat bunuh diri. Ada sas sus bahwa sebanarnya Prof Amy Chua ini dibunuh secara mistirius juga. Kesampingkan berita sas sus ini dan tinjaulah hipotesa yang mengundang banyak argumentasi dikalangan kaum elit terpelajar di seantero dunia.
 
Topik bukunya yang berjudul :"World on Fire".How Exporting Free Market Democracy breeds ethnic Hatred and global Instability.
 
Dalam tulisan ini di ketengahkan suatu hipotesa bahwa golongan minoritas yang berdiam di negara berkembang dan mereka(golongan minoritas) yang memegang dominasi dalam bidang ekonomi negara dimana mereka(golongan minoritas) berdiam akan mengundang kejadian huru hara dikemudian hari. Selama 20 tahun ini telah terbukti adanya kejadian2 huru hara dan bahkan sampai terjadi genocide terhadap golongan minoritas yang dilakukan oleh golongan majoritas yang kondisinya tertekan.
 
Kombinasi antara free market(glabalisasi), demokrasi dan minoritas yang pegang "kuasa"dalam bidang  ekonomi ,adalah sebuah resep menuju ke "ethnic persecution" bahkan bisa menuju ke genocide.
 
Walaupun analisa dan kemudian bisa kita golongkan sebagai suatu hipotesa tapi apa yang dikemukakan Prof Amy Chua mengacu ke kejadian yang riil yang terjadi di lapangan selama 20 tahun terachir ini. Jadi bukan suatu analisa yang asal comot.
Diberikan contoh2nya a.l. apa yang dialami oleh golongan etnis Chinese di negara2 seperti Indonesia, Filipina dan menunggu adanya kejadian pelecehan HAM juga disebut akan terjadi di Burma. Apartheid di AfSel, "white" di Latin Amerika, orang Jahudi di Rusia, etnis Ibo di Nigeria dan di Rwanda clash antara Hutu dan Tutshi
 
Point2 yang men-stimuli rebaknya peristiwa violence against ethnic monorities disebutkan a.l:
1. Human beings, and by extension the ethnic groups which they compose, have profoundly different levels of skills, different family influences and connection, differing familiarity with free market, differing levels of personal drive etc.
2.Glabalization, the extension of free trade and markets worldwide, progresses against his very UNEVEN human geography of skills.
3. Glaobalisation and international free trade tend to exaggerate, not reduce, he economic differences between people, and between ethnic groups.
4. When these differences are clearly aligned with ethnicity, pogroms/holocausts must inevitably follow as the only means available to eliminate the influence of an increasingly rich and isolated minority over an increasingly disenfrenchised and destitute majority.
 
Rupanya point2 yang di sodorkan oleh Amy Chua adalah gejala riil yang merudung negara2 yang sedang berkembang yang ingin maju dengan cara sistim globalisasi, free trade dan demokrasi. Suatu kombinasi atau cocktail yang mematikan. Gambaran yang mengundang kekuatiran dan gambaran "a bleak future" buat negara2 yang sedang berkembang.  Negara2 yang sedang berkembang yang di huni oleh multi rasial, terutama dimana etnis tertentu sebagai minoritas pegang dominasi ekonomi negara yang bersangkutan  Apakah dengan kata lain kita bisa mengatakan bahwa seperti globalisasi, free market dan demokrasi bisa kita anggap: cara2 metoda2 ini: sudah:doomed from the beginning/start?
Apakah di Indonesia ,dan ,dengan  kaum minoritasnya(Chinese minority) masih bisa survive dalam iklim globalisasi dan free trade? Suatu pertanyaan yang penuh mengundang banyak pemikiran dan argumentasi karena hal ini ,topik oleh Prof Amy Chua ini menimbulkan banyak kontroversi.
Apabila kita tinjau keadaan di Indonesia, di akui oleh semntara atau sebagian besar etnis Tionghoa bahwa dengan  dicabutnya larangan UU di era Orba yang melarang etnis Tionghoa mengemban kehidupan kebudayaannya, ini bisa dikatakan suatu kemajuan menuju harmonisasi antar suku. Apakah benar begitu? untuk masa2 yang akan datang?. Keadaan sospol /ekonomi di Indonesia tambah runyam.
Apakah diperbolehkannya golongan Tionghoa menghidupi kebudayaannya itu bisa kita sebut sebagai "kemenangan" albeit kemenangan papirus.
Suatu keadaan kedaan :masa relatip damai yang  menunggu datangnya badai!
 
Lalu kemana harus kita cari jalan keluarnya? Suatu pertanyaan yang mengundang banyak pemikiran dan banyak yang akan mencari atau mencarikan jalan keluarnya. Apakah idee multikultural dan Bhineka Tunggal Ika bisa kita golongkan sebagai idee yang kosong terutama apabila kita sudah masuk atau sudah menggeluti sistim globalisasi/free market dan demokrasi?. Suatu masa yang penuh pesimisme, masa yang gelap  yang di ketengahkan oleh hipotese Prof Amy Chua ini bagi ethnis2 minoritas yang pegang dominasi ekonomi di negara2 yang sedang berkembang.
 
Sebagai achir kata ini excerpt apa yang dikatakan oleh Amy Chua:
 
"Market- dominant minorities are the Achilles heel of free market demcracy. In societies with such a minority, markets and democracy favour not just different people or different classes but different ethnic groups, Market concentrate wealth, often spectacular wealth, in the hands of the market-dominant minorty, whle democacy increases the political power of the impoverished majority. In these circumstances, the pursuit of free market democracy becomes an engine of potentially catastrophic ethnonationalism, pitting a frustrated indegenous majority easily aroused by opportunistic politicians, against a resented, wealthy ethnic minority. This conflict is playing out in country after country, from Bolivia to Sierra Leone, from Indonesia to Zimbabwe, from Rusia to the middle east"
 
Jurang pemisah antara yang kaya dan yang papah di negara2 dunia ke 3 tambah lebar dan dalam. Jadi anggapan bahwa apa yang kelihatan, terutama sebagai penyedap mata hanya bagi orang2 yang kurang jeli. Janganlah menganggap bahwa ber-sliwernya mobil2 mewah. gedung2 mewah dan megah, restoran dan bar2 berjubel, janganlah kriteria semacam ini dianggap sebagai kemajuan bagi negara dunia ke 3 yang dirudung sistim globalisasi yang timpang dan tidak adil.
 
Apakah mereka2 yang tergabung dalam kekuatan anti globalisasi, anti G-8 nations(wealthy countries) punya instink atau pengetahuan yang mandiri bahwa glaobalisasi hanya lebih memelaratkan negara yang sudah melarat dan bukannya menolong?
 
Achirulkalam: ini adalah suatu hipotese yang bisa di prediksi akan dan bisa terjadi ;violence terhadap minorities , bukan IF  tapi hanya tunggu WHEN nya saja. Sekarang apa yang perlu dikerjakan?, ini pertanyaan yang perlu di simak oleh para members milis terhormat ini.
 
Harry Adinegara.
Ps: sebagai reference bisa dibaca buku dengan judul ini, buku2 yang mengolah keadaan aktuil dunia saat ini.
 
"World on Fire" by Amy Chua
"The Coming Anarchy" by Robert Kaplan
"Our world historical gamble" by Lee Harris
"The Roots of Muslim Rage" by Bernard Lewis.
 

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke