Mungkin  diberikan kartu penduduk, tetapi bukan paspor, terkecuali bagi yang 
bertatus "stateless" diberikan semacam "travel document" yang fungsinya 
sebagai paspor bila berperjalanan ke luar negeri.


----- Original Message ----- 
From: "UKM BANGKA" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, February 02, 2006 7:43 AM
Subject: Re: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus 
Stateless


> Kalau ngak salah, Imigrasi juga mengeluarkan paspor khusus untuk WNA di 
> Indonesia.
>
> Wassalam
>  ----- Original Message ----- 
>  From: BUD'S
>  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>  Sent: Wednesday, February 01, 2006 4:00 PM
>  Subject: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus 
> Stateless
>
>
>  Tanpa kewarganegaraan bearti ngak punya Pasport dong, tapi kenapa ya bisa 
> mondar mandir keluar negeri he he he aneh tapi nyata. boleh tuh masuk MURI
>    ----- Original Message ----- 
>    From: Ambon
>    To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>    Sent: Sunday, January 29, 2006 5:32 AM
>    Subject: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus 
> Stateless
>
>
>    http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=209258
>
>    Minggu, 29 Jan 2006,
>
>
>
>
>    Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless
>
>
>
>
>    JAKARTA - Masyarakat Tionghoa belum sepenuhnya diperlakukan adil. 
> Aparat sering memperlakukan mereka secara diskriminatif. Tak jarang 
> masyarakat Tionghoa di Indonesia menjadi komoditas para aparat untuk 
> menjadi sapi perahan. Khususnya, dalam pengurusan identitas 
> kewarganegaraan atau surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia 
> (SBKRI).
>
>    Diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa tersebut dibeberkan dalam 
> diskusi yang bertema Imlek, Eksistensi Tionghoa di Indonesia yang digelar 
> di Marioss Place, Jakarta, kemarin.
>
>    Ivana Lie, mantan atlet bulu tangkis nasional, yang hadir dalam diskusi 
> tersebut menceritakan, dirinya merupakan salah seorang korban rumitnya 
> birokrasi dalam mengurus SBKRI. "Bertahun-tahun saya menjadi pemain 
> nasional, tapi tanpa kewarganegaraan," ungkapnya.
>
>    Sebagai pemain yang membawa bendera Merah Putih, Ivana berkali-kali 
> mengharumkan nama bangsa di level internasional. Prestasinya itu membuat 
> lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di berbagai penjuru dunia.
>
>    "Saat keluar negeri, saya hanya dibekali secarik kertas yang menyatakan 
> bahwa saya orang Indonesia. Tapi, ketika pulang, kewarganegaraan saya 
> dicabut dan menjadi stateless (tidak punya kewarganegaraan, Red)," 
> ujarnya. Dia juga telah berusaha mengurus KTP, tapi tidak bisa karena 
> tidak memiliki surat kewarganegaraan.
>
>    Ivana tidak memiliki surat kewarganegaraan karena orang tuanya adalah 
> pendatang. "Pada 1940, orang tua saya datang dari China ke Indonesia dan 
> belum berstatus warga negara Indonesia. Otomatis, saya menjadi warga 
> negara asing. Padahal, saya lahir di sini sampai menjadi atlet," jelasnya.
>
>    Akhirnya, SBKRI tersebut didapatkan setelah diperjuangkan KONI dan 
> PBSI. "Bukan hanya saya yang mengalami hal ini. Tapi, beberapa atlet bulu 
> tangkis lain seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, dan Hendrawan juga 
> mengalami," katanya.
>
>    Mengomentari Ivana, pengamat etnis Tionghoa Ridawan Saidi mengatakan, 
> "Tidak ada tanda-tanda akan menjadi baik. Itu (SKBRI) satu kerumitan 
> administrasi. Itu satu peluang untuk mencari uang bagi para birokrat. Kita 
> punya kebijakan nasional kewarganegaraan, tapi tidak berjalan karena tidak 
> ada juklak dan juknis."
>
>    Menurut dia, peraturan yang mewajibkan warga keturunan Tionghoa 
> mempunyai SBKRI harus dihentikan. Sebab, hal itu sudah tidak relevan 
> dengan kondisi bangsa yang mengedepankan kesetaraan. "Peraturan seperti 
> itu seharusnya disudahi. Itu kan kelanjutan dwi kewarganegaraan rangkap 
> 1950," tegas mantan anggota DPR tersebut.
>
>    Hal yang sama diungkapkan dosen Studi Masyarakat Tionghoa Indonesia 
> dari Beijing Foreign Studies University, Eddy Prabowo. Dia menyatakan, 
> permasalahan SBKRI masih belum jelas karena konsep pemerintah masih 
> berbelit-belit. "Ini sebuah realitas bahwa orang bisa ditendang ke mana 
> saja. Karena apa? Sebab, ini adalah massa mengambang. Kedua, punya duit. 
> Ini sangat berbahaya karena merembet dalam banyak hal, terutama status 
> hukum," jelasnya.
>
>    Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal diskriminasi 
> terhadap etnis Tionghoa. Menurut dia, diskriminasi tersebut terjadi karena 
> faktor eksternal. Artinya, bukan disebabkan keberadaan masyarakat Tionghoa 
> dan lainnya. "Di lapisan bawah, simbiosis dengan masyarakat bawah sudah 
> cukup baik. Yang mengondisikan adalah faktor eksternal," ujarnya. Salah 
> satu faktor eksternal adalah faktor politis.
>
>    Lalu, bagaimana menyikapi faktor-faktor eksternal tersebut? Dia 
> menyatakan sangat sulit. Sebab, tidak ada kemauan untuk berubah ke arah 
> lebih baik. "Sulit. Sebab, orang Tionghoa terkesan ngapain kita bicara 
> kalau salah dan nggak bicara juga salah, mau mengadu ke siapa? Minta 
> perlindungan ini, itu," tegasnya.
>
>    Di sisi lain, Eddy yakin diskriminasi itu lambat laun berkurang. Sebab, 
> mulai terjadi gerakan-gerakan generasi muda keturunan Tionghoa untuk 
> melakukan dialog multikultural. "Generasi sudah mulai mendobrak kebekuan 
> yang ada," katanya.
>
>    Mereka mulai mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) 
> serta Departemen Hukum dan HAM. Bukan hanya itu. Menurut Eddy, perlu 
> dikembangkan rekonsiliasi sosial yang mengedepankan keterbukaan serta 
> kesepahaman. "Tidak ada gunanya saling mencela dan kemudian kecenderungan 
> eksklusivitas. Yang penting kesepahaman antara elemen," tegasnya. (yog)
>
>
>
>    .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
>    .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
>    .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
>    .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
>
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
>    YAHOO! GROUPS LINKS
>
>      a..  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
>
>      b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
>       [EMAIL PROTECTED]
>
>      c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of 
> Service.
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke