Pada dasarnya, sebagai bekas jajahan Belanda, Indonesia mengikuti azas 
ius sanguinis, seperti hampir semua negara negara kontinental Eropa.

Anak dari orang Indonesia adalah automatis orang Indonesia. Anak orang 
asing adalah orang asing.

Hal ini juga diterapkan dihampir semua negara Eropa, sebagai warisan 
hukum. Namun, dengan timbulnya migrasi besar besaran, maka azas ini 
tak menyelesaikan masalah, malah meruwetkan. Jutaan orang Turki 
bermukim di Jerman.
Karena itu di-introduksi azas campuran, antara ius soli dan ius 
sanguinis. Orang asing, yang walau keturunan asing (ius sanguinis), 
namun telah berada di negara Eropa sejak beberapa tahun ber-turut 
turut, atau lahir di negara Eropa, berhak mendapatkan kewarganegaraan 
negara Eropa (ius soli).

Di Setiap negara Eropa, teman teman yang sudah menjadi warganegara 
Eropa dapat menjadi saksi, tidak membedakan antara warganegara mereka 
yang sudah menjadi warganegara, apakah ia sudah sejak sebelum Yesus 
lahir sudah disana, atau yang baru kemarin menjadi warganegara.

Semua warganegara Eropa wajib memiliki Surat Tanda Kewarganegaraan.
Semua warganegara memiliki hak dan kewajiban yang sama, sampai dipilih 
dan memilih. Menjalankan wajib militer, dsb.

Demikian, Indonesia juga harus memperlakukan warganya, apakah dia 
sudah jadi kawula Nusantara sejak zaman Gajah Mada, atau baru kemarin 
sore, secara sama.

Masalah yang ada, dibelakang sandiwara kewarganegaraan ini, adalah, 
kesenjangan dan kecemburuan sosial. Indonesia merdeka dari Belanda, 
tetapi dari awalnya tak pernah menjadi pemilik faktor ekonomi dinegara 
ini. Mereka lalu membentengi diri dibalik status "asli", dimana mereka 
berhak menduduki pos pos strategis, terutama militer dan polis, 
pejabat pamong praja.

Sentiment anti Tionghoa menjiwai banyak sekali pemerintahan di 
Indonesia, dari sejak awalnya. Ini terlihat dari kebijaksanaan yang 
dibuat dibidang kewarganegaraan. Kelompok India, Pakistan, Arab, tak 
pernah ditakuti, karena jumlahnya hanya segelintir.

Kekhawatiran ini masih menghantui sosok pemerintah kita, hampir tanpa 
kecuali. Pak Harto bersemangat berkerjasama dengan segelintir keluarga 
Tionghoa,yang dibuatnya menjadi kayaraya, namun setia dan selalu 
menurut perintah. Namun at the same time, pak Harto menyadari, potensi 
massa Tionghoa secara keseluruhan, bila diberi keistimewaan seperti 
Oom Liem dkk.

Baperki, berupaya mati matian untuk menjembatani jurang antara 
kelompok Tionghoa dan bangsa Indonesia, dan memberikan motivasi 
masyarakat Tionghoa untuk berjuang disisi kaum nasionalis melawan 
kapitalisme global dan kelompok fasis kanan. Baperki berhasil 
menggalang kekuatan nasional saudara saudara Tionghoa yang berdiri 
bahu membahu dengan kelompok nasionalis lainnya.

Kemudian terjadi peristiwa sedih 1965 dengan ulah beberapa sosok 
Tionghoa, yang menguburkan massa Tionghoa yang nasionalis. 
keterpurukan yang dialami menjadi agenda se-hari hari.

Ketika saya ke LN sebagai pemuda remaja, saya hanya mengenal sebutan 
Tionghoa ssebagai sebutan resmi bagi saudara saudara kita yang berasal 
dari Tiongkok. Di LN, saya dengar, istilah Tionghoa tak lagi dipakai, 
diganti istilah lain. Sebagai orang yang menjadi tua, puluhan tahun 
kemudian, saya tetap memilih memakai sebutan,yang saya pelajari dari 
ayah, dan generasi perintis kemerdekaan, dari tokoh tokoh RRT yang 
bahu membahu dengan kita dalam semangat Konperensi Bandung.

Kita harus bahu membahu, sebagai diajarkan pak Siauw G.T. untuk 
menggalang semangat kebangsaan yang hanya mengenal satu 
kewarganegaraan, warganegara RI. Lupakanlah ulah Sindhu dan konco 
konco.

Bagaimana bunyi sebuah lagu Western? "He aint heavy, he is my brother!

Salam kebangsaan

danardono

























.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to