SPLIT PERSONALITY
Oleh: Kenken

LIE TEK TJENG, seorang akademisi terkemuka di zaman Orde Baru, dalam 
makalah "Tentang Asimilasi" (1967) yang disampaikan pada Seminar 
Angkatan Darat 1966 menyatakan "…orang Tionghoa yang setelah 1945 
menjadi warga negara Indonesia dapat digambarkan sebagai penderita 
sakit jiwa, split personalities, dalam arti bahwa mereka tidak 
mempunyai orientasi tegas kepada serta identifikasi penuh dengan 
Indonesia…". Tentunya, Dr. Lie Tek Tjeng tidak sedang mengkaji 
persoalan medis melainkan sedang mencoba mengupas fenomena sosial-
politik tentang relasi antara identitas etnis orang Tionghoa dengan 
identitas kewarganegaraan Republik Indonesia. Makalah ini menjadi 
menarik pada saat Dr. Lie Tek Tjeng menggunakan penggambaran 
penyakit medis yaitu split personalities untuk menerangkan persoalan 
politik. 

Term split personality muncul di abad 19 setelah Louis Stevenson 
menulis cerita tentang seorang manusia dengan dua karakter 
kepribadian berbeda yaitu Dr. Jackle dan Mr. Hyde. Term split 
personality muncul kembali dalam pembahasan popular di tahun 1957 
lewat buku The Three Faces of Eve karya C. H. Thigpen dan H. M. 
Checkley. Di tahun 1984, Thigpen dan Checkley menulis bahwa mereka 
meragukan adanya split personalities dalam dunia kenyataan. 

Split personalities, dalam dunia psikologi dikenal sebagai penyakit 
kejiwaan. Beberapa orang mengaitkan split personality dengan bipolar 
disorder atau manic depression, sebuah gangguan otak yang ditandai 
oleh perubahaan suasana hati yang drastis. Di Amerika, penderita 
penyakit ini diperkirakan berjumlah sekitar 2,3 juta orang. Penyakit 
ini berasal dari rusaknya fungsi biologis yang berakibat pada 
kelainan psikologis. Para peneliti bersepakat bahwa penyakit ini 
tidak disebabkan oleh faktor tunggal melainkan disebabkan oleh 
beberapa faktor yang bekerja secara bersamaan. Tetapi para ahli 
psikologi sampai saat ini belum mencapai kata sepakat tentang 
penyimpulan akhir peyakit ini. 

Pendapat lain mengaitkan split personality dengan penyakit 
schizophrenia yang diderita oleh 1% penduduk USA. Sebuah polling 
yang dilakukan oleh National Organization on Disability in the USA 
menyimpulkan 2/3 responden percaya bahwa split personality adalah 
salah satu penyakit schizophrenia. Tetapi, kemudian, dunia 
kedokteran menyangkal adanya kaitan antara split personality dengan 
schizophrenia. 

Kembali ke makalah Dr. Lie Tek Tjeng tentang penggambaran penyakit 
split personalities yang diderita oleh orang Tionghoa di Indonesia. 
Di samping secara sepintas mengulas masalah kewarganegaraan, lebih 
jauh, Dr. Lie Tek Tjeng membahas masalah "chinese culturalism" yang 
diasumsikannya sebagai salah satu penyebab split personalities orang 
Tionghoa. Di samping sebab-sebab lain seperti warisan politik 
segregatif pemerintah kolonial Belanda, identifikasi orang Tionghoa 
sebagai kalangan the have, dll. 

Dr. Lie Tek Tjeng mempertentangkan antara identitas etnis, ekspresi 
budaya Tionghoa versus identitas politik yaitu status 
kewarganegaraan Republik Indonesia. Tentunya, pada saat deklarasi 
pembentukan NKRI tidak pernah disebutkan syarat-syarat untuk 
mengganti latar belakang etnisitas (karena tidak mungkin!) dan 
menanggalkan ciri-ciri khas kebudayaan untuk menjadi warganegara 
Indonesia. Justeru NKRI menjamin keberagaman yang tercitra dalam 
semboyan Bhineka Tunggal Ika. 

Masalah baru timbul pada saat terjadi pembiasan persepsi antara 
identitas etnis dan identitas politik (status kewarganegaraan). 
Pembiasan ini mengakibatkan split personalities tampak menjadi 
fenomena konkrit. Terlebih lagi apabila Indonesia dipersepsikan 
sebagai negara suku dan bukan sebagai negara bangsa (nation state) 
yang terdiri dari berbagai etnis dan budaya. Masalah bertambah rumit 
pada saat faktor etnisitas dibenturkan dan dikesankan bersifat 
antagonis serta saling menegasi terhadap identitas kewarganegaraan 
atau sebaliknya. 

Kiprah para tokoh Tionghoa generasi pendiri NKRI dapat membuktikan 
bahwa faktor etnisitas tidak berkontradiksi dengan identitas 
kewarganegaraan. Sehingga split personalities sebenarnya agaknya 
hanya merupakan bayangan semu. Contohnya, kehadiran Siauw Giok Tjhan 
sebagai sekertaris delegasi dalam Konferensi Inter Asia I di India. 
Pada konferensi itu, Siauw menolak asumsi tentang Indonesia yang 
dilontarkan oleh delegasi Koumintang. Sekalipun terdapat kesamaan 
latar belakang etnisitas antara Siauw dengan delegasi Koumintang 
tersebut tetapi political-stand keduanya berbeda. 

Baik dalam tataran individu maupun golongan, sejarah mencatat bahwa 
faktor etnisitas tidak menghalangi generasi pendahulu Tionghoa untuk 
mendukung berdiri-tegaknya NKRI. Turut sertanya Angkatan Muda 
Tionghoa yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan dan Go Gien Tjwan dalam 
perjuangan 10 November 1945 di Surabaya bersama-sama dengan laskar 
Bung Tomo merupakan salah satu contoh. Mungkin sukar dipercaya namun 
terdapat warga negara dengan nama Ong Eng Die dan Lie Kiat Teng 
pernah dipercaya oleh kabinet Ali Sastroamidjojo-Wongsonegoro untuk 
turut melaksanakan politik negara dengan jabatan menteri negara. Dan 
masih banyak lagi contoh kiprah tokoh-tokoh Tionghoa masa lalu yang 
selaras dengan perjuangan membangun bangsa dan negara Indonesia 
tanpa menjadikan identitas etnisitas Tionghoa sebagai beban dan 
penghalang untuk menjadi Bangsa Indonesia. 

Semoga dengan pemahaman modern yang multikulturalis dan pembedaan 
yang jelas antara negara suku dan negara bangsa serta pemahaman 
lebih mendalam tentang faktor etnisitas yang tidak bertentangan 
dengan identitas kewarganegaraan dapat mengakhiri stereotyping dan 
identifikasi negatif terhadap golongan masyarakat Tionghoa. 










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to