----- Original Message ----- 
From: Han Hwie Song 
To: Tionghoa-net ; Nasional-list ; K. Prawira ; Jonathan Goeij ; C.T. Chan 
Sent: Tuesday, March 21, 2006 11:26 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Perlawatan saya ke Jawa Jan-Febr. 2006 (bagian 
duapuluh)


Perlawatan saya ke Jawa Jan-Febr. 2006 (bagian duapuluh)

 

Di Petjinan ada seni dan budaya, ada toko-toko buku Tionghoa, pelukis-pelukis 
Tionghoa dengan eksposisinya, shows Wayang Potehie, perkumpulan perkumpulan 
yang  membernya latihan opera Tiongkok kuna, atau lagu-lagu musik klassik 
Tiongkok. Kalau kau jalan-jalan pada malam hari atau hari minggu di jalan 
Kapasan-Tjantian bisa dengar lagu-lagu klassik Tiongkok yang dimainkan di 
rumah-rumah perkumpulan. Toko-toko masih buka sampai malam dan teater-teater 
memutar film dari Shanghai, Hongkong dan jalanan di Petjinan dapat dikatakan 
masih lebih ramai dari daerah-daerah yang lain. 

Pada hari minggu restoran atau gedung-gedung pesta, ramai karena ada pernikahan 
dan lagu-lagu Tionghoa yang diputar keras-keras dan tidak lupa lagu Jing Tian 
Lang-lang (hari yang terang benderang). Jelas, sekali bahwa anda berjalan-jalan 
di daerah Petjinan. Daerah ini dinamakan oleh orang Belanda benedenstad atau 
Kota Bawah dan daerah Gubeng, Darmo, Kaliasin etc. dimana mereka tinggal 
dinamakan bovenstad atau Kota Atas. 

Saya oleh Kuo Xiong diajak mampir kerumah adik saya dijalan Waspada, doeloe 
namanya Sambongan, konon didaerah ini ada orang Tionghoa yang namanya Sam 
Hong-An pernah tinggal dijalan ini. Oleh adik saya kita diajak makan di satu 
restoran dua rumah disebelahnya. Saya merasa gembira sesudah setengah hari 
berjalan-jalan dengan Kuo-Xiong, dan sekarang duduk tenang dalam kamar restoran 
dengan AC.  Baru sekarang saya merasakan badan saya capai, tetapi hati saya 
senang. Kuo Xiong berkata pada saya sekali lagi: "Pehnga jangan lupa menulis 
tentang Petjinan, temanya interesan karena mengenai nenek moyan g kita, 
generasi Kuo-Xiong pasti senang membacanya. Seperti pehnga sendiri mengatakan 
sejarah adalah pengalaman, bukankah kita harus nelajar dari pengalaman doeloe 
untuk mensukseskan sekarang?" Saya jawab:"betul kesimpulan kau itu, memang saya 
sudah menulisnya dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia, apa yang saya masih 
ingat, tetapi belum saya publisir, Pehnga masih menunggu waktunya."

S esudah makan saya tidur sebentar untuk istirahat dirumah adik saya. Saya 
senang berjalan-jalan di daerah roots saya, makan disana dan istirahat disana. 
Aku bangun  dan lalu diantar ke Citra-Land dimana saya bermalam dirumahnya 
keponakan saya Kuo-Xiong. Meskipun bukan di Petjinan, tetapi hatiku senang dan 
dapat tidur nyenyak sampai matahari menerangi kota Surabaya!

Sekarang daerah yang doeloe dinamakan Petjinan, sekarang sangat padat dengan 
manusia. Kalau saya berkunjung ke rumah orangtua saya di Sambongan yang 
letaknya didepan pasar atom, dan Sidodadi, sekarang masing-masing ditinggali 
oleh adik-adik saya dan keluarganya, penuh sesak dengan kendaraan, pasti macat. 
Jalan kaki lebih cepat dari naik mobil, cuma udaranya penuh dengan gas pollusi 
kendaraan yang tidak sehat. Ini karena banyaknya orang-orang yang berbelanja di 
toko-toko dan terutama adanya pertokoan pasar atom. Masuk ke pasar atom bisa 
makan setengah sampai satu hari untuk dapat melihat banyaknya dan variasinya 
barang-barang yang diperdagangkan, itupun kekurangan waktu, seperti orang 
Tionghoa mengatakan :"naik kuda sambil melihat bunga-bunga." 

Dipasar atom banyak Toko-toko berjualan barang-barang elektronica, obat-obatan 
Barat maupun Tionghoa. Obat-obatan Barat orang dapat beli tanpa resep dan 
harganya lebih murah daripada beli di apotik. Menurut adik saya obat-obatan 
yang dijual ditoko langganan adik saya ini "jia",  asli tidak palsu. Berbagai 
toko obat-obatan Tionghoa, kelontong dimana anda dapat beli minyak rambut, 
pakean dalam, sampai alat yang dibuat dari tangan untuk membersihkan telinga. 
Puluhan toko-toko pakean dari rok sampai celana dan jacket. Toko-toko 
electronika dan komputer di lantai paling atas. Puluhan toko-toko camilan dari 
kacang goreng, blinjo goreng sampai lumpia dan kuwe-kuwe basah, Klepon, 
Serebeh, Bikang Ambon dan banyak lagi kuwe-kuwe terbuat dari Santen dan Hunkwe. 
Berbagai macam toko perhiasan dan arloji, heran sekali stannya kecil tapi 
barangnya sangat banyak sampai penjualnya sendiri kecil ruangannya untuk 
bergerak. 

Food cornernya dua tahun belakangan ini kelihatannya lebih bersih penuh sesak 
waktu jam-jam makan, segala makanan dari berbagai daerah di Indonesia dijual 
disitu dan juga banyakknya variasi makanan Tionghoa dan Indonesia sangat 
mengilarkan orang. Saya ingin makan distu tetapi diingatkan oleh adik saya 
untuk jaga diri takut kalau nanti dapat diare. Disini saya baru tahu bahwa 
menahan diri untuk tidak makan menuruti keinginan susah. 

Didalam masih ada supermarket, tetapi kami tidak masuk, karena adikku tidak 
mumpunyai keperluan untuk belanja. Didepan Pasar Atom sekarang masih akan 
dibangun mall yang lebih besar lagi yaitu ITC seperti di Jakarta, maka pada 
tahun yang akan datang jalanan pasti akan lebih ramai lagi daerah ini. Karena 
padatnya jalanan, banyak orang Tionghoa yang mampu dan kelas menengah sekarang 
meninggalkan daerah Petjinan ini dan tinggal di daerah-daerah 
perumahan-perumahan baru yang banyak dibangun di kota. Daerah baru ini lebih 
tenang, rindu dengan pohon-pohon dan dijaga oleh Satpam. 

Sebelum saya menutup cerita ini baiklah saya menulis tentang ilmuwan ternama 
Chinese-American  Prof. Dr. Samuel C.C. Ting, sewaktu beliau menerima Nobel 
Price, ceramah penerimaan beliau katakan dalam bahasa Mandarin. Mengapa 
demikian? Beliau menjawab:"Ini karena acceptance speeches dikatakan dalam 
berbagai bahasa, terkecuali bahasa Mandarin. Dr. Ting berkata bahwa beliau akan 
memberi message pada mahasiswa-mahasiswa Tionghoa, karenanya beliau berkata 
dalam bahasa mandarin! "(wawancara dengan Public Affairs Television, tahun 
2003.)

Seperti yang saya katakan dalam tulisan saya didepan bahwa semangat seperti 
yang diberikan pada dr. Ting tidak lain yalah memberi kepercayaan dan semangat 
pada mahasiswa-mahasiswa Tionghoa. Kepercayaan agar tidak merendahkan dirinya 
karena mereka juga mempunyai kemampuan untuk menjadi ilmuwan yang mempunyai 
kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Yang mendapatkan Nobel Price 
dalam bidang fisika atau kimia didunia, selainnya Dr. Ting juga Prof. Yang 
Chen-Ning, Prof Lee Tsung-Dao, Prof. Lee Yuan-Tseh, Daniel C. Tsui dan Steven 
Chu. Terlalu banyak untuk ditulis mereka yang mempunyai kontribusi didunia dan 
dalam negeri diseluruh dunia untuk ditulis satu persatu.

Dr. Han Hwie-Song

Breda, 5-3-2006  Holland

 


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to