SUARA PEMBARUAN DAILY 
--------------------------------------------------------------------------------

Ubi Jalar Sumber Pangan Pokok Alternatif
Oleh Josafat Siregar 

AAT ini, kita disibukkan dengan polemik kebutuhan akan beras dalam negeri. Di 
satu pihak, dibutuhkan beras impor untuk cadangan stok beras Bulog, di lain 
pihak, mengatakan bahwa dengan kebijakan beras impor, akan semakin menyulitkan 
nasib petani dan tidak adanya keberpihakan pada petani. Hampir semua lapisan 
masyarakat membicarakan polemik ini, masyarakat awam, LSM, mahasiswa, juga 
pemerintah. 

Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang baik, mengandung lebih dari 25 
persen karbohidrat atau lebih dari 70 persen jika sudah 
dikeringkan/ditepungkan. Kandungan karbohidratnya hampir sama jika dibandingkan 
dengan beras. 

Ada pun kelebihan dari beras (nasi) adalah bahwa komoditi tersebut sudah sangat 
memasyarakat/familiar di Indonesia. 

Pangan ini sudah dikonsumsi secara turun temurun dan orang yang mengonsumsinya 
dipersepsikan lebih baik dari segi kehidupan ekonominya. Berbeda halnya dengan 
ubi jalar, yang merupakan pangan pokok di Papua, maka di daerah lain komoditas 
ubi jalar tersebut hanya dikonsumsi di daerah pedalaman. 

Ada pun di daerah perkotaan, pangan pokoknya sebagian sudah tergantikan dengan 
beras. Ubi jalar semakin tidak populer karena promosi/pemberitaan komoditi 
beras yang besar-besaran. Demikian juga halnya komoditi lain seperti jagung, 
pisang, singkong semakin tidak populer sebagai bahan pangan pokok. 


Nilai Gizi 

Ditinjau dari nilai gizinya, ubi jalar di samping sebagai sumber karbohidrat 
yang baik, juga sebagai sumber vitamin, mineral dan sumber serat pangan yang 
baik. Bahkan untuk beberapa jenis ubi jalar kuning, sebagai sumber provitamin A 
(betakaroten yang baik), sesungguhnya ubi jalar kuning ini sangat potensial 
digunakan untuk penanggulangan kekurangan vitamin A bagi anak - anak. 

Serat pangan (dietary fiber) ubi jalar baik untuk pencernaan dan dari hasil 
penelitian terakhir (Tahun 2005), bahwa rafinosa pada ubi jalar berfungsi 
sebagai prebiotik (makanan untuk mikroba baik dalam usus besar). Ubi jalar juga 
merupakan sumber kalsium yang baik, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang 
dan gigi. 

Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi Low Glycemix Index 
(LGI, 54), artinya komoditi ini sangat cocok untuk penderita diabetes. 
Mengonsumsi ubi jalar tidak secara drastis menaikkan gula darah, berbeda halnya 
dengan sifat karbohidrat dengan Glycemix index tinggi, seperti beras dan 
jagung. 

Ditinjau dari segi produktivitas, ubi jalar dengan masa panen 4 bulan dapat 
berproduksi lebih dari 30 Ton/Ha, tergantung dari cara pengolahan/budidaya, 
sifat tanah dan bibit yang digunakan. Hal ini terjadi di beberapa daerah di 
Indonesia, walaupun secara rata - rata produktivitas ubi jalar nasional baru 
mencapai 12 ton/Ha. 

Bandingkan dengan produktivitas gabah (+/4.5 Ton/ Ha) atau pun singkong (+/8 
Ton/Ha), padahal umur panen lebih lama dari umur panen ubi jalar. Dari data 
tersebut di atas, sudah saatnya kita lebih serius untuk mempromosikan ubi jalar 
sebagai pangan pokok alternatif. Keberhasilan ini akan membuat semua lapisan 
masyarakat lebih tenang (tidak pro-kontra seperti saat ini), kekurangan beras 
di daerah bisa terggantikan oleh komoditas ubi jalar atau pun sumber 
karbohidrat lain seperti jagung, singkong dan sagu. 

Dengan demikian, akan merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa ini, jika kita 
bisa kembalikan daerah - daerah dengan makanan pokoknya masing masing. Seperti 
Madura dengan makanan pokok jagung, Maluku dengan makanan pokok sagu, Papua 
dengan makanan pokok ubi jalar. 

Saat ini ubi jalar, umumnya masih disajikan dalam bentuk ubi rebus atau ubi 
goreng, ada sebagian daerah yang membuat makanan tradisional seperti kremes. 
Dalam skala industri, ubi jalar diolah menjadi pasta ubi jalar dan ubi jalar 
goreng beku (frozen fried sweet potato), dengan pasar ekspor ke Jepang. Jika 
diolah menjadi tepung (sweet potato flour), maka disamping masa simpan yang 
lebih lama, aplikasinya juga akan sangat luas. Sama halnya dengan produk tepung 
- tepungan yang banyak saat ini di masyarakat. 


Bahan Baku 

Negara-negara maju telah lama memanfaatkan ubi jalar sebagai produk olahan 
bernilai gizi tinggi dan secara ekonomis memiliki peluang pasar yang besar. Ubi 
jalar dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan, minuman dan kimia. 

Jepang merupakan salah satu negara maju dengan konsumsi ubi jalar yang besar. 
Takeda (2004), mengatakan bahwa impor ubi jalar olahan oleh Jepang antara lain 
dari China (24.500 MTon), Thailand (3.000 MTon), Indonesia (2.400 MTon) dan 
Vietnam (600 MTon) per tahun. 



Konsumsi yang cukup besar ini oleh Jepang, karena mereka tahu akan manfaat dan 
kandungan yang terkandung di dalamnya. 

Dari mana kita memulainya? Karena sifat masyarakat kita yang paternalistik, di 
mana suara pemimpin akan lebih mudah dicontoh/diikuti oleh masyarakat, maka 
sebaiknya, sosialisasi diversivikasi pangan ini dimulai dari istana, misalnya 
penganan yang digunakan, dari aneka hidangan ubi goreng, ubi rebus, getuk, 
tiwul dan lain-lain. 

Karena merobah suatu kebiasaan (habit) adalah susah, sebaiknya secara bertahap 
dari jumlah yang sedikit lama - kelamaan dengan porsi yang semakin banyak dan 
harus secara terus menerus. 

Demikian juga halnya dengan pemerintah daerah, bertugas untuk memulai konsumsi 
pangan non beras, sesuai dengan potensi/kekayaan daerah masing - masing. 
Langkah ini akan jauh lebih murah biayanya, dibanding suatu perusahaan swasta 
yang berpromosi/beriklan di media massa. 

Langkah tersebut di atas, jika dilakukan secara terus menerus, akan diikuti 
oleh banyak pihak, dan pada akhirnya akan mengurangi ketergantungan kita pada 
beras (yang notabene hanya sebagai sumber karbohidrat biasa). Apakah ini bisa 
terwujud? Jawabannya: Bisa, dengan kemauan yang kuat dari semua pihak terlebih 
pemerintah sebagai pengambil kebijakan. 

Penulis sendiri sudah mempraktekkan ini, secara bertahap mengurangi konsumsi 
beras/nasi, dan dalam jangka waktu 2 tahun konsumsi beras/nasi bisa berkurang 
2/3 jumlahnya sebelumnya. Dari segi kesehatan, tidak berkurang malah lebih 
sehat dan segar. 

Dengan terciptanya lebih dari satu pangan pokok, maka kita harapkan kekurangan 
beras di beberapa daerah terpencil di Indonesia, bukan dianggap lagi sebagai 
kekurangan pangan karena dapat ditopang oleh sumber karbohidrat lain, seperti 
jagung, ubi jalar, singkong ataupun sagu. 

Sebagai contoh, kasus rawan pangan di Yahukimo dapat ditanggulangi misalnya 
dengan mengirimkan ubi jalar dari Jawa Timur atau Jawa Barat, karena produk 
tersebut sudah sangat di kenal di sana (bukan dengan cara mengirimkan beras). 

Pada akhirnya adalah menjadi kekuatan bangsa ini, jika komoditi pangan- 
panganan potensial ini dikembangkan bukan malah dimarginalkan. * 


Penulis adalah alumni MMA IPB Bogor 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 15/3/06 

[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke