bang RJ ,

ini ngkale gara2 ngartiin shengren jadi nabi kale ya. Mestinya sih
cocoknya org suci or org bijak.

Kalu urusan upacara kematian seh kalu kita pikir2 lagi benernya khan
pindah alam. So gak bicara mati masuk surga or neraka ataw
reinkarnasi.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
>
>
> budiman tjio wrote:
> > Dear All,
> >   Semoga artikel ini bermanfaat, saya ambil dari Pontianak Post
Edisi
> > Minggu, 26 Maret 2006.
> >  
> >   Salam,
> >   Budiman
> >
> >  
> >   Sejarah Kelenteng
> > Oleh : Suryanto, BSc, SH
> >
> >
> >   PADA jaman dahulu, dari jaman Nabi Fu Xie (2953-2838 SM), Nabi
Di
> > Yao (2357-2255 SM), Nabi Shun dari Negeri Yu (2255-2205 SM),
Nabi Gao
> > Yao, Nabi Yi Yin, Nabi Zhou Gong Dan dan lain-lain sampai pada
Nabi
> > Agung Kong Zi (551-479 SM), belum dikenal istilah Kelenteng,
dahulu
> > yang dikenal adalah Miao (Altar Kuil Leluhur), She (Altar
Malaikat
> > Bumi). Sekarang disebut Du Di Gong atau Hok Tek Zheng Shen dan
Jiao
> > (Bangunan Ibadah untuk bersujud kepada Tian, Tuhan Yang Maha
Esa).
> > (Terdapat dalam Su Jing/Kitab Dokumen Sejarah Suci Agama
Khonghucu).
>
> Rinto Jiang:
>
> Sebenarnya saya sangat tidak setuju bila tokoh2 mitologi maupun
sejarah
> itu disebut-sebut sebagai nabi. Pertama, nabi dalam konteks bahasa
> Indonesia adalah tokoh yang mendapat wahyu dari Allah. Wahyu
seperti
> dalam agama samawi tidak dikenal dalam kebudayaan Tionghoa.
Kedua, 
> dalam kebudayaan Tionghoa sendiri, tidak ada istilah nabi
(xianzhi)
> untuk menyebut2 tokoh2 di atas. Tokoh2 di atas tidak usah dan
tidak
> perlu harus ditarik2 untuk disamakan statusnya dengan nabi sesuai
> konteks agama Timur Tengah, karena pengertian serta konteksnya
juga
> berbeda sekali. Jadi, istilah nabi untuk tokoh2 tersebut adalah
tidak
> tepat, namun saya tidak berhak mencampuri urusan keagamaan KHC,
itu
> urusan internal. Cuma saya merasa sayang sekali bila urusan
seperti ini
> dipolitisir sedemikian rupa sehingga nilai dan pemahamannya tidak
sesuai
> lagi dengan pemahaman asli dari sumber2 sejarah asli.
>
> Tuhan YME juga tidak dikenal dalam kebudayaan Tionghoa, apalagi
ajaran
> KHC. Ajaran KHC juga tidak menyebut Tuhan yang Esa, KHC juga tidak
> mengurus dan menerangkan bagaimana kehidupan manusia setelah
meninggal,
> KHC cuma mengajarkan etika dan interaksi antar manusia. Tentang
> kematian, ia hanya mengurusi sampai dengan bagaimana upacara
kematian
> dilaksanakan.
>
> Saya jawab bagian ini dulu, komentar untuk bagian selanjutnya akan
> dikirimkan bila saya ada waktu.
>
>
> Rinto Jiang
>






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke